5.2 Hubungan Higiene Perorangan dengan Kejadian Kecacingan
Pengukuran higiene perorangan responden dengan kejadian kecacingan dinilai berdasarkan kebiasaan mencuci tangan, kebiasaan kontak dengan tanah,
penggunaan alas kaki dan kebersihan kuku dan tangan. Hasil penelitian menunjukkan secara umum responden kelompok kasus
dan kontrol yang memiliki kebiasaan cuci tangan baik. Berdasarkan hasil analisis uji beda kebiasaan mencuci tangan antara kelompok kasus dan kelompok kontrol
menggunakan uji chi square diperoleh nilai p= 0,564 p0,05 dengan OR sebesar 1,450 95 CI= 0,408-5,147 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan antara kebiasaan mencuci tangan responden kelompok kasus dan kelompok kontrol.
Hal ini terjadi karena secara umum responden memiliki kebiasaan baik dalam mencuci tangan sebelum makan, setelah buang air besar dan setelah
bermain. Jumlah responden yang memiliki kebiasaan mencuci tangan yang baik hampir sama antara kelompok kasus dan kelompok kontrol sehingga tidak dapat
dibedakan antara keduanya. Kebiasaan kontak dengan tanah, pemakaian alas kaki dan sanitasi lingkungan yang tidak baik akan menyebabkan infeksi kecacingan,
oleh karena itu higiene perorangan harus dijaga dengan baik agar terhindar dari infeksi kecacingan.
Walaupun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian kecacingan pada siswa SDN 101200 Perkebunan
Hapesong dan SDN 101300 Napa akan tetapi harus tetap menjaga kebersihan diri untuk pencegahan. Tangan adalah salah satu jalur utama masuknya kuman
Universitas Sumatera Utara
penyakit ke dalam tubuh. Kebiasaan mencuci tangan dengan air dan sabun sangat berberan penting dalam pencegahan infeksi kecacingan, karena dengan mencuci
tangan berfungsi untuk mengurangi menghilangkan mikroorganisme yang menempel di tangan. Mencuci tangan harus dengan air yang bersih, karena apabila
menggunakan air yang tidak bersih kuman dan bakteri penyebab penyaki akan menempel di tangan dan dengan mudah berpindah ke dalam tubuh ketika makan.
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun lebih efektif membersihkan kotoran dan telur cacing yang menempel pada permukaan kulit, jari-jari dan kuku pada
kedua tangan Proverawati Rahmawati, 2012. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Nusa 2013 pada siswa SD di
Kabupaten Kepulauan Talaud pada tahun 2013 menunjukkan tidak ada hubungan kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian kecacingan dengan p= 0,789.
Penelitian ini tidak sama dengan penelitian Jalaluddin 2008 pada anak SD di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe tahun 2008 yang menunjukkan
adanya hubungan kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian kecacingan dengan p= 0,002.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden kasus memiliki kebiasaan kontak dengan tanah yang tidak baik dengan jumlah 17 orang 68,0
sedangkan pada kelompok kasus lebih banyak berada pada kategori yang baik dengan jumlah 19 orang 54,3. Berdasarkan analisa uji beda antara kebiasaan
kontak dengan tanah antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol dengan uji chi square didapatkan nilai p= 0,067 p 0,05 dengan OR 0, 374 CI 95=
0,129-1,087 yang dapat diartikan tidak ada perbedaan kebiasaan kontak dengan
Universitas Sumatera Utara
tanah antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol. Hal ini dapat dilihat dari jumlah responden yang memiliki kebiasaan kontak dengan tanah yang tidak baik
pada kelompok kasus dan kelompok kontrol hampir sama, sehingga tidak dapat dibedakan antara keduanya. Tidak terdapat perbedaan antara kelompok kasus dan
kontrol dapat juga terjadi karena tingkat pengetahuan antara kedua kelompok tersebut sama.
Hasil observasi menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang tidak memakai alas kaki ketika bermain disekolah pada jam istirahat ataupun ketika jam
pelajaran olahraga. Kebiasaan membuka sepatu ketika masuk kelas yang diterapkan di SD Negeri Desa Perkebunan Hapesong mengakibatkan sebagian
siswa malas untuk kembali memakai sepatu ketika keluar dari kelas. Hal ini dikarenakan kebiasaan kontak dengan tanah mempunyai pengaruh
besar terhadap infeksi kecacingan, apabila kontak dengan tanah dan tidak mencuci tangan maka telur akan ikut lengket di kuku dan tertelan. Tanah merupakan
tempat perkembangbiakan yang baik untuk telur cacing. Tanah yang telah terkontaminasi telur cacing akan mudah masuk ke tubuh manusia jika terjadi
kontak langsung dengan tanah. Halaman rumah merupakan media bermain anak- anak. Pada saat musim hujan tanah akan menjadi lembab dan becek yang bila
menjadi tempat bermain anak akan bisa menularkan telur-telur cacing Proverawati Rahmawati, 2012.
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Ghassani 2010 pada siswa SD Pagi Paseban tahun 2010 menunjukkan tidak ada hubungan kebiasaan bermain
tanah dengan kejadian kecacingan dengan p= 1,000. Penelitian ini tidak sejalan
Universitas Sumatera Utara
dengan penelitian Dly 2008 pada siswa SD di Kota Sibolga tahun 2008 menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara kebiasaan kontak tanah
dengan infeksi kecacingan. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar dari responden memiliki
kebiasaan memakai alas kaki yang tidak baik. Hasil analisa uji beda antara kebiasaan penggunaan alas kaki pada kelompok kasus dan kelompok kontrol
dengan uji chi square didapatkan p= 0,786 p 0,05 dengan OR =1,330 CI 95= 0,452- 3,910 yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kebiasaan
menggunakan alas kaki antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol. Hal ini disebabkan jumlah responden pada kelompok kasus dan kontrol yang memiliki
kebiasaan menggunakan alas kaki yang tidak baik hampir sama. Tingkat pengetahuan antara dua kelompok ini juga dapat menyebabkan tidak ada
perbedaan antara keduanya. Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar dari responden memiliki
kebiasaan yang tidak baik dalam penggunaan alas kaki setiap bermain diluar rumah dan bermain pada saat istirahat sekolah lebih banyak terinfeksi cacing
dibanding dengan responden yang memiliki kebiasaan menggunakan alas kaki ketika bermain.
Cacing dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui poro-pori kaki manusia. Anak yang tidak memakai alas kaki ketika bersentuhan dengan tanah
dan bersentuhan dengan larva cacing, maka larva tersebut akan menembus kulit melalui pori-pori dan masuk ke tubuh manusia melalui pembuluh darah dan
Universitas Sumatera Utara
berkembangbiak ditempat yang diinginkannya seperti usus, paru-paru dan hati Utama, 2009.
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Dly 2008 pada siswa SD di Kota Sibolga tahun 2008 menunjukkan tidak ada hubungan penggunaan alas kaki
dengan kejadian kecacingan dengan p=0,165. Penelitian ini sama dengan penelitian Nusa 2013 pada siswa SD di Kabupaten Kepulauan Talaud pada
tahun 2013 menunjukkan tidak ada hubungan penggunaan alas kaki dengan kejadian kecacingan dengan p= 0,749.
Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden kelompok kasus dan kontrol memiliki kebersihan kuku dan tangan yang tidak baik. Hasil analisa
uji beda antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol menunnjukkan p= 0,019 p 0,05 dengan OR= 3,760 CI 95= 1,280-12,241 yang menunjukkan
ada perbedaan kebersihan kuku dan tangan pada kelompok kasus dan kontrol. Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan antara kebersihan kuku dan tangan dengan
kejadian kecacingan. Hasil tersebut menunjukkan responden yang memiliki keadaan kuku dan tangan yang tidak baik 3,760 kali lebih beresiko terinfeksi
cacing dari responden yang memiliki keadaan kuku dan tangan baik. Perbedaan ini disebabkan karena sebagian responden memiliki kebersihan
kuku dan tangan yang tidak baik. Hal ini ditunjukkan dengan keadaan kuku siswa yang panjang dan kotor begitu juga dengan keadaan tangan siswa yang kotor
karena tidak dicuci setelah menyentuh benda yang kotor di sekolah. Kebiasaan kontak dengan tanah pada kelompok kontrol sebagian besar berada pada kategori
tidak baik yang menunjukkan bahwa siswa masih senang bermain tanah.
Universitas Sumatera Utara
Kebiasaan ini yang membuat kuku dan tangan kotor sehingga telur cacing dapat melekat dengan mudah di tangan.
Kuku merupakan cerminan kepribadian seseorang. Kuku yang panjang dan tidak terawat dapat menjadi tempat melekatnya telur cacing. Begitu juga
dengan tangan, tangan yang kotor beresiko mengandung telur cacing. Tangan dan kuku yang kotor menjadi media untuk masuknya telur cacing ke dalam tubuh
manusia ketika memasukkan tangan ke mulut ataupun hidung Proverawati Rahmawati, 2012.
Hal ini sejalan dengan penelitian Fitri 2012 pada murid SD di Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2012 dengan p=
0,0001 yang menunjukkan bahwa ada hubungan kebersihan kuku dengan kejadian kecacingan. Penelitian ini juga mendukung penelitian Dly 2012 pada siswa SD
di Kota Sibolga tahun 2008 yang menunjukkan ada hubungan kebersihan kuku dengan kejadian kecacingan dengan p= 0,011.
5.3 Sanitasi Lingkungan Sekolah