Impor Minyak Sawit Amerika Serikat
128 sebesar 1,19 persen. Penurunan konsumsi ini disebabkan oleh kapasitas produksi
industri turunan sawit Indonesia masih terbatas sehingga belum mampu menyerap kelebihan supply minyak sawit domestic. Untuk itu perlu ditingkatkan industri
produk turunan sawit. Berkurangnya permintaan minyak sawit untuk ekspor berakibat pada penurunan produksi minyak sawit sehingga permintaan terhadap
tandan buah segar kelapa sawit juga mengalami penurunan yang berdampak pada produksi tandan buah segar kelapa sawit turun sebesar 0,39 persen. Dari sisi harga,
kenaikan pajak ekspor minyak sawit malah berdampak peningkatan harga ekspor produk sawit Indonesia ke Amerika Serikat sebesar 0,49 persen dan harga ekspor
total CPO turun sebesar 3,34 persen diakibatkan oleh menumpuknya persediaan minyak sawit dikarenakan penurunan ekspor produk minyak sawit Indonesia.
Terjadinya penurunan harga ekspor ini juga dikarenakan penyesuaian harga yang dilakukan oleh produsen dalam negeri agar harga produk minyak sawitnya
terserap oleh pasar dan dapat bersaing dengan harga produk minyak sawit negara lain.
Tabel 52. Hasil Simulasi Kenaikan Pajak Ekspor Minyak Sawit
NO. VARIABEL
ENDOGEN NILAI
DASAR Pajak
Ekspor Naik 10 NILAI
Perubahan
1 Produksi Minyak Kelapa Sawit
8 318 289 8 219 559
-1.19 2
Konsumsi Minyak Kelapa Sawit 2 962 133
2 879 986 -2.77
3 Harga Riil Domestik Minyak Kelapa Sawit
1 949.4 1 930.8
-0.95 4
Harga Ekspor Minyak Kelapa Sawit 485.3 469.1
-3.34 5
Ekspor Minyak Kelapa Sawit 5 356 155
5 339 659 -0.31
6 Luas Areal Kebun Kelapa Sawit
3 821 864 3 804 641
-0.45 7
Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit 39 610 898
39 458 160 -0.39
8 Harga Riil Tandan Buah Segar Kelapa Sawit
440.9 443.8 -0.66
9 Harga Ekspor CPO Indonesia dan Turunannya
ke USA 450.1
452.3 -0.49
10 Ekspor CPO Indonesia dan Turunannya ke
USA 24 126
23 992 -0.56
11 Impor CPO Amerika Serikat
327 286 325 763
-0.47
Kenaikan pajak ekspor minyak sawit juga akan berdampak pada penurunan impor minyak sawit oleh Amerika Serikat sebesar 0.47 persen. Dengan
adanya kenaikan pajak ekspor mengakibatkan harga akhir minyak sawit sampai di Amerika Serikat menjadi lebih tinggi sehingga importir USA mengurangi
pembelian minyak sawit, disamping itu kebutuhan minyak nabati USA juga bisa dipenuhi dari minyak kedelai dimana USA merupakan penghasil minyak kedelai
terbesar di dunia.
Peningkatan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Sebesar 12 Persen
Pada skenario kedua dilakukan simulasi peningkatan nilai tukar Rupiah terhadap US Dolar sebesar 12 persen. Hasil simulasi seperti terlihat pada Tabel
53 menunjukkan bahwa peningkatan nilai tukar Rupiah atau Rupiah melemah terhadap Dolar kurang berpengaruh terhadap peningkatan ekspor produk minyak
129 sawit Indonesia. Pada hasil simulasi terlihat akan terjadi penurunan ekspor minyak
sawit dan produk turunannya ke Amerika Serikat sebesar 0.05 persen, dan pelemahan Rupiah ini akan menurunkan ekspor total minyak sawit mentah
Indonesia sebesar 5.59 persen. Hal ini terjadi karena sistem pembelian produk sawit adalah kontrak di depan sehingga pelemahan nilai Rupiah baru terlihat
dampaknya pada periode berikutnya.
Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar akan berdampak pada pada penurunan harga domestik minyak kelapa sawit dan harga ekspor produk sawit
Indonesia ke Amerika Serikat masing-masing sebesar 0.72 persen dan 0.02 persen. Konsumsi minyak kelapa sawit domestik juga mengalami penurunan sebesar 0.66
persen karena dengan pelemahan nilai tukar Rupiah menyebabkan harga input bahan baku pendukung industri produk sawit yang berasal dari impor menjadi
lebih mahal sehingga industri mengurangi produksi. Sedangkan produksi minyak sawit mengalami penurunan dikarenakan peningkatan ekspor minyak sawit masih
memanfaatkan kelebihan produksi sebelumnya. Impor minyak sawit Indonesia oleh Amerika Serikat juga tidak mengalami peningkatan.
Tabel 53. Hasil Simulasi Peningkatan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dolar sebesar 12 Persen
NO. VARIABEL NILAI
DASAR Nilai Tukar Naik 12
Nilai Perubahan
1 Produksi Minyak Kelapa Sawit
8 318 289 8 301 878
-0.20 2
Konsumsi Minyak Kelapa Sawit 2 962 133
2 942 613 -0.66
3 Harga Riil Domestik Minyak Kelapa Sawit
1 949.4 1 963.4
-0.72 4
Harga Ekspor Minyak Kelapa Sawit 485.3
479.5 -1.20 5
Ekspor Minyak Kelapa Sawit 5 356 155
5 056 658 -5.59
6 Luas Areal Kebun Kelapa Sawit
3 821 864 3 831 753
0.26 7
Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit 39 610 898
39 768 431 0.40
8 Harga Riil Tandan Buah Segar Kelapa Sawit
440.9 449.1 1.86
9 Harga Ekspor CPO Indonesia dan Turunannya
ke USA 450.1
450 -0.02 10
Ekspor CPO Indonesia dan Turunannya ke USA 24 126
24 114 -0.05
11 Impor CPO Amerika Serikat
327 286 327 035
-0.08
Pengembangan Produk Turunan Minyak Sawit Sebesar 20 Persen Pada skenario ketiga dilakukan simulasi peningkatan produksi stearin
sebesar 20 persen sebagai indikator kenaikan produksi produk turunan dari minyak sawit. Hasil simulasi seperti terlihat pada Tabel 54 menunjukkan bahwa
peningkatan produksi stearin sebesar 20 persen akan berdampak pada peningkatan ekspor produk turunan minyak sawit Indonesia ke Amerika Serikat sebesar 2.11
persen sehingga terjadi peningkatan konsumsi minyak sawit oleh industri dalam negeri untuk diolah menjadi produk turunan yang bernilai tambah tinggi sebesar
31.80 persen yang diikuti oleh peningkatan produksi minyak sawit sebesar 6.54 persen. Meningkatnya permintaan minyak sawit akan berdampak pada
peningkatan produksi tandan buah segar dan areal perkebunan sawit masing-
130 masing sebesar 1.46 persen dan 2.48 persen. Perlu peremajaan perkebunan sawit
Indonesia Wigena dan Andriati, 2011 untuk meningkatkan produktivitasnya.
Peningkatan produk turunan minyak sawit juga akan berdampak peningkatan impor produk turunan minyak sawit oleh Amerika Serikat sebesar
2.57 persen dikarenakan harga ekspor produk turunan minyak sawit mengalami penurunan sebesar 0.02 persen. Peningkatan produksi turunan minyak sawit ini
berdampak pada penurunan ekspor minyak sawit mentah sebesar 8.70 persen dan juga disebabkan oleh kenaikan harga ekspor minyak sawit sebesar 0.16 persen.
Penurunan ekspor minyak sawit mentah ini sesuai dengan penelitian Joni 2012. Sedangkan harga domestik minyak sawit dan harga tandan buah segar mengalami
penurunan. Dengan peningkatan produksi produk turunan sawit ini maka akan tercapai nilai ekonomis dalam proses produksi sehingga biaya produksi lebih
efisien dan harga jual menjadi lebih murah. Tabel 54. Hasil Simulasi Pengembangan Produk Turunan Minyak Sawit sebesar
20 persen
NO. VARIABEL NILAI
DASAR QST naik 20
Nilai Perubahan
1 Produksi Minyak Kelapa Sawit
8 318 289 8 862 541
6.54 2
Konsumsi Minyak Kelapa Sawit 2 962 133
3 904 026 31.80
3 Harga Riil Domestik Minyak Kelapa Sawit
1 949.4 1 587.5
-18.56 4
Harga Ekspor Minyak Kelapa Sawit 485.3 486.1
0.16 5
Ekspor Minyak Kelapa Sawit 5 356 155
4.890 005 -8.70
6 Luas Areal Kebun Kelapa Sawit
3 821 864 3 916 835
2.48 7
Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit 39 610 898
40 189 364 1.46
8 Harga Riil Tandan Buah Segar Kelapa Sawit
440.9 387.4
-12.13 9
Harga Ekspor CPO Indonesia dan Turunannya ke USA
450.1 450
-0.02 10
Ekspor CPO Indonesia dan Turunannya ke USA 24 125.7
24 634 2.11
11 Impor CPO Amerika Serikat
327 286 335 695
2.57
Pengembangan Produk Turunan Minyak Sawit Sebesar 50 Persen
Pada skenario keempat dilakukan simulasi peningkatan produksi stearin sebesar 50 persen sebagai indikator kenaikan produksi produk turunan dari
minyak sawit. Hasil simulasi seperti terlihat pada Tabel 55 menunjukkan bahwa peningkatan produksi stearin sebesar 50 persen akan berdampak pada peningkatan
ekspor produk turunan minyak sawit Indonesia ke Amerika Serikat sebesar 5.84 persen sehingga terjadi peningkatan konsumsi minyak sawit oleh industri dalam
negeri untuk diolah menjadi produk turunan yang bernilai tambah tinggi sebesar 83.76 persen yang diikuti oleh peningkatan produksi minyak sawit sebesar 18.19
persen. Meningkatnya permintaan minyak sawit berdampak pada peningkatan produksi tandan buah segar dan areal perkebunan sawit masing-masing sebesar
4.25 persen dan 6.91 persen.
Peningkatan produk turunan minyak sawit juga berdampak peningkatan impor produk turunan minyak sawit oleh Amerika Serikat sebesar 7.14 persen
131 dikarenakan harga ekspor produk turunan minyak sawit ke Amerika Serikat
mengalami penurunan sebesar 0.02 persen. Peningkatan produksi turunan minyak sawit ini berdampak pada penurunan ekspor minyak sawit mentah sebesar 20.91
persen. Penurunan ekspor minyak sawit mentah ini sesuai dengan penelitian Joni 2012. Hal ini juga disebabkan oleh kenaikan harga ekspor minyak sawit sebesar
5.56 persen. Tabel 55. Hasil Simulasi Pengembangan Produk Turunan Minyak Sawit sebesar
50 persen
NO. VARIABEL NILAI
DASAR QST naik 50
Nilai Perubahan
1 Produksi Minyak Kelapa Sawit
8 318 289 9 831 180
18.19 2
Konsumsi Minyak Kelapa Sawit 2 962 133
5 443 254 83.76
3 Harga Riil Domestik Minyak Kelapa Sawit
1 949.4 1 074.3
-44.89 4
Harga Ekspor Minyak Kelapa Sawit 485.3 512.3
5.56 5
Ekspor Minyak Kelapa Sawit 5 356 155
4 236 241 -20.91
6 Luas Areal Kebun Kelapa Sawit
3 821 864 4 085 851
6.91 7
Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit 39 610 898
41 295 386 4.25
8 Harga Riil Tandan Buah Segar Kelapa Sawit
440.9 303.2 -31.23
9 Harga Ekspor CPO Indonesia dan Turunannya
ke USA 450.1
450 -0.02
10 Ekspor CPO Indonesia dan Turunannya ke USA
24 125.7 25 534
5.84 11
Impor CPO Amerika Serikat 327 286
350 657 7.14
Peningkatan Pengembangan Produk Turunan Sawit Sebesar 20 Persen dan Kenaikan Pajak Ekspor Sebesar 10 Persen
Pada skenario kelima dilakukan simulasi kombinasi peningkatan produksi stearin sebesar 20 persen dan kenaikan pajak ekspor sebesar 10 persen. Hasil
simulasi seperti terlihat pada Tabel 56 menunjukkan bahwa peningkatan produksi stearin sebesar 20 persen dan kenaikan pajak ekspor sebesar 10 persen akan
berdampak pada peningkatan ekspor produk turunan minyak sawit ke Amerika Serikat sebesar 1.93 persen dan terjadi penurunan ekspor total minyak sawit
CPO Indonesia sebesar 8.45 persen. Peningkatan ekspor produk turunan minyak sawit ini mengakibatkan konsumsi dan produksi dalam bentuk minyak sawit
mentah mengalami kenaikan masing-masing sebesar 31.87 persen dan 6.58 persen.
Peningkatan ekspor minyak sawit dan produk turunannya yang ini juga disebabkan penurunan harga sawit domestik sehingga mempengaruhi peningkatan
produksi produk turunan sawit di Indonesia. Selain peningkatan ekspor ini juga dipengaruhi oleh peningkatan harga ekspor minyak sawit mentah dan harga
produk turunan minyak sawit ke USA yang naik tipis masing-masing sebesar 0.25 persen dan 0.49 persen. Peningkatan ekspor produk turunan minyak sawit ini
mengakibatkan produsen minyak sawit Indonesia meningkatkan produksi minyak sawit sebesar 6.58 persen dan terjadi peningkatan permintaan TBS sehingga
produksi tandan buah segar meningkat sebesar 1.48 persen sehingga petani dan perusahaan juga meningkatkan perluasan perkebunan sawit sebesar 2.50 persen.
132 Hasil ini sesuai dengan penelitian Joni 2012. Dari hasil simulasi juga terlihat
bahwa peningkatan ekspor produk turunan minyak sawit Indonesia ke USA diikuti oleh peningkatan impor minyak sawit USA. Hasil simulasi
memperlihatkan terjadi peningkatan impor USA terhadap minyak sawit mentah sebesar 2.58 persen. Hal ini dapat juga disebabkan oleh peningkatan konsumsi
minyak nabati di USA untuk pangan, oleokimia dan bioenergi. Tabel 56. Hasil Simulasi Pengembangan Produk Turunan Minyak Sawit sebesar
20 persen dan Kenaikan Pajak Ekspor 10 Persen
NO. VARIABEL NILAI
DASAR QST Naik 20 dan XTAX
Naik 10 Nilai
Perubahan
1 Produksi Minyak Kelapa Sawit
8 318 289 8 865 318
6.58 2
Konsumsi Minyak Kelapa Sawit 2 962 133
3 906 138 31.87
3 Harga Riil Domestik Minyak Kelapa Sawit
1 949.4 1 588.6
-18.51 4
Harga Ekspor Minyak Kelapa Sawit 485.3
486.5 0.25
5 Ekspor Minyak Kelapa Sawit
5 356 155 4 903 816
-8.45 6
Luas Areal Kebun Kelapa Sawit 3 821 864
3 917 319 2.50
7 Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit
39 610 898 40 195 508
1.48 8
Harga Riil Tandan Buah Segar Kelapa Sawit 440.9
387.6 -12.09
9 Harga Ekspor CPO Indonesia dan Turunannya
ke USA 450.1 452.3
0.49 10
Ekspor CPO Indonesia dan Turunannya ke USA
24 125.7 24 592
1.93 11
Impor CPO Amerika Serikat 327 286
335 738 2.58
Peningkatan Pengembangan Produk Turunan Sawit Sebesar 20 Persen, Kenaikan Pajak Ekspor Sebesar 10 Persen dan Kenaikan Nilai Tukar
Sebesar 12 Persen Pada skenario keenam dilakukan simulasi kombinasi peningkatan produksi
stearin sebesar 20 persen, kenaikan pajak ekspor sebesar 10 persen dan kenaikan nilai tukar sebesar 12 persen. Hasil simulasi seperti terlihat pada Tabel 57
menunjukkan bahwa peningkatan produksi stearin, kenaikan pajak ekspor sebesar 10 persen dan kenaikan nilai tukar sebesar 12 persen akan berdampak pada pada
peningkatan ekspor produk turunan minyak sawit ke Amerika Serikat sebesar 2.26 persen dan penurunan ekspor total minyak sawit Indonesia sebesar 13.47 persen.
Peningkatan ekspor produk turunan minyak sawit ini mengakibatkan konsumsi dan produksi dalam bentuk minyak sawit mentah mengalami kenaikan masing-
masing sebesar 34.05 persen dan 7.6 persen.
Peningkatan ekspor minyak sawit dan produk turunannya ini juga disebabkan penurunan harga sawit domestik sebesar 16.77 persen, harga ekspor
minyak sawit mentah naik 2.47 persen dan peningkatan harga ekspor produk turunan minyak sawit ke USA sebesar 0.49 persen. Pemerintah perlu penyesuaian
intervensi pajak ekspor dan nilai tukar terhadap harga komoditas internasional Drajat, 2009. Peningkatan ekspor produk turunan minyak sawit ini
mengakibatkan produsen minyak sawit Indonesia meningkatkan produksi minyak
133 sawit sebesar 7.60 persen dan terjadi peningkatan permintaan TBS sehingga
produksi tandan buah segar meningkat sebesar 2.27 persen sehingga petani dan perusahaan juga meningkatkan perluasan perkebunan sawit sebesar 3.22 persen.
Dari hasil simulasi juga terlihat bahwa peningkatan ekspor produk turunan minyak sawit Indonesia ke USA diikuti oleh peningkatan impor minyak sawit
USA. Hasil simulasi memperlihatkan terjadi peningkatan impor USA terhadap minyak sawit mentah sebesar 2.98 persen. Hal ini dapat juga disebabkan oleh
peningkatan konsumsi minyak nabati di USA untuk pangan, oleokimia dan bioenergi.
Tabel 57. Hasil Simulasi Pengembangan Produk Turunan Minyak Sawit sebesar
20 persen, Kenaikan Pajak Ekspor dan Kenaikan Nilai Tukar
NO. VARIABEL NILAI
DASAR QST naik 20 - XTAX naik
10 -ER naik 12 Nilai
Perubahan
1 Produksi Minyak Kelapa Sawit
8 318 289 8 950 414
7.60 2
Konsumsi Minyak Kelapa Sawit 2 962 133
3 970 878 34.05
3 Harga Riil Domestik Minyak Kelapa Sawit
1 949.4 1 622.4
-16.77 4
Harga Ekspor Minyak Kelapa Sawit 485.3
497.3 2.47
5 Ekspor Minyak Kelapa Sawit
5 356 155 4 634 626
-13.47 6
Luas Areal Kebun Kelapa Sawit 3 821 864
3 944 915 3.22
7 Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit
39 610 898 40 511 922
2.27 8
Harga Riil Tandan Buah Segar Kelapa Sawit 440.9
393.2 -10.82
9 Harga Ekspor CPO Indonesia dan Turunannya ke
USA 450.1 452.3
0.49 10
Ekspor CPO Indonesia dan Turunannya ke USA 24 125.7
24 671 2.26
11 Impor CPO Amerika Serikat
327 286 337 052
2.98
Peningkatan Pengembangan Produk Turunan Sawit Sebesar 50 Persen dan Kenaikan Pajak Ekspor Sebesar 10 Persen
Pada skenario ketujuh dilakukan simulasi kombinasi peningkatan pengembangan produk stearin sebagai indikator produk turunan sawit sebesar 50
persen dan kenaikan pajak ekspor sebesar 10 persen. Hasil simulasi seperti terlihat pada Tabel 58 menunjukkan bahwa peningkatan pengembangan produk turunan
sawit dan kenaikan pajak ekspor minyak sawit akan berdampak pada pada peningkatan ekspor produk turunan minyak sawit ke Amerika Serikat sebesar 5.66
persen dan penurunan ekspor total minyak sawit Indonesia sebesar 20.65 persen. Peningkatan ekspor produk turunan minyak sawit ini mengakibatkan konsumsi
dan produksi dalam bentuk minyak sawit mentah mengalami penurunan masing- masing sebesar 83.83 persen dan 18.22 persen.
Peningkatan produksi minyak sawit Indonesia ini menyebabkan persediaan minyak sawit Indonesia masih melimpah sehingga menyebabkan
terjadinya penurunan harga sawit domestic sebesar 44.83 persen, sedangkan harga ekspor minyak sawit dan harga produk turunan minyak sawit ke USA masing-
masing sebesar 5.63 persen dan 0.49 persen. Penurunan harga domestic minyak
134 sawit ini mengakibatkan terjadi peningkatan permintaan minyak sawit sehingga
terjadi peningkatan permintaan TBS sehingga produksi tandan buah segar meningkat sebesar 4.27 persen sehingga petani dan perusahaan juga
meningkatkan perluasan perkebunan sawit sebesar 6.92 persen.
Dari hasil simulasi juga terlihat bahwa peningkatan ekspor produk turunan minyak sawit Indonesia ke USA diikuti oleh peningkatan impor minyak sawit
USA. Hasil simulasi memperlihatkan terjadi penurunan impor USA terhadap minyak sawit mentah sebesar 7.15 persen.
Tabel 58. Hasil Simulasi Pengembangan Produk Turunan Minyak Sawit 50
Persen dan Kenaikan Pajak Ekspor
NO. VARIABEL NILAI
DASAR QST naik 50 - XTAX naik
10 NILAI
Perubahan
1 Produksi Minyak Kelapa Sawit
8 318 289 9 833 956
18.22 2
Konsumsi Minyak Kelapa Sawit 2 962 133
5 445 367 83.83
3 Harga Riil Domestik Minyak Kelapa Sawit
1 949.4 1 075.4
-44.83 4
Harga Ekspor Minyak Kelapa Sawit 485.3
512.6 5.63
5 Ekspor Minyak Kelapa Sawit
5 356 155 4 250 051
-20.65 6
Luas Areal Kebun Kelapa Sawit 3 821 864
4 086 336 6.92
7 Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit
39 610 898 41 301 529
4.27 8
Harga Riil Tandan Buah Segar Kelapa Sawit 440.9
303.4 -31.19
9 Harga Ekspor CPO Indonesia dan Turunannya
ke USA 450.1 452.3
0.49 10
Ekspor CPO Indonesia dan Turunannya ke USA 24 125.7
25 491 5.66
11 Impor CPO Amerika Serikat
327 286 350 699
7.15
Peningkatan Pengembangan Produk Turunan Sawit Sebesar 50 Persen, Kenaikan Pajak Ekspor Sebesar 10 Persen dan Kenaikan Nilai Tukar 12
Persen Pada skenario ketujuh dilakukan simulasi kombinasi peningkatan
pengembangan produk stearin sebagai indicator produk turunan sawit sebesar 50 persen, kenaikan pajak ekspor sebesar 10 persen dan kenaikan nilai tukar 12
persen. Hasil simulasi seperti terlihat pada Tabel 59 menunjukkan bahwa Hasil simulasi menunjukkan bahwa peningkatan pengembangan produk stearin sebagai
indikator produk turunan sawit, kenaikan pajak ekspor dan kenaikan nilai tukar akan berdampak pada pada peningkatan ekspor produk turunan minyak sawit ke
Amerika Serikat sebesar 5.99 persen dan penurunan ekspor minyak sawit mentah Indonesia sebesar 25.68 persen. Peningkatan ekspor produk turunan minyak sawit
ini mengakibatkan konsumsi dan produksi dalam bentuk minyak sawit mentah mengalami peningkatan masing-masing sebesar 86.02 persen dan 19.24 persen.
Peningkatan ekspor minyak sawit dan produk turunannya ini juga disebabkan penurunan harga sawit domestik sebesar 43.10 persen sehingga
industri dalam negeri meningkatkan produksi produk turunan sawit, sedangkan harga ekspor minyak sawit dan harga produk turunan minyak sawit ke USA
135 masing-masing sebesar 7.85 persen dan 0.49 persen. Peningkatan ekspor produk
turunan minyak sawit ini mengakibatkan produsen minyak sawit Indonesia meningkatkan produksi minyak sawit sebesar 19.24 persen dan terjadi
peningkatan permintaan TBS sehingga produksi tandan buah segar meningkat sebesar 5.07 persen sehingga petani dan perusahaan juga meningkatkan perluasan
perkebunan sawit sebesar 7.64 persen.
Dari hasil simulasi juga terlihat bahwa peningkatan ekspor produk turunan minyak sawit Indonesia ke USA diikuti oleh peningkatan impor minyak sawit
USA. Hasil simulasi memperlihatkan terjadi peningkatan impor USA terhadap minyak sawit mentah sebesar 7.56 persen. Hal ini dapat juga disebabkan oleh
peningkatan konsumsi minyak nabati di USA untuk pangan, oleokimia dan bioenergi.
Tabel 59. Hasil Simulasi Pengembangan Produk Turunan Minyak Sawit 50
Persen dan Kenaikan Pajak Ekspor dan Kenaikan Nilai Tukar
NO. VARIABEL NILAI
DASAR QST naik 50 - XTAX
naik 10 - ER naik 12 NILAI
Perubahan
1 Produksi Minyak Kelapa Sawit
8 318 289 9 919 053
19.24 2
Konsumsi Minyak Kelapa Sawit 2 962 133
5 510 106 86.02
3 Harga Riil Domestik Minyak Kelapa Sawit
1 949.4 1 109.2
-43.10 4
Harga Ekspor Minyak Kelapa Sawit 485.3
523.4 7.85
5 Ekspor Minyak Kelapa Sawit
5 356 155 3 980 861
-25.68 6
Luas Areal Kebun Kelapa Sawit 3 821 864
4 113 932 7.64
7 Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit
39 610 898 41 617 944
5.07 8
Harga Riil Tandan Buah Segar Kelapa Sawit 440.9
308.9 -29.94
9 Harga Ekspor CPO Indonesia dan Turunannya ke
USA 450.1 452.3
0.49 10
Ekspor CPO Indonesia dan Turunannya ke USA 24 125.7
25 571 5.99
11 Impor CPO Amerika Serikat
327 286 352 014
7.56
Implikasi Kebijakan
Minyak sawit memiliki peran penting pada perekonomian Indonesia sebagai penghasil devisa terbesar disektor non migas. Industri minyak sawit
mampu menyerap 5 juta tenaga kerja mulai dari tingkat perkebunan sampai pada industri pengolahan produk turunannya Kementerian Perdagangan, 2014.
Pemanfaatan minyak sawit CPO sebagai bahan baku industri dapat memberikan multiplier effect
meliputi: pertumbuhan subsektor ekonomi lainnya, pengembangan wilayah industri, proses alih teknologi, perluasan lapangan kerja,
perolehan devisa, dan peningkatan penerimaan pajak. Implikasi kebijakan bagi peningkatan ekspor produk turunan minyak sawit Indonesia ke Amerika Serikat
adalah sebagai berikut:
136 Peningkatan Produksi Minyak Sawit
Untuk meningkatkan produksi minyak sawit CPO sebagai bahan baku produk turunan minyak sawit tentu terkait dengan produksi tandan buah segar dan
luas areal perkebunan sawit. Menurut Masrul E.H 2006, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan industri kelapa sawit
dibandingkan dengan negara lain dilihat dari potensi luas lahan yang tersedia di Indonesia sehingga berpotensi memperluas lahan sawit hingga lima kali lipat dari
luas area yang dimiliki sekarang. Daerah yang memiliki potensi yang besar sebagai areal perkebunan sawit adalah Propinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan,
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan daerah Papua. Potensi lahan untuk kelapa sawit diperkirakan seluas 31 juta
hektar yang baru terpakai sekitar 9 juta hektar. Saat ini penyumbang terbesar area perkebunan sawit adalah perusahaan swasta dengan kontribusi 55.2 persen luas
areal sawit nasional. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah serius mendorong peran swasta swasta dengan memberikan berbagai insentif berupa kemudahan
mendapatkan pinjaman dan insentif bunga pinjaman bagi pengembang, pembukaan lahan dan pembangunan pabrik kelapa sawit baru Casson, 1999.
Agar swasta lebih tertarik lagi untuk pengembangan industri produk turunan minyak sawit, pemerintah perlu penegakan hukum tegas, adil dan transparan serta
mempersingkat atau mempermudah jalur birokrasi perijinan.
Selain memperluas areal perkebunan sawit yang perlu dilakukan Pemerintah adalah melalukan program peremajaan replanting terhadap pohon
kelapa sawit yang sudah tua tidak produktif. Rata-rata pohon kelapa sawit Indonesia merupakan hasil tanam pada tahun 1980-an dan 1990-an yang
merupakan program pengembangan masal yang dicanangkan oleh pemerintah Soeharto sehingga rata-rata pohon kelapa sawit tersebut sudah melewati masa
produktivitas maksimal tandan buah kelapa sawit. Sedangkan saat ini Indonesia sudah berhasil menghasilkan bibit unggul kelapa sawit yang memiliki
produktivitas yang lebih tinggi. Melaksanakan program replanting ini tentu akan mendapatkan penolakan dari petani sawit terkait dengan berkurangnya
penghasilan mereka dari selama menunggu masa panen pertama 2.5 – 3 tahun dari program peremajaan pohon kelapa sawit. Untuk itu pemerintah perlu
memberikan kompensasi atau insentif sehingga para petani tertarik untuk melakukan replanting. Sebagai perbandingan, Malaysia memberikan insentif
sebesar RM 7500 per Ha kepada petani maupun perusahaan sawit untuk melakukan peremajaan pohon kelapa sawit.
Pengembangan Industri Hilir Minyak Sawit Indonesia
Dalam rangka meningkatkan nilai minyak sawit Indonesia di pasar ekspor salah satunya ke pasar Amerika Serikat melalui pengembangan industri turunan
minyak sawit di Indonesia, Menurut Martin 1993, keuntungan bisa ditingkatkan dengan melakukan differensiasi produk. Oleh karena itu, sangat perlu untuk
meningkatkan nilai tambah CPO dalam bentuk berbagai produk turunan yang bernilai tambah tinggi. Untuk mendukung hal tersebut maka pemerintah membuat
kebijakan yang lebih tegas untuk pengembangan industri turunan minyak sawit dan penyiapan infrastruktur pendukung untuk pengembangan industri produk
turunan minyak sawit. Selain itu perlu menjalin kerjasama di antara industri CPO dan turunanan dengan industri pendukungterkait, integrasi indusri-industri CPO
137 dan turunannya, pengembangan industri turunan CPO ke arah industri surfaktan,
industri pelumas dan biodiesel, menjalin kerjasama RD dengan lembaga penelitian, perguruan tinggi dan industri, meningkatkan kualitas produk sesuai
SNI, mengembangkan industri peralatan, mengembangkan industri bahan penolong, meningkatkan kualitas SDM, mendorong lembaga keuangan dalam
penyediaan layanan kredit dan permodalan, mendorong lembaga terkait dalam pemasaran, promosi investasi, pengembangan infrastruktur sehingga biaya
transportasi menjadi lebih murah, peningkatan koordinasi dan sinergi instansi terkait dalam penetapan kebijakan, kebijakan insentif mendukung pengembangan
industri, penghapusan PERDA yang menghambat pengembangan industri dan terbentuknya badan otorita pengembangan investasi.
Pengembangan Teknologi
Pengembangan teknologi pada Industri Sawit Indonesia didukung oleh Pemerintah, Perusahaan Swasta, Balai Besar Penelitian Sawit dan beberapa
Perguruan Tinggi dan Balai Penelitian milik Swasta yang bekerja secara sendiri- sendiri dan belum terkoordinir dengan baik sehingga perlu koordinasi yang antara
para stakeholder industri sawit Indonesia. Selain itu perlu diberikan insentif dan penghargaan yang layak kepada peneliti untuk mengembangkan teknologi dan
inovasi di bidang industri sawit. Pemerintah perlu menghimpun peneliti dan hasil penelitiannya untuk mengembangkan teknologi di bidang pengembangan industri
sawit di Indonesia. Sebagai contoh Malaysia memberikan insentif kepada peneliti sebesar RM 13 per ton ekspor produk sawit Malaysia ke luar negeri. Penerapan
teknologi modern juga semakin diperluas pada berbagai bidang seperti prosesing, pengilangan minyak sawit, penyimpanan dan pemasaran dan pada proses produksi
pertanian, penyedia data, teknik mesin, keamanan usaha, riset dan penyuluhan.
Pengembangan Pasar
Pemasaran produk sawit Indonesia perlu dikembangkan dengan pemasaran berientasi konsumen terutama konsumen di Amerika Serikat, sehingga semua
penelitian mulai dari bidang bioteknologi, mekanika teknik, alat transportasi dan pengembangan produk turunan sawit didasarkan pada kajian konsumen Amerika
Serikat terlebih dahulu mencakup sosial budaya, selera, lingkungan, kesehatan, daya beli konsumen dan diupayakan segala kemudahan baik kemudahan tempat,
produk, mutu produk, pemakain produk, perawatan dan kemudahan penyimpanan serta terus menjalin komunikasi dengan konsumen Amerika Serikat. Media
komunikasi yang dapat digunakan untuk pemasaran adalah media massa, media iklan, humas bidang pemasaran, kontak langsung dalam promosi dan penjualan,
saluran perdagangan, kemasan yang baik, iklan khusus, lisensi, media internet, pemberian sponsor dan pameran perdagangan secara rutin dan berkelanjutan di
Amerika Serikat.
Kebijakan Perdagangan
Dari analisis simulasi dalam penelitian ini dijelaskan bahwa nilai tukar tidak terlalu berpengaruh terhadap peningkatan ekspor porduk sawit Indonesia ke
Amerika Serikat sehingga permerintah tidak perlu khawatir terhadap fluktuasi nilai tukar mata uang Rupiah terhadap Dolar. Pemerintah hanya perlu menjaga
138 stabilitas nilai tukar mata uang Rupiah. Simulasi juga menunjukkan bahwa
dengan pengembangan industri produk turunan minyak sawit akan mampu meningkatkan ekspor produk turunan minyak sawit ke Amerika Serikat dan akan
mampu menurunkan ekspor minyak sawit mentah yang memiliki nilai tambah yang rendah. Sedangkan kombinasi kebijakan yang lebih baik adalah dengan
program peningkatan pajak ekspor CPO yang didukung oleh pengembangan industri produk turunan minyak sawit dan pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap
US Dolar. Kebijakan ini akan mampu mendongkrak peningkatan lebih besar atas ekspor produk turunan minyak sawit Indonesia ke Amerika Serikat dan akan
menurunkan secara signifikan atas ekspor minyak sawit dalam bentuk CPO.
Selain kebijakan fiskal dan moneter oleh pemerintah juga perlu diterapkan kebijakan peningkatan promosi atas produk turunan minyak sawit Indonesia di
luar negeri terutama Amerika Serikat salah satu kekuatan ekonomi dunia. Pemerintah perlu membentuk lembaga perwakilan di Amerika Serikat yang fokus
terhadap kegiatan promosi produk minyak sawit Indonesia dan mengkounter isu- isu lingkungan negatif terhadap produk sawit Indonesia di Amerika Serikat.
Lembaga inilah yang akan bertanggung jawab terhadap pengembangan pasar minyak sawit Indonesia di Amerika Serikat yang didukung oleh sumber daya
manusia yang menguasai pengetahuan tentang minyak kelapa sawit dan berada di bawah pengawasan Kementerian Perdagangan RI.
Pemerintah juga perlu melakukan kebijakan investasi melalui BUMN untuk pengembangan industri hilir sawit di USA yang sesuai dengan kebutuhan
Amerika Serikat agar ekspor sawit Indonesia ke pasar Amerika Serikat bisa ditingkatkan sebagaimana yang telah dilakukan oleh Malaysia untuk memperkuat
pasar di Amerika Serikat.
Pemerintah Indonesia dengan Malaysia dan negara lain juga perlu mendirikan suatu lembagaasosiasi sebagai negara produsen minyak sawit dunia
sehingga sebagai negara produsen minyak sawit dapat bekerjasama dalam mengontrol produksi dan harga minyak sawit dunia. Karena selama ini Malaysia
dan Indonesia sebagai penghasil minyak sawit terbesar dunia cenderung menjadi price taker
sedangkan harga ditentukan oleh negara lain.
139 Tabel 60. Rekapitulasi Hasil Simulasi Dampak Pengembangan Produk Turunan Sawit Terhadap Peningkatan Volume Ekspor ke Pasar
Amerika Serikat
NO. VARIABEL ENDOGEN
NILAI DASAR
XTAX Naik 10 ER Naik 12
QST naik 20 QST naik 50
NILAI ∆
NILAI ∆
NILAI ∆
NILAI ∆
1 Produksi Minyak Kelapa Sawit
8 318 289 8 219 559
-1.19 8 301 878
-0.20 8 862 541
6.54 9 831 180
18.19 2
Konsumsi Minyak Kelapa Sawit 2 962 133
2 879 986 -2.77
2 942 613 -0.66
3 904 026 31.80
5 443 254 83.76
3 Harga Riil Domestik Minyak Kelapa
Sawit 1 949.4
1 930.8 -0.95
1 963.4 -0.72
1 587.5 -18.56
1 074.3 -44.89
4 Harga Ekspor Minyak Kelapa Sawit
485.3 469.1
-3.34 479.5 -1.20
486.1 0.16
512.3 5.56
5 Ekspor Minyak Kelapa Sawit
5 356 155 5 339 659
-0.31 5 056 658
-5.59 4.890 005
-8.70 4 236 241
-20.91 6
Luas Areal Kebun Kelapa Sawit 3 821 864
3 804 641 -0.45
3 831 753 0.26
3 916 835 2.48
4 085 851 6.91
7 Produksi Tandan Buah Segar Kelapa
Sawit 39 610 898
39 458 160 -0.39
39 768 431 0.40
40 189 364 1.46
41 295 386 4.25
8 Harga Riil Tandan Buah Segar Kelapa
Sawit 440.9
443.8 -0.66 449.1 1.86
387.4 -12.13 303.2 -31.23
9 Harga Ekspor CPO Indonesia dan
Turunannya ke USA 450.1
452.3 -0.49 450 -0.02
450 -0.02 450 -0.02
10 Ekspor CPO Indonesia dan Turunannya
ke USA 24 125.7
23 992 -0.56
24 114 -0.05
24 634 2.11
25 534 5.84
11 Impor CPO Amerika Serikat
327 286 325 763
-0.47 327 035
-0.08 335 695
2.57 350 657
7.14
140 Tabel 60. Rekapitulasi Hasil Simulasi Dampak Pengembangan Produk Turunan Sawit Terhadap Peningkatan Volume Ekspor ke Pasar
Amerika Serikat Lanj.
NO. VARIABEL ENDOGEN
NILAI DASAR
QST naik 20 dan XTAX naik 10
QST Naik 20 - XTAX Naik 10 -
ER Naik 12 QST Naik 50 -
XTAX naik 10 QST Naik 50 -
XTAX naik 10 - ER naik 12
NILAI ∆
NILAI ∆
NILAI ∆
NILAI ∆
1 Produksi Minyak Kelapa Sawit
8 318 289 8 865 318
6.58 8 950 414
7.60 9 833 956
18.22
9 919 053 19.24
2 Konsumsi Minyak Kelapa Sawit
2 962 133 3 906 138
31.87 3 970 878
34.05 5 445 367
83.83
5 510 106 86.02
3 Harga Riil Domestik Minyak Kelapa
Sawit 1 949.4
1 588.6 -18.51
1 622.4 -16.77 1
075.4 -44.83
1 109.2 -43.10
4 Harga Ekspor Minyak Kelapa Sawit
485.3 486.5
0.25 497.3
2.47 512.6
5.63
523.4 7.85
5 Ekspor Minyak Kelapa Sawit
5 356 155 4 903 816
-8.45 4 634 626
-13.47 4 250 051
-20.65
3 980 861 -25.68
6 Luas Areal Kebun Kelapa Sawit
3 821 864 3 917 319
2.50 3 944 915
3.22 4 086 336
6.92
4 113 932 7.64
7 Produksi Tandan Buah Segar Kelapa
Sawit 39 610 898 40 195 508
1.48 40 511 922
2.27 41 301 529
4.27
41 617 944 5.07
8 Harga Riil Tandan Buah Segar Kelapa
Sawit 440.9 387.6
-12.09 393.2 -10.82 303.4 -31.19
308.9 -29.94
9 Harga Ekspor CPO Indonesia dan
Turunannya ke USA 450.1
452.3 0.49 452.3 0.49
452.3 0.49
452.3 0.49
10 Ekspor CPO Indonesia dan
Turunannya ke USA 24 125.7
24 592 1.93
24 671 2.26
25 491 5.66
25 571 5.99
11 Impor CPO Amerika Serikat
327 286 335 738
2.58 337 052
2.98 350 699
7.15
352 014 7.56
141