Impor Minyak Sawit Amerika Serikat

128 sebesar 1,19 persen. Penurunan konsumsi ini disebabkan oleh kapasitas produksi industri turunan sawit Indonesia masih terbatas sehingga belum mampu menyerap kelebihan supply minyak sawit domestic. Untuk itu perlu ditingkatkan industri produk turunan sawit. Berkurangnya permintaan minyak sawit untuk ekspor berakibat pada penurunan produksi minyak sawit sehingga permintaan terhadap tandan buah segar kelapa sawit juga mengalami penurunan yang berdampak pada produksi tandan buah segar kelapa sawit turun sebesar 0,39 persen. Dari sisi harga, kenaikan pajak ekspor minyak sawit malah berdampak peningkatan harga ekspor produk sawit Indonesia ke Amerika Serikat sebesar 0,49 persen dan harga ekspor total CPO turun sebesar 3,34 persen diakibatkan oleh menumpuknya persediaan minyak sawit dikarenakan penurunan ekspor produk minyak sawit Indonesia. Terjadinya penurunan harga ekspor ini juga dikarenakan penyesuaian harga yang dilakukan oleh produsen dalam negeri agar harga produk minyak sawitnya terserap oleh pasar dan dapat bersaing dengan harga produk minyak sawit negara lain. Tabel 52. Hasil Simulasi Kenaikan Pajak Ekspor Minyak Sawit NO. VARIABEL ENDOGEN NILAI DASAR Pajak Ekspor Naik 10 NILAI Perubahan 1 Produksi Minyak Kelapa Sawit 8 318 289 8 219 559 -1.19 2 Konsumsi Minyak Kelapa Sawit 2 962 133 2 879 986 -2.77 3 Harga Riil Domestik Minyak Kelapa Sawit 1 949.4 1 930.8 -0.95 4 Harga Ekspor Minyak Kelapa Sawit 485.3 469.1 -3.34 5 Ekspor Minyak Kelapa Sawit 5 356 155 5 339 659 -0.31 6 Luas Areal Kebun Kelapa Sawit 3 821 864 3 804 641 -0.45 7 Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit 39 610 898 39 458 160 -0.39 8 Harga Riil Tandan Buah Segar Kelapa Sawit 440.9 443.8 -0.66 9 Harga Ekspor CPO Indonesia dan Turunannya ke USA 450.1 452.3 -0.49 10 Ekspor CPO Indonesia dan Turunannya ke USA 24 126 23 992 -0.56 11 Impor CPO Amerika Serikat 327 286 325 763 -0.47 Kenaikan pajak ekspor minyak sawit juga akan berdampak pada penurunan impor minyak sawit oleh Amerika Serikat sebesar 0.47 persen. Dengan adanya kenaikan pajak ekspor mengakibatkan harga akhir minyak sawit sampai di Amerika Serikat menjadi lebih tinggi sehingga importir USA mengurangi pembelian minyak sawit, disamping itu kebutuhan minyak nabati USA juga bisa dipenuhi dari minyak kedelai dimana USA merupakan penghasil minyak kedelai terbesar di dunia. Peningkatan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Sebesar 12 Persen Pada skenario kedua dilakukan simulasi peningkatan nilai tukar Rupiah terhadap US Dolar sebesar 12 persen. Hasil simulasi seperti terlihat pada Tabel 53 menunjukkan bahwa peningkatan nilai tukar Rupiah atau Rupiah melemah terhadap Dolar kurang berpengaruh terhadap peningkatan ekspor produk minyak 129 sawit Indonesia. Pada hasil simulasi terlihat akan terjadi penurunan ekspor minyak sawit dan produk turunannya ke Amerika Serikat sebesar 0.05 persen, dan pelemahan Rupiah ini akan menurunkan ekspor total minyak sawit mentah Indonesia sebesar 5.59 persen. Hal ini terjadi karena sistem pembelian produk sawit adalah kontrak di depan sehingga pelemahan nilai Rupiah baru terlihat dampaknya pada periode berikutnya. Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar akan berdampak pada pada penurunan harga domestik minyak kelapa sawit dan harga ekspor produk sawit Indonesia ke Amerika Serikat masing-masing sebesar 0.72 persen dan 0.02 persen. Konsumsi minyak kelapa sawit domestik juga mengalami penurunan sebesar 0.66 persen karena dengan pelemahan nilai tukar Rupiah menyebabkan harga input bahan baku pendukung industri produk sawit yang berasal dari impor menjadi lebih mahal sehingga industri mengurangi produksi. Sedangkan produksi minyak sawit mengalami penurunan dikarenakan peningkatan ekspor minyak sawit masih memanfaatkan kelebihan produksi sebelumnya. Impor minyak sawit Indonesia oleh Amerika Serikat juga tidak mengalami peningkatan. Tabel 53. Hasil Simulasi Peningkatan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dolar sebesar 12 Persen NO. VARIABEL NILAI DASAR Nilai Tukar Naik 12 Nilai Perubahan 1 Produksi Minyak Kelapa Sawit 8 318 289 8 301 878 -0.20 2 Konsumsi Minyak Kelapa Sawit 2 962 133 2 942 613 -0.66 3 Harga Riil Domestik Minyak Kelapa Sawit 1 949.4 1 963.4 -0.72 4 Harga Ekspor Minyak Kelapa Sawit 485.3 479.5 -1.20 5 Ekspor Minyak Kelapa Sawit 5 356 155 5 056 658 -5.59 6 Luas Areal Kebun Kelapa Sawit 3 821 864 3 831 753 0.26 7 Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit 39 610 898 39 768 431 0.40 8 Harga Riil Tandan Buah Segar Kelapa Sawit 440.9 449.1 1.86 9 Harga Ekspor CPO Indonesia dan Turunannya ke USA 450.1 450 -0.02 10 Ekspor CPO Indonesia dan Turunannya ke USA 24 126 24 114 -0.05 11 Impor CPO Amerika Serikat 327 286 327 035 -0.08 Pengembangan Produk Turunan Minyak Sawit Sebesar 20 Persen Pada skenario ketiga dilakukan simulasi peningkatan produksi stearin sebesar 20 persen sebagai indikator kenaikan produksi produk turunan dari minyak sawit. Hasil simulasi seperti terlihat pada Tabel 54 menunjukkan bahwa peningkatan produksi stearin sebesar 20 persen akan berdampak pada peningkatan ekspor produk turunan minyak sawit Indonesia ke Amerika Serikat sebesar 2.11 persen sehingga terjadi peningkatan konsumsi minyak sawit oleh industri dalam negeri untuk diolah menjadi produk turunan yang bernilai tambah tinggi sebesar 31.80 persen yang diikuti oleh peningkatan produksi minyak sawit sebesar 6.54 persen. Meningkatnya permintaan minyak sawit akan berdampak pada peningkatan produksi tandan buah segar dan areal perkebunan sawit masing- 130 masing sebesar 1.46 persen dan 2.48 persen. Perlu peremajaan perkebunan sawit Indonesia Wigena dan Andriati, 2011 untuk meningkatkan produktivitasnya. Peningkatan produk turunan minyak sawit juga akan berdampak peningkatan impor produk turunan minyak sawit oleh Amerika Serikat sebesar 2.57 persen dikarenakan harga ekspor produk turunan minyak sawit mengalami penurunan sebesar 0.02 persen. Peningkatan produksi turunan minyak sawit ini berdampak pada penurunan ekspor minyak sawit mentah sebesar 8.70 persen dan juga disebabkan oleh kenaikan harga ekspor minyak sawit sebesar 0.16 persen. Penurunan ekspor minyak sawit mentah ini sesuai dengan penelitian Joni 2012. Sedangkan harga domestik minyak sawit dan harga tandan buah segar mengalami penurunan. Dengan peningkatan produksi produk turunan sawit ini maka akan tercapai nilai ekonomis dalam proses produksi sehingga biaya produksi lebih efisien dan harga jual menjadi lebih murah. Tabel 54. Hasil Simulasi Pengembangan Produk Turunan Minyak Sawit sebesar 20 persen NO. VARIABEL NILAI DASAR QST naik 20 Nilai Perubahan 1 Produksi Minyak Kelapa Sawit 8 318 289 8 862 541 6.54 2 Konsumsi Minyak Kelapa Sawit 2 962 133 3 904 026 31.80 3 Harga Riil Domestik Minyak Kelapa Sawit 1 949.4 1 587.5 -18.56 4 Harga Ekspor Minyak Kelapa Sawit 485.3 486.1 0.16 5 Ekspor Minyak Kelapa Sawit 5 356 155 4.890 005 -8.70 6 Luas Areal Kebun Kelapa Sawit 3 821 864 3 916 835 2.48 7 Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit 39 610 898 40 189 364 1.46 8 Harga Riil Tandan Buah Segar Kelapa Sawit 440.9 387.4 -12.13 9 Harga Ekspor CPO Indonesia dan Turunannya ke USA 450.1 450 -0.02 10 Ekspor CPO Indonesia dan Turunannya ke USA 24 125.7 24 634 2.11 11 Impor CPO Amerika Serikat 327 286 335 695 2.57 Pengembangan Produk Turunan Minyak Sawit Sebesar 50 Persen Pada skenario keempat dilakukan simulasi peningkatan produksi stearin sebesar 50 persen sebagai indikator kenaikan produksi produk turunan dari minyak sawit. Hasil simulasi seperti terlihat pada Tabel 55 menunjukkan bahwa peningkatan produksi stearin sebesar 50 persen akan berdampak pada peningkatan ekspor produk turunan minyak sawit Indonesia ke Amerika Serikat sebesar 5.84 persen sehingga terjadi peningkatan konsumsi minyak sawit oleh industri dalam negeri untuk diolah menjadi produk turunan yang bernilai tambah tinggi sebesar 83.76 persen yang diikuti oleh peningkatan produksi minyak sawit sebesar 18.19 persen. Meningkatnya permintaan minyak sawit berdampak pada peningkatan produksi tandan buah segar dan areal perkebunan sawit masing-masing sebesar 4.25 persen dan 6.91 persen. Peningkatan produk turunan minyak sawit juga berdampak peningkatan impor produk turunan minyak sawit oleh Amerika Serikat sebesar 7.14 persen 131 dikarenakan harga ekspor produk turunan minyak sawit ke Amerika Serikat mengalami penurunan sebesar 0.02 persen. Peningkatan produksi turunan minyak sawit ini berdampak pada penurunan ekspor minyak sawit mentah sebesar 20.91 persen. Penurunan ekspor minyak sawit mentah ini sesuai dengan penelitian Joni 2012. Hal ini juga disebabkan oleh kenaikan harga ekspor minyak sawit sebesar 5.56 persen. Tabel 55. Hasil Simulasi Pengembangan Produk Turunan Minyak Sawit sebesar 50 persen NO. VARIABEL NILAI DASAR QST naik 50 Nilai Perubahan 1 Produksi Minyak Kelapa Sawit 8 318 289 9 831 180 18.19 2 Konsumsi Minyak Kelapa Sawit 2 962 133 5 443 254 83.76 3 Harga Riil Domestik Minyak Kelapa Sawit 1 949.4 1 074.3 -44.89 4 Harga Ekspor Minyak Kelapa Sawit 485.3 512.3 5.56 5 Ekspor Minyak Kelapa Sawit 5 356 155 4 236 241 -20.91 6 Luas Areal Kebun Kelapa Sawit 3 821 864 4 085 851 6.91 7 Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit 39 610 898 41 295 386 4.25 8 Harga Riil Tandan Buah Segar Kelapa Sawit 440.9 303.2 -31.23 9 Harga Ekspor CPO Indonesia dan Turunannya ke USA 450.1 450 -0.02 10 Ekspor CPO Indonesia dan Turunannya ke USA 24 125.7 25 534 5.84 11 Impor CPO Amerika Serikat 327 286 350 657 7.14 Peningkatan Pengembangan Produk Turunan Sawit Sebesar 20 Persen dan Kenaikan Pajak Ekspor Sebesar 10 Persen Pada skenario kelima dilakukan simulasi kombinasi peningkatan produksi stearin sebesar 20 persen dan kenaikan pajak ekspor sebesar 10 persen. Hasil simulasi seperti terlihat pada Tabel 56 menunjukkan bahwa peningkatan produksi stearin sebesar 20 persen dan kenaikan pajak ekspor sebesar 10 persen akan berdampak pada peningkatan ekspor produk turunan minyak sawit ke Amerika Serikat sebesar 1.93 persen dan terjadi penurunan ekspor total minyak sawit CPO Indonesia sebesar 8.45 persen. Peningkatan ekspor produk turunan minyak sawit ini mengakibatkan konsumsi dan produksi dalam bentuk minyak sawit mentah mengalami kenaikan masing-masing sebesar 31.87 persen dan 6.58 persen. Peningkatan ekspor minyak sawit dan produk turunannya yang ini juga disebabkan penurunan harga sawit domestik sehingga mempengaruhi peningkatan produksi produk turunan sawit di Indonesia. Selain peningkatan ekspor ini juga dipengaruhi oleh peningkatan harga ekspor minyak sawit mentah dan harga produk turunan minyak sawit ke USA yang naik tipis masing-masing sebesar 0.25 persen dan 0.49 persen. Peningkatan ekspor produk turunan minyak sawit ini mengakibatkan produsen minyak sawit Indonesia meningkatkan produksi minyak sawit sebesar 6.58 persen dan terjadi peningkatan permintaan TBS sehingga produksi tandan buah segar meningkat sebesar 1.48 persen sehingga petani dan perusahaan juga meningkatkan perluasan perkebunan sawit sebesar 2.50 persen. 132 Hasil ini sesuai dengan penelitian Joni 2012. Dari hasil simulasi juga terlihat bahwa peningkatan ekspor produk turunan minyak sawit Indonesia ke USA diikuti oleh peningkatan impor minyak sawit USA. Hasil simulasi memperlihatkan terjadi peningkatan impor USA terhadap minyak sawit mentah sebesar 2.58 persen. Hal ini dapat juga disebabkan oleh peningkatan konsumsi minyak nabati di USA untuk pangan, oleokimia dan bioenergi. Tabel 56. Hasil Simulasi Pengembangan Produk Turunan Minyak Sawit sebesar 20 persen dan Kenaikan Pajak Ekspor 10 Persen NO. VARIABEL NILAI DASAR QST Naik 20 dan XTAX Naik 10 Nilai Perubahan 1 Produksi Minyak Kelapa Sawit 8 318 289 8 865 318 6.58 2 Konsumsi Minyak Kelapa Sawit 2 962 133 3 906 138 31.87 3 Harga Riil Domestik Minyak Kelapa Sawit 1 949.4 1 588.6 -18.51 4 Harga Ekspor Minyak Kelapa Sawit 485.3 486.5 0.25 5 Ekspor Minyak Kelapa Sawit 5 356 155 4 903 816 -8.45 6 Luas Areal Kebun Kelapa Sawit 3 821 864 3 917 319 2.50 7 Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit 39 610 898 40 195 508 1.48 8 Harga Riil Tandan Buah Segar Kelapa Sawit 440.9 387.6 -12.09 9 Harga Ekspor CPO Indonesia dan Turunannya ke USA 450.1 452.3 0.49 10 Ekspor CPO Indonesia dan Turunannya ke USA 24 125.7 24 592 1.93 11 Impor CPO Amerika Serikat 327 286 335 738 2.58 Peningkatan Pengembangan Produk Turunan Sawit Sebesar 20 Persen, Kenaikan Pajak Ekspor Sebesar 10 Persen dan Kenaikan Nilai Tukar Sebesar 12 Persen Pada skenario keenam dilakukan simulasi kombinasi peningkatan produksi stearin sebesar 20 persen, kenaikan pajak ekspor sebesar 10 persen dan kenaikan nilai tukar sebesar 12 persen. Hasil simulasi seperti terlihat pada Tabel 57 menunjukkan bahwa peningkatan produksi stearin, kenaikan pajak ekspor sebesar 10 persen dan kenaikan nilai tukar sebesar 12 persen akan berdampak pada pada peningkatan ekspor produk turunan minyak sawit ke Amerika Serikat sebesar 2.26 persen dan penurunan ekspor total minyak sawit Indonesia sebesar 13.47 persen. Peningkatan ekspor produk turunan minyak sawit ini mengakibatkan konsumsi dan produksi dalam bentuk minyak sawit mentah mengalami kenaikan masing- masing sebesar 34.05 persen dan 7.6 persen. Peningkatan ekspor minyak sawit dan produk turunannya ini juga disebabkan penurunan harga sawit domestik sebesar 16.77 persen, harga ekspor minyak sawit mentah naik 2.47 persen dan peningkatan harga ekspor produk turunan minyak sawit ke USA sebesar 0.49 persen. Pemerintah perlu penyesuaian intervensi pajak ekspor dan nilai tukar terhadap harga komoditas internasional Drajat, 2009. Peningkatan ekspor produk turunan minyak sawit ini mengakibatkan produsen minyak sawit Indonesia meningkatkan produksi minyak 133 sawit sebesar 7.60 persen dan terjadi peningkatan permintaan TBS sehingga produksi tandan buah segar meningkat sebesar 2.27 persen sehingga petani dan perusahaan juga meningkatkan perluasan perkebunan sawit sebesar 3.22 persen. Dari hasil simulasi juga terlihat bahwa peningkatan ekspor produk turunan minyak sawit Indonesia ke USA diikuti oleh peningkatan impor minyak sawit USA. Hasil simulasi memperlihatkan terjadi peningkatan impor USA terhadap minyak sawit mentah sebesar 2.98 persen. Hal ini dapat juga disebabkan oleh peningkatan konsumsi minyak nabati di USA untuk pangan, oleokimia dan bioenergi. Tabel 57. Hasil Simulasi Pengembangan Produk Turunan Minyak Sawit sebesar 20 persen, Kenaikan Pajak Ekspor dan Kenaikan Nilai Tukar NO. VARIABEL NILAI DASAR QST naik 20 - XTAX naik 10 -ER naik 12 Nilai Perubahan 1 Produksi Minyak Kelapa Sawit 8 318 289 8 950 414 7.60 2 Konsumsi Minyak Kelapa Sawit 2 962 133 3 970 878 34.05 3 Harga Riil Domestik Minyak Kelapa Sawit 1 949.4 1 622.4 -16.77 4 Harga Ekspor Minyak Kelapa Sawit 485.3 497.3 2.47 5 Ekspor Minyak Kelapa Sawit 5 356 155 4 634 626 -13.47 6 Luas Areal Kebun Kelapa Sawit 3 821 864 3 944 915 3.22 7 Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit 39 610 898 40 511 922 2.27 8 Harga Riil Tandan Buah Segar Kelapa Sawit 440.9 393.2 -10.82 9 Harga Ekspor CPO Indonesia dan Turunannya ke USA 450.1 452.3 0.49 10 Ekspor CPO Indonesia dan Turunannya ke USA 24 125.7 24 671 2.26 11 Impor CPO Amerika Serikat 327 286 337 052 2.98 Peningkatan Pengembangan Produk Turunan Sawit Sebesar 50 Persen dan Kenaikan Pajak Ekspor Sebesar 10 Persen Pada skenario ketujuh dilakukan simulasi kombinasi peningkatan pengembangan produk stearin sebagai indikator produk turunan sawit sebesar 50 persen dan kenaikan pajak ekspor sebesar 10 persen. Hasil simulasi seperti terlihat pada Tabel 58 menunjukkan bahwa peningkatan pengembangan produk turunan sawit dan kenaikan pajak ekspor minyak sawit akan berdampak pada pada peningkatan ekspor produk turunan minyak sawit ke Amerika Serikat sebesar 5.66 persen dan penurunan ekspor total minyak sawit Indonesia sebesar 20.65 persen. Peningkatan ekspor produk turunan minyak sawit ini mengakibatkan konsumsi dan produksi dalam bentuk minyak sawit mentah mengalami penurunan masing- masing sebesar 83.83 persen dan 18.22 persen. Peningkatan produksi minyak sawit Indonesia ini menyebabkan persediaan minyak sawit Indonesia masih melimpah sehingga menyebabkan terjadinya penurunan harga sawit domestic sebesar 44.83 persen, sedangkan harga ekspor minyak sawit dan harga produk turunan minyak sawit ke USA masing- masing sebesar 5.63 persen dan 0.49 persen. Penurunan harga domestic minyak 134 sawit ini mengakibatkan terjadi peningkatan permintaan minyak sawit sehingga terjadi peningkatan permintaan TBS sehingga produksi tandan buah segar meningkat sebesar 4.27 persen sehingga petani dan perusahaan juga meningkatkan perluasan perkebunan sawit sebesar 6.92 persen. Dari hasil simulasi juga terlihat bahwa peningkatan ekspor produk turunan minyak sawit Indonesia ke USA diikuti oleh peningkatan impor minyak sawit USA. Hasil simulasi memperlihatkan terjadi penurunan impor USA terhadap minyak sawit mentah sebesar 7.15 persen. Tabel 58. Hasil Simulasi Pengembangan Produk Turunan Minyak Sawit 50 Persen dan Kenaikan Pajak Ekspor NO. VARIABEL NILAI DASAR QST naik 50 - XTAX naik 10 NILAI Perubahan 1 Produksi Minyak Kelapa Sawit 8 318 289 9 833 956 18.22 2 Konsumsi Minyak Kelapa Sawit 2 962 133 5 445 367 83.83 3 Harga Riil Domestik Minyak Kelapa Sawit 1 949.4 1 075.4 -44.83 4 Harga Ekspor Minyak Kelapa Sawit 485.3 512.6 5.63 5 Ekspor Minyak Kelapa Sawit 5 356 155 4 250 051 -20.65 6 Luas Areal Kebun Kelapa Sawit 3 821 864 4 086 336 6.92 7 Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit 39 610 898 41 301 529 4.27 8 Harga Riil Tandan Buah Segar Kelapa Sawit 440.9 303.4 -31.19 9 Harga Ekspor CPO Indonesia dan Turunannya ke USA 450.1 452.3 0.49 10 Ekspor CPO Indonesia dan Turunannya ke USA 24 125.7 25 491 5.66 11 Impor CPO Amerika Serikat 327 286 350 699 7.15 Peningkatan Pengembangan Produk Turunan Sawit Sebesar 50 Persen, Kenaikan Pajak Ekspor Sebesar 10 Persen dan Kenaikan Nilai Tukar 12 Persen Pada skenario ketujuh dilakukan simulasi kombinasi peningkatan pengembangan produk stearin sebagai indicator produk turunan sawit sebesar 50 persen, kenaikan pajak ekspor sebesar 10 persen dan kenaikan nilai tukar 12 persen. Hasil simulasi seperti terlihat pada Tabel 59 menunjukkan bahwa Hasil simulasi menunjukkan bahwa peningkatan pengembangan produk stearin sebagai indikator produk turunan sawit, kenaikan pajak ekspor dan kenaikan nilai tukar akan berdampak pada pada peningkatan ekspor produk turunan minyak sawit ke Amerika Serikat sebesar 5.99 persen dan penurunan ekspor minyak sawit mentah Indonesia sebesar 25.68 persen. Peningkatan ekspor produk turunan minyak sawit ini mengakibatkan konsumsi dan produksi dalam bentuk minyak sawit mentah mengalami peningkatan masing-masing sebesar 86.02 persen dan 19.24 persen. Peningkatan ekspor minyak sawit dan produk turunannya ini juga disebabkan penurunan harga sawit domestik sebesar 43.10 persen sehingga industri dalam negeri meningkatkan produksi produk turunan sawit, sedangkan harga ekspor minyak sawit dan harga produk turunan minyak sawit ke USA 135 masing-masing sebesar 7.85 persen dan 0.49 persen. Peningkatan ekspor produk turunan minyak sawit ini mengakibatkan produsen minyak sawit Indonesia meningkatkan produksi minyak sawit sebesar 19.24 persen dan terjadi peningkatan permintaan TBS sehingga produksi tandan buah segar meningkat sebesar 5.07 persen sehingga petani dan perusahaan juga meningkatkan perluasan perkebunan sawit sebesar 7.64 persen. Dari hasil simulasi juga terlihat bahwa peningkatan ekspor produk turunan minyak sawit Indonesia ke USA diikuti oleh peningkatan impor minyak sawit USA. Hasil simulasi memperlihatkan terjadi peningkatan impor USA terhadap minyak sawit mentah sebesar 7.56 persen. Hal ini dapat juga disebabkan oleh peningkatan konsumsi minyak nabati di USA untuk pangan, oleokimia dan bioenergi. Tabel 59. Hasil Simulasi Pengembangan Produk Turunan Minyak Sawit 50 Persen dan Kenaikan Pajak Ekspor dan Kenaikan Nilai Tukar NO. VARIABEL NILAI DASAR QST naik 50 - XTAX naik 10 - ER naik 12 NILAI Perubahan 1 Produksi Minyak Kelapa Sawit 8 318 289 9 919 053 19.24 2 Konsumsi Minyak Kelapa Sawit 2 962 133 5 510 106 86.02 3 Harga Riil Domestik Minyak Kelapa Sawit 1 949.4 1 109.2 -43.10 4 Harga Ekspor Minyak Kelapa Sawit 485.3 523.4 7.85 5 Ekspor Minyak Kelapa Sawit 5 356 155 3 980 861 -25.68 6 Luas Areal Kebun Kelapa Sawit 3 821 864 4 113 932 7.64 7 Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit 39 610 898 41 617 944 5.07 8 Harga Riil Tandan Buah Segar Kelapa Sawit 440.9 308.9 -29.94 9 Harga Ekspor CPO Indonesia dan Turunannya ke USA 450.1 452.3 0.49 10 Ekspor CPO Indonesia dan Turunannya ke USA 24 125.7 25 571 5.99 11 Impor CPO Amerika Serikat 327 286 352 014 7.56 Implikasi Kebijakan Minyak sawit memiliki peran penting pada perekonomian Indonesia sebagai penghasil devisa terbesar disektor non migas. Industri minyak sawit mampu menyerap 5 juta tenaga kerja mulai dari tingkat perkebunan sampai pada industri pengolahan produk turunannya Kementerian Perdagangan, 2014. Pemanfaatan minyak sawit CPO sebagai bahan baku industri dapat memberikan multiplier effect meliputi: pertumbuhan subsektor ekonomi lainnya, pengembangan wilayah industri, proses alih teknologi, perluasan lapangan kerja, perolehan devisa, dan peningkatan penerimaan pajak. Implikasi kebijakan bagi peningkatan ekspor produk turunan minyak sawit Indonesia ke Amerika Serikat adalah sebagai berikut: 136 Peningkatan Produksi Minyak Sawit Untuk meningkatkan produksi minyak sawit CPO sebagai bahan baku produk turunan minyak sawit tentu terkait dengan produksi tandan buah segar dan luas areal perkebunan sawit. Menurut Masrul E.H 2006, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan industri kelapa sawit dibandingkan dengan negara lain dilihat dari potensi luas lahan yang tersedia di Indonesia sehingga berpotensi memperluas lahan sawit hingga lima kali lipat dari luas area yang dimiliki sekarang. Daerah yang memiliki potensi yang besar sebagai areal perkebunan sawit adalah Propinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan daerah Papua. Potensi lahan untuk kelapa sawit diperkirakan seluas 31 juta hektar yang baru terpakai sekitar 9 juta hektar. Saat ini penyumbang terbesar area perkebunan sawit adalah perusahaan swasta dengan kontribusi 55.2 persen luas areal sawit nasional. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah serius mendorong peran swasta swasta dengan memberikan berbagai insentif berupa kemudahan mendapatkan pinjaman dan insentif bunga pinjaman bagi pengembang, pembukaan lahan dan pembangunan pabrik kelapa sawit baru Casson, 1999. Agar swasta lebih tertarik lagi untuk pengembangan industri produk turunan minyak sawit, pemerintah perlu penegakan hukum tegas, adil dan transparan serta mempersingkat atau mempermudah jalur birokrasi perijinan. Selain memperluas areal perkebunan sawit yang perlu dilakukan Pemerintah adalah melalukan program peremajaan replanting terhadap pohon kelapa sawit yang sudah tua tidak produktif. Rata-rata pohon kelapa sawit Indonesia merupakan hasil tanam pada tahun 1980-an dan 1990-an yang merupakan program pengembangan masal yang dicanangkan oleh pemerintah Soeharto sehingga rata-rata pohon kelapa sawit tersebut sudah melewati masa produktivitas maksimal tandan buah kelapa sawit. Sedangkan saat ini Indonesia sudah berhasil menghasilkan bibit unggul kelapa sawit yang memiliki produktivitas yang lebih tinggi. Melaksanakan program replanting ini tentu akan mendapatkan penolakan dari petani sawit terkait dengan berkurangnya penghasilan mereka dari selama menunggu masa panen pertama 2.5 – 3 tahun dari program peremajaan pohon kelapa sawit. Untuk itu pemerintah perlu memberikan kompensasi atau insentif sehingga para petani tertarik untuk melakukan replanting. Sebagai perbandingan, Malaysia memberikan insentif sebesar RM 7500 per Ha kepada petani maupun perusahaan sawit untuk melakukan peremajaan pohon kelapa sawit. Pengembangan Industri Hilir Minyak Sawit Indonesia Dalam rangka meningkatkan nilai minyak sawit Indonesia di pasar ekspor salah satunya ke pasar Amerika Serikat melalui pengembangan industri turunan minyak sawit di Indonesia, Menurut Martin 1993, keuntungan bisa ditingkatkan dengan melakukan differensiasi produk. Oleh karena itu, sangat perlu untuk meningkatkan nilai tambah CPO dalam bentuk berbagai produk turunan yang bernilai tambah tinggi. Untuk mendukung hal tersebut maka pemerintah membuat kebijakan yang lebih tegas untuk pengembangan industri turunan minyak sawit dan penyiapan infrastruktur pendukung untuk pengembangan industri produk turunan minyak sawit. Selain itu perlu menjalin kerjasama di antara industri CPO dan turunanan dengan industri pendukungterkait, integrasi indusri-industri CPO 137 dan turunannya, pengembangan industri turunan CPO ke arah industri surfaktan, industri pelumas dan biodiesel, menjalin kerjasama RD dengan lembaga penelitian, perguruan tinggi dan industri, meningkatkan kualitas produk sesuai SNI, mengembangkan industri peralatan, mengembangkan industri bahan penolong, meningkatkan kualitas SDM, mendorong lembaga keuangan dalam penyediaan layanan kredit dan permodalan, mendorong lembaga terkait dalam pemasaran, promosi investasi, pengembangan infrastruktur sehingga biaya transportasi menjadi lebih murah, peningkatan koordinasi dan sinergi instansi terkait dalam penetapan kebijakan, kebijakan insentif mendukung pengembangan industri, penghapusan PERDA yang menghambat pengembangan industri dan terbentuknya badan otorita pengembangan investasi. Pengembangan Teknologi Pengembangan teknologi pada Industri Sawit Indonesia didukung oleh Pemerintah, Perusahaan Swasta, Balai Besar Penelitian Sawit dan beberapa Perguruan Tinggi dan Balai Penelitian milik Swasta yang bekerja secara sendiri- sendiri dan belum terkoordinir dengan baik sehingga perlu koordinasi yang antara para stakeholder industri sawit Indonesia. Selain itu perlu diberikan insentif dan penghargaan yang layak kepada peneliti untuk mengembangkan teknologi dan inovasi di bidang industri sawit. Pemerintah perlu menghimpun peneliti dan hasil penelitiannya untuk mengembangkan teknologi di bidang pengembangan industri sawit di Indonesia. Sebagai contoh Malaysia memberikan insentif kepada peneliti sebesar RM 13 per ton ekspor produk sawit Malaysia ke luar negeri. Penerapan teknologi modern juga semakin diperluas pada berbagai bidang seperti prosesing, pengilangan minyak sawit, penyimpanan dan pemasaran dan pada proses produksi pertanian, penyedia data, teknik mesin, keamanan usaha, riset dan penyuluhan. Pengembangan Pasar Pemasaran produk sawit Indonesia perlu dikembangkan dengan pemasaran berientasi konsumen terutama konsumen di Amerika Serikat, sehingga semua penelitian mulai dari bidang bioteknologi, mekanika teknik, alat transportasi dan pengembangan produk turunan sawit didasarkan pada kajian konsumen Amerika Serikat terlebih dahulu mencakup sosial budaya, selera, lingkungan, kesehatan, daya beli konsumen dan diupayakan segala kemudahan baik kemudahan tempat, produk, mutu produk, pemakain produk, perawatan dan kemudahan penyimpanan serta terus menjalin komunikasi dengan konsumen Amerika Serikat. Media komunikasi yang dapat digunakan untuk pemasaran adalah media massa, media iklan, humas bidang pemasaran, kontak langsung dalam promosi dan penjualan, saluran perdagangan, kemasan yang baik, iklan khusus, lisensi, media internet, pemberian sponsor dan pameran perdagangan secara rutin dan berkelanjutan di Amerika Serikat. Kebijakan Perdagangan Dari analisis simulasi dalam penelitian ini dijelaskan bahwa nilai tukar tidak terlalu berpengaruh terhadap peningkatan ekspor porduk sawit Indonesia ke Amerika Serikat sehingga permerintah tidak perlu khawatir terhadap fluktuasi nilai tukar mata uang Rupiah terhadap Dolar. Pemerintah hanya perlu menjaga 138 stabilitas nilai tukar mata uang Rupiah. Simulasi juga menunjukkan bahwa dengan pengembangan industri produk turunan minyak sawit akan mampu meningkatkan ekspor produk turunan minyak sawit ke Amerika Serikat dan akan mampu menurunkan ekspor minyak sawit mentah yang memiliki nilai tambah yang rendah. Sedangkan kombinasi kebijakan yang lebih baik adalah dengan program peningkatan pajak ekspor CPO yang didukung oleh pengembangan industri produk turunan minyak sawit dan pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap US Dolar. Kebijakan ini akan mampu mendongkrak peningkatan lebih besar atas ekspor produk turunan minyak sawit Indonesia ke Amerika Serikat dan akan menurunkan secara signifikan atas ekspor minyak sawit dalam bentuk CPO. Selain kebijakan fiskal dan moneter oleh pemerintah juga perlu diterapkan kebijakan peningkatan promosi atas produk turunan minyak sawit Indonesia di luar negeri terutama Amerika Serikat salah satu kekuatan ekonomi dunia. Pemerintah perlu membentuk lembaga perwakilan di Amerika Serikat yang fokus terhadap kegiatan promosi produk minyak sawit Indonesia dan mengkounter isu- isu lingkungan negatif terhadap produk sawit Indonesia di Amerika Serikat. Lembaga inilah yang akan bertanggung jawab terhadap pengembangan pasar minyak sawit Indonesia di Amerika Serikat yang didukung oleh sumber daya manusia yang menguasai pengetahuan tentang minyak kelapa sawit dan berada di bawah pengawasan Kementerian Perdagangan RI. Pemerintah juga perlu melakukan kebijakan investasi melalui BUMN untuk pengembangan industri hilir sawit di USA yang sesuai dengan kebutuhan Amerika Serikat agar ekspor sawit Indonesia ke pasar Amerika Serikat bisa ditingkatkan sebagaimana yang telah dilakukan oleh Malaysia untuk memperkuat pasar di Amerika Serikat. Pemerintah Indonesia dengan Malaysia dan negara lain juga perlu mendirikan suatu lembagaasosiasi sebagai negara produsen minyak sawit dunia sehingga sebagai negara produsen minyak sawit dapat bekerjasama dalam mengontrol produksi dan harga minyak sawit dunia. Karena selama ini Malaysia dan Indonesia sebagai penghasil minyak sawit terbesar dunia cenderung menjadi price taker sedangkan harga ditentukan oleh negara lain. 139 Tabel 60. Rekapitulasi Hasil Simulasi Dampak Pengembangan Produk Turunan Sawit Terhadap Peningkatan Volume Ekspor ke Pasar Amerika Serikat NO. VARIABEL ENDOGEN NILAI DASAR XTAX Naik 10 ER Naik 12 QST naik 20 QST naik 50 NILAI ∆ NILAI ∆ NILAI ∆ NILAI ∆ 1 Produksi Minyak Kelapa Sawit 8 318 289 8 219 559 -1.19 8 301 878 -0.20 8 862 541 6.54 9 831 180 18.19 2 Konsumsi Minyak Kelapa Sawit 2 962 133 2 879 986 -2.77 2 942 613 -0.66 3 904 026 31.80 5 443 254 83.76 3 Harga Riil Domestik Minyak Kelapa Sawit 1 949.4 1 930.8 -0.95 1 963.4 -0.72 1 587.5 -18.56 1 074.3 -44.89 4 Harga Ekspor Minyak Kelapa Sawit 485.3 469.1 -3.34 479.5 -1.20 486.1 0.16 512.3 5.56 5 Ekspor Minyak Kelapa Sawit 5 356 155 5 339 659 -0.31 5 056 658 -5.59 4.890 005 -8.70 4 236 241 -20.91 6 Luas Areal Kebun Kelapa Sawit 3 821 864 3 804 641 -0.45 3 831 753 0.26 3 916 835 2.48 4 085 851 6.91 7 Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit 39 610 898 39 458 160 -0.39 39 768 431 0.40 40 189 364 1.46 41 295 386 4.25 8 Harga Riil Tandan Buah Segar Kelapa Sawit 440.9 443.8 -0.66 449.1 1.86 387.4 -12.13 303.2 -31.23 9 Harga Ekspor CPO Indonesia dan Turunannya ke USA 450.1 452.3 -0.49 450 -0.02 450 -0.02 450 -0.02 10 Ekspor CPO Indonesia dan Turunannya ke USA 24 125.7 23 992 -0.56 24 114 -0.05 24 634 2.11 25 534 5.84 11 Impor CPO Amerika Serikat 327 286 325 763 -0.47 327 035 -0.08 335 695 2.57 350 657 7.14 140 Tabel 60. Rekapitulasi Hasil Simulasi Dampak Pengembangan Produk Turunan Sawit Terhadap Peningkatan Volume Ekspor ke Pasar Amerika Serikat Lanj. NO. VARIABEL ENDOGEN NILAI DASAR QST naik 20 dan XTAX naik 10 QST Naik 20 - XTAX Naik 10 - ER Naik 12 QST Naik 50 - XTAX naik 10 QST Naik 50 - XTAX naik 10 - ER naik 12 NILAI ∆ NILAI ∆ NILAI ∆ NILAI ∆ 1 Produksi Minyak Kelapa Sawit 8 318 289 8 865 318 6.58 8 950 414 7.60 9 833 956 18.22 9 919 053 19.24 2 Konsumsi Minyak Kelapa Sawit 2 962 133 3 906 138 31.87 3 970 878 34.05 5 445 367 83.83 5 510 106 86.02 3 Harga Riil Domestik Minyak Kelapa Sawit 1 949.4 1 588.6 -18.51 1 622.4 -16.77 1 075.4 -44.83 1 109.2 -43.10 4 Harga Ekspor Minyak Kelapa Sawit 485.3 486.5 0.25 497.3 2.47 512.6 5.63 523.4 7.85 5 Ekspor Minyak Kelapa Sawit 5 356 155 4 903 816 -8.45 4 634 626 -13.47 4 250 051 -20.65 3 980 861 -25.68 6 Luas Areal Kebun Kelapa Sawit 3 821 864 3 917 319 2.50 3 944 915 3.22 4 086 336 6.92 4 113 932 7.64 7 Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit 39 610 898 40 195 508 1.48 40 511 922 2.27 41 301 529 4.27 41 617 944 5.07 8 Harga Riil Tandan Buah Segar Kelapa Sawit 440.9 387.6 -12.09 393.2 -10.82 303.4 -31.19 308.9 -29.94 9 Harga Ekspor CPO Indonesia dan Turunannya ke USA 450.1 452.3 0.49 452.3 0.49 452.3 0.49 452.3 0.49 10 Ekspor CPO Indonesia dan Turunannya ke USA 24 125.7 24 592 1.93 24 671 2.26 25 491 5.66 25 571 5.99 11 Impor CPO Amerika Serikat 327 286 335 738 2.58 337 052 2.98 350 699 7.15 352 014 7.56 141

9. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dijawab tujuan penelitian mengenai evaluasi kebijakan ekonomi ekspor minyak sawit dan produk turunannya ke pasar Amerika Serikat sebagai berikut: 1. Produksi minyak sawit Indonesia mengalami peningkatan yang didukung oleh perluasan lahan perkebunan kelapa sawit di pulau Sumatera, Kalimantan dan Papua yang diikuti oleh peningkatan produksi tandan buah segar kelapa sawit, sedangkan permintaan atau konsumsi minyak sawit domestik kurang dari setengah total produksi minyak sawit Indonesia sehingga terjadi kelebihan suplai minyak sawit. Peluang ekspor produk minyak sawit Indonesia ke pasar Amerika Serikat cukup besar dengan penerapan tarif impor produk sawit nihil dan adanya peningkatan permintaan atau konsumsi minyak sawit di Amerika Serikat untuk memenuhi kebutuhan pangan, oleokimia dan bioenergi. 2. Peningakatan ekspor produk minyak sawit Indonesia ke Amerika Serikat secara nyata dipengaruhi oleh impor CPO Amerika Serikat, permintaan tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan produksi CPO Malaysia. Harga ekspor minyak sawit Indonesia ke USA secara nyata dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat, pajak ekspor CPO, nilai produksi sektor pertanian, produksi CPO Malaysia dan ekspor CPO Malaysia. 3. Malaysia menguasai pasar ekspor Amerika Serikat dikarenakan Malaysia menerapkan kebijakan pajak ekspor yang responsif terhadap pasar, kemudahan berinvestasi di sektor minyak sawit, kontinu melakukan kegiatan iklan dan promosi untuk memperkenalkan produk sawitnya, riset dan pengembangan berbagai produk turunan sawit berkelanjutan di bawah koordinasi Dewan Sawit Malaysia. Pengembangan berbagai produk turunan sawit Malaysia didukung industri produk turunan dengan kapasitas produksi yang tidak terpakai masih cukup besar. Pemerintah Malaysia juga sigap melakukan kounter terhadap isu-isu lingkungan terkait industri sawit. 4. Kebijakan pengembangan industri produk turunan minyak sawit akan mampu meningkatkan ekspor produk turunan minyak sawit ke Amerika Serikat dan akan mampu menurunkan ekspor minyak sawit mentah yang memiliki nilai tambah yang rendah. Sedangkan pada kombinasi kebijakan yang lebih baik adalah dengan program peningkatan produk turunan minyak sawit yang didukung oleh peningkatan pajak ekspor dan pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap US Dolar. Beberapa cara yang perlu dilakukan agar ekspor produk sawit Indonesia dapat ditingkatkan ke Amerika Serikat adalah peningkatan produksi minyak sawit Indonesia melalui perluasan lahan dan replanting peremajaan, investasi dibidang riset dan pengembangan produk sawit. Selain itu pemerintah juga perlu menerapkan kebijakan peningkatan promosi dan investasi industri berorientasi atas produk turunan minyak sawit Indonesia di luar negeri terutama Amerika Serikat salah satu kekuatan ekonomi dunia. Pemerintah perlu membentuk suatu lembaga yang fokus terhadap kegiatan promosi produk minyak sawit Indonesia. 142 Saran Kebijakan pajak ekspor dan kebijakan produksi berupa pengembangan produk turunan minyak sawit Indonesia dapat membantu peningkatan ekspor minyak sawit Indonesia dan produk turunannya ke pasar Amerika Serikat. Peningkatan ekspor produk turunan minyak sawit ke Amerika Serikat dapat meningkatkan permintaan minyak sawit domestik untuk diolah menjadi produk turunan yang memiliki nilai tambah yang tinggi sehingga akan meningkatkan nilai ekspor produk minyak sawit Indonesia. Saran dari penelitian ini adalah : 1. Pemerintah perlu mengalokasikan penerimaan dari pajak ekspor minyak sawit untuk pengembangan industri produk turunan minyak sawit dengan lebih efisien dengan meningkatkan riset dan pengembangan atau diferensiasi produk terhadap minyak sawit dan memperbaiki infrastruktur pendukung industry sawit Indonesia. 2. Agar Indonesia mampu menyaingi Malaysia di pasar Amerika Serikat, pemerintah perlu mendirikan perwakilan sawit Indonesia di Amerika Serikat yang bertugas mempromosikan dan memperluas pasar ekspor sawit Indonesia serta untuk mengelola isu-isu pasar, lingkungan dan kesehatan di Amerika Serikat dengan mengunakan teknologi informasi dan komunikasi yang terintegrasi dengan industri dalam negeri. 3. Karena keterbatasan pada penelitian ini, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terutama pada dampak isu lingkungan terhadap peningkatan ekspor minyak sawit Indonesia. Model yang disusun dalam penelitian ini masih dapat terus dikembangkan oleh para peneliti yang juga mengkaji tentang peningkatan ekspor produk turunan minyak sawit. Perbaikan terhadap model dapat dilakukan dalam bentuk penyempurnaan bentuk persamaannya dengan menggunakan variabel yang lebih sesuai. Selain itu, hasil pendugaan parameter model kemungkinan akan semakin baik apabila data yang terkait dengan produk turunan minyak sawit semakin lengkap tersedia di Indonesia terutama pada Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan dan Badan Pusat Statistik. 143 D A F T A R P U S T A K A Agrawal P. 2008. Economic Growth and Poverty Reduction : Evidence from Kazakhstan. Asian Development Review, vol. 24 2: 90-115. Aktar I and Ozturk L. 2009. Can Unemployment Be Cured by Economic Growth and Foreign Direct Investment in Turkey ? International Research Journal of Finance and Economics , vol. 16 27: 203-211. Altenburg T, Dietz H, Hahl M, Nikolidakis N, Rosendahl C and Seelige K. 2009. Biodiesel in India Value Chain Organization and Policy Options for Rural Development . German Development Institute Studies, Berlin. Amatucci M and Spers E E. 2008. The Brazilian Biofuel Alternative. 17th GERPISA International Colloquium, Sao Paulo. Anderson E, De Renzio P and Levy S. 2006. The Role of Public Investment in Poverty Reduction : Theories, Evidence and Methods . Working Paper No. 263. Overseas Development Institute, London. [APROBI] Asosiasi Produsen Biodiesel Indonesia. 2009. Bahan Bakar Nabati di Indonesia, Masa Lalu, Saat ini dan Era Mendatang. Disampaikan pada Simposium Nasional Bioenergi, 23 November 2009, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Arifin B. 2007. Operasi Pasar dan Distribusi Minyak Goreng. Lembaga Riset Perkebunan Indonesia LRPI. Jakarta Arndt C, Benfica R, Tarp F, Thurlow J and Uaiene R. 2008. Biofuels, Poverty, and Growth : A Computable General Equilibrium Analysis of Mozambique . Discussion Paper 00803. International Food Policy Research Institute, Copenhagen. Asuncao L, Ugarte D T, Moreira J R and Zarrilli S. 2007. Prospect for A Biofuels Industry in Guatemala : Main Findings and Result of The Mission Undertaken by The UNCTAD Biofuels Initiatif . United Nations Conference on Trade and Development, Geneva. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2007. Statistik Indonesia 2007. ISSN : 0126-2912. Badan Pusat Statistik, Jakarta. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Indonesia 2011. Badan Pusat Statistik, Jakarta. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia 2011. Badan Pusat Statistik, Jakarta. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Indonesia 2012. Badan Pusat Statistik, Jakarta [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia 2012. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Barry J P. 1992. Vertical Coordination, Financial Structure and The Changing Theory of Firm. AJAE, vol. 74 5: 1220-1225. Basiron Y. 2002. Palm Oil and Its Global Supply and demand Prospects. Oil Palm Industry Economic Journal , vol. 2 1: 1-10. Beghin J C., 2006. Non Tariff Barriers. Working Paper 06-WP 438. Center for Agricultural and Rural Development. Iowa State University. Iowa. Birur D K, Hertel T W and Tyner W E. 2007. The Biofuels Boom : Implication for World Food Markets . Department of Agricultural Economics, Purdue University, Purdue.