Sampul Jilidan Kertas Tingkat Kerusakan

12 Resikonya, harga buku yang menggunakan hardcover akan jauh lebih mahal bagi pembacapembeli daripada buku bersampul soft. 2. Isi Buku Isi buku terdiri atas lembaran-lembaran kertas yang disusun dengan rapi sesuai urutan halamannya. Ukuran isi buku harus disesuaikan dengan cover buku. Isi buku mempunyai bagian pokok, yaitu kulit ari kulit perancis atau front pages atau preliminary pages, isi, dan halaman akhir end pages. Kulit ari berisi identitas buku dan penjelasan pengantar serta pemetaandaftar mengenai isi buku. Kulit ari biasanya berisi halaman copyright, indentitas buku yang meliputi judul buku, nama penulis, nama editor, layouter, desain sampul, nama penerbit, kota terbit, tahun terbit, dll, kata pengantar dan atau kata penahuluan, dan yang terakhir adalah daftar isi. Isi merupakan bagian-bagian pemaparan penilis secara utuh yang merupakan jantung buku tersebut. Sedangkan halaman terahir biasanya berisi daftar pustaka, profil penulis, lampiran, indeks, dll. Lembaran-lembaran isi selanjutnya akan disatukan dan dijilid dengan sampul buku. Ada tiga macam jilid, yaitu jilid benang, jilid kawat, dan jilid lem panas atau disebut binding. Penentuan jenis jilid biasanya dipengaruhi oleh ketebalan buku. Untuk buku-buku bacaan, sebagian besar memakai jilid lem panas binding. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa fisik buku memiliki bagian yang terdiri dari sampul buku dan tubuh buku.

2.6.1 Tingkat Kerusakan

Dalam menilai tingkat kerusakan pada bahan pustaka dapat ditentukan melalui beberapa bagian pada fisik buku. Penilaian kondisi fisik ini menurut Razak 2004: 69 dibagi ke dalam 3 penilaian, seperti berikut: 0 = kondisi baik, tidak memerlukan perbaikan. 1 = kondisi sedang, membuktikan adanya kerusakan, memerlukan beberapa perhatian perbaikan dengan segera. 2 = kondisi buruk, kerusakan berat, memerlukan perhatian perbaikan segera, tidak boleh digunakan. Penilaian tersebut dilakukan dengan berdasarkan pemeriksaan koleksi buku satu persatu terhadap kondisi sampul, jilidan dan kertas, serta dengan melihat kriteria sebagai berikut:

A. Sampul

0 = baik, ciri-ciri: sampul masih baik; sampul tidak robek; punggung buku tidak robek, tidak ada halaman yang hilang; punggung buku terjilid dengan baik; sudut-sudut buku tidak robek, terlipat,dan tidak ada yang hilang. 1 = sedang, ciri-ciri: sampul masih baik, tapi sudah ada tanda-tanda pecah-pecah pada pungung buku baik bagian dalam maupun luar; sudut Universitas Sumatera Utara 13 sampul ada yang robek atau melengkung, tapi belum ada yang terlepas; punggung buku sudah robek, tetapi tidak hilang. 2 = buruk, ciri-ciri: sampul atau cover rusak berat; sampul sudah tidak menjilid dengan baik rusak; punggung buku sudah pecah-pecah dan memerlukan perhatian; sudut-sudut sampul robek, terlepas, dan hilang; punggung buku mengalami kerusakan berat, terlepas dari buku dan hilang.

B. Jilidan

0 = baik, ciri-ciri: jahitan masih utuh; halaman terjilid dengan baik; tidak ada halaman yang hilang; perekat lem masih baik. 1 = sedang, ciri-ciri: benang jahitan sudah mulai rapuh, tapi tidak sampai putus; halam sudah kelihatan longgar, satu atau dua halaman sudah mulai lepas; perekat lem sudah mulai pecah-pecah. 2 = buruk, ciri-ciri: benang jahitan sudah ada yang putus; halaman sangat longgar dan lebih dari tiga halaman sudah terlepas; perekat lem kering dan pecah-pecah.

C. Kertas

0 = baik, ciri-ciri: kertas tidak robek dan keriput; kertas tidak kotor; tidak kuning kecoklatan; tidak ada kertas yang robek atau patah pada saat sudut kertas dilipat perlahan; tidak ada kertas yang jatuh bila dibalik. 1 = sedang, ciri-ciri: ada bagian kertas yang robek atau ada sobekan kertas yang hilang; kertas kelihatan kotor; ada tanda-tanda kuning kecoklatan; tidak ada potongan kertas yang jatuh pada saat dibalik; kertas tidak patah atau robek saat sudut kertas ditekan perlahan. 2 = buruk, ciri-ciri: kertas ada sobekan yang hilang; kertas patah, berlubang, keriput; kertas kelihatan kotor; kertas berwarna kuning kecoklatan, ada potongan kertas yang jatuh pada saat dibalik; kertas patah pada saat kertas dites dengan cara dilipat. Sedangkan dalam buku Petunjuk Teknis Pelestarian Bahan Pustaka 1995: 8 kondisi bahan pustaka umumnya dapat di bagi menjadi 3 kelompok, yaitu: 1. Bahan pustaka yang masih dalam keadaan baik 2. Bahan pustaka yang sudah kotor, mengandung asam dan rapuh 3. Bahan pustaka yang sudah rusak secara fisik cacat seperti robek, berlubang, jilidan rusak dan lain-lain. Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa tingkat kerusakan pada bahan pustaka dapat di kelompokkan dalam keadaan baik, sedang dan buruk kerusakan berat. Universitas Sumatera Utara 14

2.7 Unsur-unsur Pelestarian

Dalam melakukan pelestarian bahan pustaka ada berbagai unsur yang perlu diperhatiakan. Adapun berbagai unsur penting yang perlu diperhatikan menurut Martoatmodjo 1993: 7 adalah : 1. Manajemennya, perlu diperhatikan siapa yang bertanggung jawab dalam pekerjaan ini. Bagaimana prosedur pelestarian yang harus diikuti. Bahan pustaka yang akan diperbaiki harus dicatat dengan baik, apa saja kerusakannya, apa saja alat dan bahan kimia yang diperlukan dan sebagainya. 2. Tenaga yang merawat bahan pustaka dengan keahlian yang mereka miliki. Mereka yang mengerjakan pelestarian ini hendaknya mereka yang telah memiliki ilmu atau keahlianketerampilan dalam bidang ini. Paling tidak mereka sudah pernah mengikuti penataran dalam bidang pelestarian dokumen. 3. Laboratorium, suatu ruang pelestarian dengan berbagai peralatan yang diperlukan, misalnya alat penjilidan, lem, alat laminasi, alat untuk fumigasi, berbagai sikat untuk membersihkan debu “Vacum Cleaner” dan sebagainya. Sebaiknya setiap perpustakaan memiliki ruang laboratorium sebagai “bengkel” atau gudang buat bahan pustaka yang perlu dirawat atau diperbaiki. 4. Dana untuk keperluan kegiatan ini harus diusahakan dan dimonitor dengan baik, sehingga pekerjaan pelestarian tidak akan mengalami gangguan. Pendanaan ini tentu tergantung dari lembaga tempat perpustakaan ini bernaung. Kalau tidak mungkin menyelenggarakan bagian pelestarian sendiri, dianjurkan diadakan kerja sama dengan perpustakaan lain. Ini dapat menghemat biaya yang besar. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pelestarian memiliki unsur penting yang harus diperhatikan seperti manajemennya, tenaga yang merawat, laboratorium dan dana dana yang dibutuhkan.

2.8 Faktor-faktor yang Dipertimbangkan dalam Pelestarian

Sebelum melakukan pelestarian bahan pustaka, pustakawan harus mengetahui berbagai faktor yang harus dipertimbangkan agar tidak menghilangkan nilai informasi yang dikandungnya. Adapun faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pelestarian bahan pustaka menurut buku Petunjuk Teknis Pelestarian Bahan Pustaka 1995: 18 tergantung dari: 1. Nilai bahan pustaka yang dimiliki: apakah koleksi yang dimiliki mempunyai nilai sejarah, nilai estetika atau koleksi langka. 2. Jenis bahan pustaka: ada bahan pustaka yang lebih cepat rusak dari pada yang lainnya. Hal ini akan membawa efek apakah bahan pustaka tersebut akan dilestarikan bentuk fisiknya saja dan kandungan Universitas Sumatera Utara 15 informasinya dialihkan ke media lain seperti bentuk mikrofilmmikrofis. 3. Kebutuhan pengguna jasa perpustakaan: apakah ada bahan pustaka yang terlalu sering digunakan atau sering dipinjam oleh pengguna jasa perpustakaan, sehingga selain ada bentuk mikronya perlu dibuatkan fotokopinya untuk memenuhi kebutuhan. 4. Tersedianya dana untuk program pelestarian. Berdasarkan slide mengenai Preservasi dan Konservasi Koleksi Perpustakaan dan Arsip oleh Salim-susetyo 2008, ada 4 aspek yang harus dipertimbangkan dalam kebijakan pemilihan pelestarian yaitu: 1. Kondisi fisik 2. Intensitas Penggunaan 3. Faktor kelangkaan bahan pustaka. 4. Nilai ekonomis, estetika, sejarah, maupun nilai lain yang terkandung di dalamnya. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pelestarian bahan pustaka berdasarkan fisik, nilai yang dimiliki dan intensitas penggunaan.

2.9 Kategori Kerusakan

Untuk dapat memberikan perlakuan terhadap bahan pustaka yang tepat, agar terhindar dari kerusakan, perlu memahami kategori kerusakan terlebih dahulu. Adapun kategori kerusakan menurut Harvey 1993: 25, sebagai berikut: 1. Kerusakan yang disebabkan ketidakstabilan yang melekat di dalam bahan. Kerusakan kategori pertama adalah kerusakan yang disebabkan sifat asam beberapa jenis kertas dan sifat peka cahaya perak yang melekat pada gambarfoto. 2. Kerusakan yang disebabkan oleh kegiatan di luar bahan. Kerusakan yang termasuk kategori kedua adalah kerusakan yang dipengaruhi perubahan suhu panas, lembap, aktivitas mikroorganisme jasad renik seperti serangga, aktivitas binatang pengerat, polusi atmosfer, dan polusi yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Sedangkan menurut pendapat Martoatmodjo 1993: 36 kategori kerusakan secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Faktor kimia internal, misalnya zat-zat kimia, keasaman, oksidasi. 2. Faktor eksternal meliputi faktor biologi, faktor fisika dan faktor-faktor lainnya. Universitas Sumatera Utara 16 Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kategori kerusakan bahan pustaka terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal.

2.9.1 Faktor Internal