Latar Belakang Masalah Kinerja Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Tengah Dalam Masa Transisi Kepemimpinan (Studi Kasus: Kepemimpinan Plt. Sukran Jamilan Tanjung)

1 BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Masa transisi mengacu pada suatu masa yang cenderung pendek, ketika terjadi perubahan dari suatu kondisi ke kondisi berikutnya. Masa transisi adalah ketika terjadi perubahan internal seperti perubahan manajemen, pergantian pemimpin atau dari perubahan eksternal seperti halnya perubahan regulasi, sosial- ekonomi, pengaruh globalitas dan perubahan politik-pemerintahan. Dalam setiap perubahan seringkali terjadi hal-hal yang di luar kebiasaan. Maka esensi dari perubahan tersebut adalah mengubah kebiasaan. Transisi mengandung makna sebagai sebuah episode dalam skenario perubahan mengindikasikan suatu masa di antara sedikitnya dua keadaan: sesudah keputusan perubahan hingga pengaruh perubahan menjadi normal. Dengan demikian maka bisa diambil kesimpulan bahwa transisi diawali ketika keputusan yang berdampak perubahan dibuat dan berakhir manakala sasaran keputusan sudah tercapai atau setidaknya kondisi organisasi yang terpengaruh oleh keputusan yang berdampak perubahan tersebut sudah berada pada posisi yang normal. Kejadian fase transisi pun tidak hanya terjadi dalam sebuah organisasi semata. Alam pun mengenal masa transisi yang disebut Pancaroba, masa diantara transisi musim. Namun berbeda dengan gejala yang ditunjukkan oleh alam ketika 2 dalam masa transisinya yang berupa penurunan tingkat kekebalan tubuh manusia akibat pergantian musim, tingginya tingkat kelembaban udara dan membuat alam serasa tidak nyaman. Efek negatif transisi yang demikianlah yang juga akan terjadi pada organisasi, transisi akan membawa masalah dan berpotensi menimbulkan kekacauan, kekhawatiran, penurunan kinerja, hilangnya kepercayaaan diri dan bahkan mogok kerja. Kabupaten Tapanuli Tengah dalam masa kepemimpinan Bupati, Bonaran Situmeang, SH, M.Hum dan Wakil Bupati, H Sukran Jamilan Tanjung untuk periode 2011-2016 mengalami masa transisi pemerintahan setelah Bupati, Bonaran Situmeang, SH, M.Hum SH didakwa bersalah atas kasus suap sengketa Pilkada di Mahkamah Konstitusi yang juga menjerat Akil Moechtar yang pada saat itu menjadi Ketua MK. Diangkatnya Sukran J Tanjung,SE sebagai Pelaksana Tugas menggantikan Bonaran diujung tampuk kepemimpinan menjadikan wacana pro dan kontra tentang implementasi perubahan yang akan dicanangkan demi menyukseskan Visi-Misi bersama pasangan yang terkenal dengan jargon akronim ‘Bosur’ ini. Adapun Visi dari ‘Bosur’ secara singkat disebutkan adalah Mewujudkan Masyarakat Tapanuli Tengah yang Maju Sejahtera dan Beradab. Misinya adalah Percepatan Pembangunan Infrastruktur; Membenahi Birokrasi untuk meningkatkan pelayanan publik serta menjamin terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih serta berwibawa. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui kesehatan, pendidikan dan pengembangan Sumber Daya Manusia; 3 Meningkatkan pertumbuhan ekonomi sektor-sektor unggulan; Menggali dan mengembangkan potensi Sumber Daya Alam dan pariwisata dengan kebijakan pembangunan dan pro rakyat; Menegakkan hukum dan HAM serta penguatan proses demokrasi untuk terciptanya rasa aman dan damai serta menata iklim kondusi bagi tumbuhnya investasi. Karakter pribadi pemimpin dapat mempengaruhi sukses-gagalnya perubahan. Perubahan membutuhkan pemimpin yang kuat. Memiliki kompetensi yang mencukupi, sehingga terbangunlah kesepahaman resonance antara pimpinan dan bawahan. Perubahan yang sukses ditandai dengan kepemimpinan kuat yang berkarakter. Faktor krisis lain yang dicermati dalam melakukan perubahan adalah regulasi pemerintah. Kepemimpinan, Regulasi, pengukuran kinerja situasi eksternal sosial, politik dan ekonomi, psikologi dari perubahan, kompleksitas dari proses kinerja dan rentan waktu adalah hal yang berkaitan dalam masa transisi sebuah organisasi kerja Memimpin di masa transisi merupakan salah satu tanggung jawab kepemimpinan yang sangat penting dan sulit. Beberapa ahli kepemimpinan bahkan berpendapat kemampuan memimpin di masa transisi menunjukkan esensi kepemimpinan yang sebenarnya, hal-hal lain di luar itu hanyalah prioritas kedua belaka. Kepemimpinan yang efektif diperlukan guna revitalisasi organisasi serta memfasilitasi adaptasi perubahan lingkungan dan aturan. Perubahan besar di dalam organisasi pada umumnya dipandu oleh tim manajemen puncak namun 4 setiap individu dalam organisasi dapat mengusulkan perubahan atau berkonstribusi bagi suksesnya implementasi rencana perubahan.

2. Perumusan Masalah