60 5.
Pemanfaatan Pengindraan Jauh dalam Survei Arkeologi
Ketidakjelasan lokasi dan data letak benda-benda peninggalan sejarah mendorong para arkeolog untuk
memanfaatkan teknologi pengindraan jauh. Dengan teknologi ini, kegiatan survei arkeologi akan lebih
cermat dan lebih mudah. Beberapa temuan yang diperoleh dengan bantuan pengindraan jauh, yaitu:
a. teridentifikasinya lokasi Banten Girang
sebagai pusat pemukiman masa lampau; b.
teridentifikasinya parit-parit yang melingkari Kraton Surowangsan; serta
c. teridentifikasinya lingkungan situs Tirtayasa
yang diperkirakan sebagai bagian dari Kraton Banten Tirtayasa.
6. Pemanfaatan Pengindraan Jauh dalam Kegiatan Militer
Kedigdayaan suatu negara dalam bidang militer, saat ini tidak lagi ditentukan oleh lengkap tidaknya
persenjataan tempur, melainkan juga ditentukan oleh ada tidaknya data citra satelit militer misalnya.
Hal ini sudah dibuktikan: a.
perang Irak dengan sekutu Kuwait, b.
tertembaknya tokoh pejuang Republik Chechnya,
c. Foto Pentagon di Amerika Serikat
Langkah-langkah pengindraan jauh pada umumnya meliputi enam tahap. Secara garis besar, tahap-tahap tersebut diuraikan
sebagai berikut.
1. Perumusan dan Tujuan
Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan, misalnya erosi tanah, penebangan hutan, dan pencemaran
lingkungan. Masalah harus dirumuskan dengan jelas, karena hal itu merupakan landasan bagi penyusunan tujuan yang ingin dicapai.
Gambar 2.12 Foto pemanfaatan pengin-
draan jauh dalam survei arkeologi.
Sumber: www.balarpalembang.go.id
I. Langkah-langkah Pengindraan Jauh
Gambar 2.13 Foto pemanfaatan
pengindraan jauh dalam militer
Sumber: www.hobart.k 12.in.us
61 2.
Evaluasi Kemampuan
Setelah masalah dan tujuan dirumuskan dengan jelas, langkah berikutnya adalah penelitian terhadap kemampuan dalam
pelaksanaannya. Yang perlu dinilai di antaranya kemampuan tim pelaksananya, alat dan perlengkapan, waktu, serta dana yang
tersedia. Antara kemampuan dan tujuan harus sesuai. Bila tidak sesuai, kemampuan harus ditingkatkan atau tujuannya harus ditinjau
kembali, misalnya dengan penyederhanaan masalah atau tujuan,
3. Pemilihan Cara Kerja
Cara kerja yang dipilih harus sesuai dengan tujuan, jangan sampai bertolak belakang. Untuk itu, diperlukan pengetahuan yang
memadai mengenai masalah serta objek yang akan diteliti.
4. Tahap persiapan
a. Penyiapan Data Acuan
Data acuan ialah data yang bukan berasal dari citra pengindraan jauh, akan tetapi data itu diperlukan dalam
interpretasi citra. Data acuan itu dapat berupa monografi daerah, laporan penelitian, kertas kerja, majalah atau buku,
dan peta. Data-data tersebut diperlukan untuk menunjang terhadap interpretasi citra dan pengindraan jauh.
b. Penyiapan Data Pengindraan Jauh
Data pengindraan jauh ialah hasil perekaman objek dengan menggunakan sensor buatan, misalnya: berupa citra foto,
citra nonfoto, atau numerik. Data pengindraan jauh yang akan dipersiapkan harus sesuai dengan tujuan dan kemampuan
penelitian.
c. Penyiapan Mosaik
Mosaik foto ialah serangkaian foto dari suatu daerah yang disusun menjadi satu lembar foto. Penyusunan ini dimaksudkan
untuk menggambarkan daerah penelitian secara utuh.
d. Orientasi Medan
Pekerjaan ini dilakukan dengan observasi langsung ke medan penelitian, yang bertujuan untuk mencocokkan wujud medan
objek yang tergambar di foto dengan objek yang sebenarnya. Orientasi medan perlu dilakukan apabila:
1
tidak adanya data acuan, dan 2
objek yang tergambar pada foto sulit diinterpretasi.