73
Kelebihan Kelemahan
Model Data
• Prosedur untuk memperoleh data dalam
bentuk raster atau citra lebih mudah, sederhana, dan murah.
• Memerlukan ruang atau tempat
penyimpanan disk yang lebih sedikit di komputer.
• Satu layer dapat dikaitkan dengan atau
mengandung banyak atribut sehingga dapat menghemat ruang penyimpanan
secara keseluruhan.
• Dengan banyak atribut yang dapat
dikandung oleh satu layer, banyak peta tematik lain layer yang dapat di-
hasilkan sebagai peta turunannya.
• Hubungan topologi dan network dapat
dilakukan dengan mudah. •
Memiliki resolusi spasial yang tinggi. •
Representatif gratis data spasialnya sangat mirip dengan peta garis buatan
tangan manusia.
• Memiliki batas-batas yang teliti, tegas,
dan jelas sehingga sangat baik untuk pembuatan peta-peta administrasi dan
persil tanah milik.
• Transformasi koordinat dan proyeksi
tidak sulit dilakukan. •
Metode untuk mendapatkan format data vektor melalui proses yang
lama, cukup melelahkan baik proses digitasi pada instrumen in-
strument fotogrametri digital on screen digitizing langsung di layer
monitor komputer, maupun proses digitasi di meja digitizer, dan relatif
mahal.
• Memiliki struktur data yang
kompleks. •
Datanya tidak mudah untuk dimanipulasi.
• Pengguna tidak mudah berkreasi
membuat programnya sendiri untuk memenuhi kebutuhan aplikasinya.
Hal ini disebabkan oleh stuktur data vektor yang lebih kompleks dan
prosedur-prosedur fungsi dan analisisnya memerlukan kemampu-
an yang tinggi karena lebih sulit
Sumber: Sistem Informasi Geografis, 2002 D a t a
Vektor
74
Sistem informasi geografi merupakan langkah selanjutnya setelah proses pengindraan jauh dalam rangkaian pengolahan
informasi geografi. Citra yang diperoleh melalui pengindraan jauh merupakan data dasar atau input yang selanjutnya diolah dan
disajikan oleh sistem informasi geografi. Posisi data dalam citra pengindraan jauh dapat dikoreksi kembali dalam sistem informasi
geografi. Dengan demikian, integrasi antara data pengindraan jauh dengan sistem informasi geografi akan memperoleh informasi yang
optimal sebagai data pemanfaatan wilayah.
D. Hubungan antara Teknologi Pengindraan Jauh dengan SIG
Pada awalnya, pengindraan jauh dan sistem informasi geografi dikembangkan secara terpisah. Tenaga ahli di bidang
pengindraan jauh mengembangkan sistem sensor dan metode pengolahan citra, sedangkan ahli sistem informasi geografi akan
lebih mengenal prinsip-prinsip proyeksi peta, analisis keruangan, dan rancang bangun data dasar keruangan. Walaupun keduanya
berbeda dalam orientasi kerja, tetapi baik ahli pengindraan jauh maupun sistem informasi geografi, sama-sama perlu mengerti
kondisi dan informasi keruangan yang dikumpulkannya, seperti ikhwal hutan, geologi perencanaan jalan raya, dan sebagainya.
Secara ringkas, hubungan antara pengindraan jauh dengan sistem informasi geografi adalah sebagai berikut.
1. Pengindraan jauh dan sistem informasi geografi keduanya
digunakan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan melapor- kan tentang sumber daya di bumi beserta infrastrukturnya
yang akan digunakan manusia.
2. Pengindraan jauh dan sistem informasi geografi mempunyai
kemampuan yang saling melengkapi. Kemampuan analisis pengindraan jauh bertambah baik dengan pemeriksaan verifikasi
data yang diperoleh sistem informasi geografi. Demikian pula, penerapan sistem informasi geografi akan memperoleh
keuntungan dari informasi yang diberikan oleh pengindraan jauh.
3. Integrasi penggunaan pengindraan jauh dengan sistem
informasi geografi tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga memungkinkan memperoleh data baru
dan bagi daerah yang belum tersedia datanya.
75
Gambar 2.18 Tampilan kompleks perumahan Permata Intan Bandung Sumber: Intimulya, 2005
Terdapat empat tahap pengolahan informasi geografi, yaitu sebagai berikut.
1. Tahap Perolehan Data
Sistem informasi geografi memerlukan data masukan yang akurat agar nantinya dapat memperoleh informasi yang benar.
Data masukan itu dapat kita peroleh dari beberapa sumber.
a. Data Lapangan
Data ini diperoleh langsung dari hasil pengukuran lapangan, misalnya: pengukuran terhadap curah hujan di suatu wilayah,
salinitas air, kedudukan muka air tanah, dan sebagainya.
b. Data Peta
Yaitu dapat berupa peta yang dituangkan dalam kertas atau dalam film, misalnya: peta geologi, peta hidrologi, dan
sebagainya. Peta ini masih merupakan data mentah yang harus kita ubah menjadi data digital.
c. Data Citra
Data ini diperoleh dari hasil pengindraan jauh.
d. Database
Database memberikan informasi yang sangat penting bagi sistem informasi geografi. Data yang disajikan dalam bentuk
database ini dapat memuat informasi yang tidak terbatas.
E. Pengolahan Informasi Geografi
76 2.
Tahap Input Data SIG
Data yang diperoleh, baik berupa data lapangan, data peta, dan citra pengindraan jauh, maupun database, dimasukkan ke
dalam program sistem informasi geografi.
3. Tahap Pengolahan Manipulasi dan Analisis Data SIG
Tahap ini merupakan tahap inti dari keseluruhan rangkaian program sistem informasi geografi.
4. Tahap Output Data Sistem Informasi Geografi SIG
Keluaran output yang disajikan sistem informasi geografi, antara lain: berupa peta, bagan, grafik, tabel, atau berupa hasil-hasil
perhitungan data numerik. Semua itu dapat berwujud tampilan pada layar komputer, pada kertas printer, atau pun pada media lainnya.
5. Pemanfaatan SIG
Sesuai dengan definisi SIG yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kegunaan atau manfaat SIG
sebagai berikut. a.
Memasukkan dan mengumpulkan data geografi spasial dan atribut.
b. Mengintegrasikan data geogafi spasial dan atribut.
c. Memeriksa, mengoreksi mengedit data geografi spasial dan
atribut. d.
Menyimpan dan memanggil kembali data geografi spasial dan atribut.
e. Mempresentasikan atau menampilkan data geografi spasial
dan atribut. f.
Mengelola data geografi spasial dan atribut. g.
Memanipulasi data geografi spasial dan atribut. h.
Menganalisis data geogafi spasial dan atribut. i.
Menghasilkan keluaran output data geografi dalam bentuk peta tematik view dan lay out, tabel, grafik, laporan, dan lainnya
dalam bentuk hardcopy maupun softcopy.