Kabupaten Tapanuli Selatan diperoleh hasil prevalensi infeksi kecacingan 62,81. Hasil survey tersebut menunjukkan perlunya penganan yang serius dalam
menurunkan prevalensi infeksi kecacingan di Kabupaten Tapanuli Selatan. SD Negeri 101200 Desa Perkebunan Hapesong berada di kawasan
perkebunan dan memiliki siswa yang banyak. SD Negeri 101300 Desa Napa juga berada dalam kawasan perkebunan dan memiliki siswa paling sedikit di banding
SD lainnya. Belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya di kedua sekolah ini. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan, masih terdapat rumah yang
sanitasi lingkungannya kurang sesuai dengan standar kesehatan dengan saluran pembuangan air limbah yang terbuka dan dibiarkan meresap di pekarangan
rumah. Toilet sekolah yang tidak berfungsi dengan baik karena sering tersumbat. Kebiasaan membuka alas kaki ketika bermain di lingkungan sekolah maupun
rumah masih sering dilakukan sebagian siswa. Selain itu, banyak siswa yang tidak mencuci tangan sebelum memakan makanan jajanan baik di sekolah maupun di
sekitar rumah.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dilihat bahwa masih tingginya angka infeksi kecacingan pada anak Sekolah Dasar, sanitasi lingkungan rumah
yang kurang baik, serta personal higiene yang masih perlu diperhatikan, dan belum diketahui apakah ada hubungan sanitasi lingkungan rumah dan higiene
perorangan dengan kejadian kecacingan pada siswa Sekolah Dasar Negeri 101200 Desa Perkebunan Hapesong dan Sekolah Dasar Negeri 101300 Desa Napa
Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan.
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan sanitasi lingkungan rumah dan higiene perorangan terhadap kejadian kecacingan di SD Negeri 101200 Desa Perkebunan
Hapesong dan SD Negeri 101300 Desa Napa Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2015.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui kondisi sanitasi lingkungan rumah siswa-siswi SD Negeri
101200 Desa Perkebunan Hapesong dan SD Negeri 101300 Desa Napa Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan tahun
2015. 2.
Mengetahui kondisi sanitasi lingkungan sekolah SD Negeri 101200 Desa Perkebunan Hapesong dan SD Negeri 101300 Desa Napa
Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2015. 3.
Mengetahui higiene perorangan siswa-siswi SD Negeri 101200 Desa Perkebunan Hapesong dan SD Negeri 101300 Desa Napa Kecamatan
Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2015. 4.
Mengetahui hubungan sanitasi lingkungan rumah dengan kejadian kecacingan pada siswa-siswi SD Negeri 101200 Desa Perkebunan
Hapesong dan SD Negeri 101300 Desa Napa Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2015.
5. Mengetahui hubungan higiene perorangan dengan kejadian
kecacingan pada siswa-siswi SD Negeri 101200 Desa Perkebunan
Universitas Sumatera Utara
Hapesong dan SD Negeri 101300 Desa Napa Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2015.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli
Selatan dan Puskesmas setempat khususnya Pengelola Program Usaha Kesehatan Sekolah dalam program pemberantasan infeksi kecacingan
dan meningkatkan promosi kesehatan pada siswa SD Negeri 101200 Desa Perkebunan Hapesong dan SD Negeri 101300 Desa Napa
Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2015.
2. Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah Kepala sekolah dan Staf
pengajar agar bekerja sama dalam memperhatikan kebersihan lingkungan serta memberikan informasi bagi para siswa tentang
infeksi kecacingan.
Universitas Sumatera Utara
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sanitasi
Menurut Widyati 2002 sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitik beratkan kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia.
Menurut DepKes 2002 sanitasi adalah pencegahan penyakit dengan mengurangi atau mengendalikan faktor-faktor lingkungan fisik yang berhubungan dengan
rantai penularan penyakit. Pengertian lain dari sanitasi adalah upaya pencegahan penyakit melalui pengendalian faktor lingkungan yang menjadi mata rantai
penularan penyakit.
2.1.1. Sanitasi Lingkungan
Pada dasarnya lingkungan hidup manusia terdiri dari dua bagian, internal dan eksternal. Lingkungan hidup internal merupakan suatu keadaan yang dinamis
dan seimbang yang disebut dengan homeostasis, sedangkan lingkungan hidup eksternal merupakan lingkungan di luar tubuh manusia yang terdiri atas tiga:
1. Lingkungan fisik, bersifat abiotik atau mati seperti air, udara, tanah, cuaca,
makanan, rumah, panas, sinar, radiasi, dan lain-lain. Lingkungan fisik ini berinteraksi secara konstan dengan manusia sepanjang waktu dan masa
serta memegang peran penting dalam proses terjadinya penyakit pada masyarakat.
2. Lingkungan biologis, bersifat biotik atau benda hidup, misalnya tumbuh-
tumbuhan, hewan, virus, bakteri, jamur, parasit, serangga, dan lain-lain yang dapat berperan sebagai agens penyakit, reservoir infeksi, vektor
penyakit, dan hospes intermediat. Hubungan manusia dengan lingkungan
Universitas Sumatera Utara