Perbedaan Pola Tata Ruang di Pedesaan dan di Perkotaan

103 lembaga pendidikan, dan keterampilan khusus; melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi; dan arus informasi, baik lewat media elektronik maupun surat kabar. b Bertambahnya kaum cendekiawan di daerah- daerah pedesaan, sebagai penggerak pembangunan di daerahnya. c Gairah perekonomian penduduk semakin meningkat. d Adanya alih-alih dan penggunaan teknologi tepat guna —khususnya di daerah-daerah pedesaan– dapat meningkatkan aneka produksi masyarakat sehingga pendapatannya pun semakin meningkat. e Bagi penduduk kota, akan lebih mudah memperoleh bahan-bahan konsumsi pertanian dengan harga yang relatif murah. 2 Pengaruh Negatif a Terbukanya kesempatan kerja dan daya tarik kota di berbagai bidang telah banyak menyerap tenaga kerja muda dari desa-desa sehingga desa meng- alami kekurangan tenaga potensial untuk mengolah lahan-lahan pertanian, dan pembangunan daerahnya. b Wilayah pedesaan akan menjadi lahan yang menarik bagi masyarakat kota sehingga tidak sedikit dari mereka yang membelinya. Wilayah pedesaan ini dibeli bukan untuk diolah menjadi lahan pertanian yang produktif, melainkan mereka jadikan tempat- tempat industri, rekreasi, ataupun sekadar untuk tempat peristirahatan. Bila tanpa disertai peraturan yang jelas dan tegas, tidak tertutup kemungkinan untuk timbulnya hal-hal seperti: 1 kawasan hijau semakin berkurang, 2 penyempitan lahan pertanian produktif, 3 penurunan kemampuan lahan sebagai daerah tangkapan hujan, dan peresapan air, 4 rusaknya alam pedesaan sebagai akibat pencemaran. 104 c Timbulnya penetrasi perembasan budaya kota yang kurang sesuai dengan tradisi pedesaan, misalnya dalam etika pergaulan dan pandangan hidup. Hal ini seringkali menimbulkan keresahan dan mengganggu stabilitas budaya pedesaan. d Tumbuhnya para pedagang kaki lima dan hunian liar yang mengganggu ketertiban kota.

b. Faktor-faktor yang Mendasari Interaksi Kota

Terjadinya interaksi antarwilayah, menurut Edward Ullman dalam Nurmala Dewi, 1997, didasari oleh tiga faktor, yaitu sebagai berikut. 1 Adanya wilayah yang Saling Melengkapi Komplemen- taritas Regional Menurut teori ini, hubungan imbal balik antarwilayah akan terjadi bila di antara keduanya memiliki potensi yang saling melengkapi atau saling membutuhkan. Wilayah A memiliki surplus potensi yang tidak dimiliki wilayah B. Sebaliknya, wilayah B memiliki surplus potensi yang tidak dimiliki wilayah A. Maka, dengan kondisi seperti itu, antara keduanya akan timbul interaksi, hubungan imbal balik antara A dan B lihat gambar. Gambar 3.14 Pedagang kaki lima Sumber: Kompas, 2007 Wilayah A Wilayah B Surplus potensi X Minus potensi Y Surplus potensi Y Minus potensi X Gambar 3.15 Skema Komplementaritas Regional