Prof Dr Ir Tahlim Sudaryanto, MS APU

PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas selesainya penulisan disertasi ini. Tema yang penulis pilih adalah Evaluasi Kebijakan Ekonomi Ekspor Minyak Sawit Dan Produk Turunannya Ke Pasar Amerika Serikat. Berbagai pihak telah banyak memberikan kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian dan penyempurnaan hasil penelitian ini. Jika masih terdapat kesalahan yang mungkin terjadi tetap menjadi tanggung jawab penulis. Penulis berharap hasil penelitian ini bermanfaat bagi banyak pihak. Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada para pembimbing, yaitu: Dr. Ir. Yusman Syaukat, MEc., sebagai ketua komisi pembimbing; Prof. Dr. Ir. Hermanto Siregar, Mec. Dan Prof. Dr. Ir. E. Gumbira Sa’id MADev Alm., masing-masing sebagai anggota komisi pembimbing. Arahan dan masukan yang diberikan oleh komisi pembimbing selama penelitian dan penulisan sangat membantu dalam penyelesaian disertasi ini. Demikian juga terima kasih dan penghargaan untuk semua dosen yang telah mengajar penulis selama mengikuti perkuliahan di kelas S3-EPN. Dedikasi para dosen EPN-IPB yang sangat tinggi telah menjadikan penulis mampu mengikuti perkuliahan dengan baik. Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Pimpinan IPB yaitu Rektor IPB Prof. Dr. Ir. Herry Sudaryanto, Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr., dan Ketua Mayor Studi Ilmu Ekonomi Pertanian Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS, atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk melanjutkan studi S3. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus penulis sampaikan kepada rekan-rekan satu kelas S3-EPN angakatan 2009 atas dorongan dan kerjasamanya selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai lembaga yang menyediakan data yang diperlukan untuk disertasi ini, yaitu BPS, Kementan, Kemenperin, BI, Kemendag, Kemenakertrans dan Pertamina. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi Institut Pertanian Bogor yang telah membantu biaya pendidikan penulis selama mengikuti program studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor ini hingga selesai. Disertasi ini juga dapat diselesaikan dengan baik atas dukungan dan dorongan dari berbagai pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu per satu. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya. Pada akhirnya, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan disertasi ini hanya penulislah yang bertanggungjawab. Tuhan akan memberi balasan berkah yang setimpal kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis. Bogor, Agustus 2014 Nila Rifai xvii DAFTAR ISI DAFTAR TABEL xix DAFTAR GAMBAR xxi DAFTAR LAMPIRAN xxiii 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 5 Tujuan Penelitian 10 Manfaat Penelitian 10 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 11 Hasil Yang Diharapkan 11 Kebaruan dan Kontribusi Penelitian 12 2 TINJAUAN PUSTAKA 13 Perdagangan Internasional 13 Organisasi Industri 13 Kebijakan Perdagangan 14 Perdagangan Internasional Minyak Sawit 19 Tinjauan Studi Terdahulu 21 3 KERANGKA PEMIKIRAN 29 Kerangka Teoritis 29 Kerangka Pemikiran Konseptual 35 4 METODE PENELITIAN 38 Jenis dan Sumber Data 38 Metode Pengolahandan Analisis Data 38 5 GAMBARAN UMUM PRODUK MINYAK SAWIT 47 Kelapa Sawit dan Produk turunannya 47 Perkembangan Produk Kelapa Sawit Indonesia 51 Perkembangan Industri Produk Turunan Minyak Sawit Indonesia 57 Perkembangan Produk Minyak Sawit Malaysia 64 6 KINERJA INDUSTRI PRODUK TURUNAN MINYAK SAWIT 68 Industri Produk Turunan Sawit Dunia 68 Perdagangan Dunia Industri Turunan Minyak Sawit 69 Potensi Ekspor Minyak Sawit Indonesia danTurunannya Ke Amerika Serikat 87 7 ANALISIS DESKRIPTIF TENTANG STRUKTUR, PRILAKU DAN KINERJA INDUSTRI SAWIT MALAYSIA DAN INDONESIA 95 Struktur, Prilaku dan Kinerja Industri Sawit Indonesia 95 Struktur, Prilaku dan Kinerja Industri Sawit Malaysia 98 Kebijakan Perdagangan Minyak Sawit 105 Perbandingan Strategi Peningkatan Ekspor Produk Sawit ke Amerika Serikat Antara Indonesia dan Malaysia 111 8 MODEL EKONOMETRIKA EKSPOR MINYAK SAWIT DAN PRODUK TURUNANNYA KE AMERIKA SERIKAT 115 Analisis Umum Model Dugaan 115 Dugaan Parameter Persamaan Struktural 116 xviii Validasi Model 127 Simulasi Kebijakan 127 Implikasi Kebijakan 135 9 KESIMPULAN DAN SARAN 141 Kesimpulan 141 Saran 142 DAFTAR PUSTAKA 143 LAMPIRAN 153 xix DAFTAR TABEL 1 Tarif Bea Keluar Produk Minyak Sawit Indonesia 3 2 Perbandingan Volume Ekspor dan Harga Minyak Sawit Indonesia dan Malaysia 4 3 Perbandingan Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia dan Malaysia ke Amerika Serikat 4 4 Total Volume dan Nilai Ekspor Indonesia ke Amerika Serikat 5 5 Produksi dan Konsumsi Minyak Nabati Amerika Serikat 6 6 Volume Ekspor Minyak Sawit Indonesia ke Pasar Konvensional. 9 7 Volume Konsumsi dan Impor Minyak Sawit Negara Amerika Latin 9 8 Perkembangan Konsumsi Minyak Nabati Dunia 54 9 Pelaku Usaha Terbesar Industri RefineryMinyak Goreng di Indonesia 58 10 Produsen Fatty Acid di Indonesia Tahun 2011 59 11 Perkembangan Produksi Fatty Acid Tahun 2003 – 2010 60 12 Produsen Fatty Alkohol di Indonesia Tahun 2011 60 13 Perkembangan Produksi Fatty alcohol Tahun 2003 – 2010 61 14 Kapasitas Terpasang Industri Biodiesel di Indonesia Tahun 2007– 2010 62 15 Produsen glycerin di Indonesia tahun 2011 dari Industri Fatty Acid dan Fatty alcohol 63 16 Produsen Glycerin di Indonesia Tahun 2011 dari Industri Biodiesel 63 17 Perkembangan Produksi Glycerin Tahun 2003 – 2010 64 18 Perkembangan Ekspor RBD Olein Indonesia Tahun 2006 – 2010 70 19 Perkembangan Ekspor RBD Stearin Indonesia Tahun 2006-2010 70 20 Perkembangan Ekspor dan Impor Fatty Acid Indonesia tahun 2003 - 2010 71 21 Perkembangan Ekspor dan Impor Fatty Alkohol Indonesia Tahun 2003 – 2010 71 22 Perkembangan ekspor dan impor biodiesel Indonesia tahun 2007 – 2010 72 23 Perkembangan Ekspor dan Impor Glycerin Indonesia Tahun 2003– 2010 72 24 Produksi Fatty Acid Dunia Tahun 2009 73 25 Produksi Fatty Alkohol Dunia Tahun 2009 74 26 Produksi Glycerin Dunia Tahun 2009 76 27 Permintaan dan Penawaran Glycerin Dunia Tahun 2009 77 28 Mandatori Penggunaan Biodiesel Permen ESDM No. 25 Tahun 2013 79 29 Estimasi Penggunaan Biodiesel Per Sektor Sesuai Permen ESDM No. 25 Tahun 2013 80 30 Jumlah Penduduk Amerika Serikat 88 31 Indikator Ekonomi Amerika Serikat Tahun 2012 88 32 Neraca Perdagangan Indonesia Ke Amerika Serikat 89 33 Pangsa Pasar dan Kebutuhan Minyak Nabati Dunia 90 34 Total Konsumsi Minyak Nabati Amerika serikat 91 35 Tarif Impor Minyak Sawit USA 92 36 Bantuan Langsung Tunai Pemerintah Amerika Serikat Pada Tahun 2010-2013 93 xx 37 Perkembangan Jumlah Permintaan CPO, Elastisitas Harga dan Elastisitas Substitusi Minyak Sawit 1991 -2012 102 38 Perbandingan Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Sawit Indonesia dan Malaysia 103 39 Dugaan Persamaan Struktural Model Ekonomi Dampak Ekspor Minyak Sawit Indonesia danTurunannya ke Pasar Amerika Serikat 115 40 Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Produksi Minyak Kelapa Sawit Indonesia Tahun 1992 – 2012 117 41 Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Permintaan Minyak Kelapa Sawit Indonesia Tahun 1992 – 2012 118 42 Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Harga Riil Domestik Minyak Kelapa Sawit Indonesia Tahun 1992 – 2012 119 43 Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Harga Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia Tahun 1992 – 2012 120 44 Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia Tahun 1992 – 2012 121 45 Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Luas Areal Kebun Kelapa Sawit Indonesia Tahun 1992 – 2012 122 46 Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit Indonesia Tahun 1992 – 2012 123 47 Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Harga Tandan Buah Segar Kelapa Sawit Indonesia Tahun 1992 – 2012 124 48 Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Ekspor Minyak Sawit Indonesia dan Turunannya ke USA Tahun 1992 – 2012 125 49 Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Harga Ekspor Minyak Sawit Indonesia dan Turunannya ke USA Tahun 1992 – 2012 125 50 Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Impor Minyak Sawit Amerika Serikat Tahun 1992 – 2012 126 51 Hasil Validasi Model Ekonomi DampakEksporMinyakSawit Indonesia danTurunannya ke PasarAmerikaSerikat 127 52 Hasil Simulasi Kenaikan Pajak Ekspor Minyak Sawit 128 53 Hasil Simulasi Peningkatan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dolar sebesar 12 Persen 129 54 Hasil Simulasi Pengembangan Produk Turunan Minyak Sawit sebesar 20 persen 130 55 Hasil Simulasi Pengembangan Produk Turunan Minyak Sawit sebesar 50 persen 131 56 Hasil Simulasi Pengembangan Produk Turunan Minyak Sawit 20 Persen dan Kenaikan Pajak Ekspor 132 57 Pengembangan Produk Turunan Minyak Sawit 20 Persen, Kenaikan Pajak Ekspor dan Kenaikan NilaiTukar 133 58 Hasil Simulasi Pengembangan Produk Turunan Minyak Sawit 50 Persen dan Kenaikan Pajak Ekspor 134 59 Pengembangan Produk Turunan Minyak Sawit 20 Persen, Kenaikan Pajak Ekspor dan Kenaikan NilaiTukar 135 60 Dampak Pengembangan Produk Turunan Sawit Terhadap Peningkatan Volume Ekspor ke Pasar Amerika Serikat 139 xxi DAFTAR GAMBAR 1 Produksi Minyak Sawit Dunia Juta Ton Berdasarkan Negara Tahun 2013 2 2 Pergerakan Harga Minyak Nabati di Pasar Dunia 7 3 Perkembangan Harga SME, PME dan RME di Pasar Dunia 8 4 Dampak Pemberlakukan Pajak Ekspor Terhadap Suatu Produk 15 5 Dampak Pembatasan Ekspor 16 6 Dampak Pemberiaan Subsidi Ekspor 17 7 Dampak Pemberlakuan Tarif Impor Terhadap Suatu Produk 18 8 Pengaruh Kenaikan Pajak Ekspor terhadap Volume Ekspor dan Produk Turunan Sawit 31 9 Alur Kerangka Pemikiran Konseptual 37 10 Diagram Keterkaitan Antar Blok Persamaan Ekspor Minyak Sawit dan Produk Turunannya ke Amerika Serikat 43 11 Neraca massa pengolahan kelapa sawit 47 12 Teknologi Proses Minyak Sawit Menjadi Produk Pangan 48 13 Teknologi Proses Pengolahan Minyak Sawit Menjadi Produk Oleokimia 49 14 Teknologi Proses Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi Bioenergi 50 15 Pohon Industri Minyak Sawit 51 16 Perkembangan Luas Areal Kebun Kelapa Sawit Indonesia 52 17 Perkembangan Produksi TBS Kelapa Sawit 52 18 Perkembangan Harga TBS Kelapa Sawit 53 19 Perkembangan Produksi Minyak Kelapa Sawit Indonesia 53 20 Perkembangan Permintaan Minyak Kelapa Sawit Domestik Indonesia 55 21 Perkembangan Harga Minyak Kelapa Sawit Domestik Indonesia 55 22 Perkembangan Harga Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia 56 23 Perkembangan Ekspor Minyak Kelapa Sawit 56 24 Petapenyebaran Pabrik RefineryMinyak Goreng Sawit Indonesia Tahun 2010 57 25 Grafik Perkembangan Produksi OleinMinyak Goreng Indonesia 59 26 Perkembangan Luas Areal Kebun Kelapa Sawit Malaysia 65 27 Perkembangan Produksi Minyak Kelapa Sawit Malaysia 65 28 Perkembangan Permintaan Minyak Kelapa Sawit Domestik Malaysia 66 29 Perkembangan Harga Minyak Kelapa Sawit Domestik Malaysia 66 30 Perkembangan Harga Ekspor Minyak Kelapa Sawit Malaysia 67 31 Perkembangan Ekspor Minyak Kelapa Sawit Malaysia 67 32 Konsumsi Minyak Sawit Dunia Tahun 2010 73 33 Supply dan Demand Fatty Alcohol Dunia 74 34 Konsumsi Biodiesel Dunia Tahun 2007 75 35 Permintaan Biodiesel Asia Pasifik Tahun 2006-2011 75 36 Permintaan dan Penawaran Biodiesel Dunia 76 37 Pasar Produk Fatty Acid 78 38 Pasar Fatty Alkohol 78 39 Pasar Oleokimia Dalam Bentuk Glycerin 80 40 Grafik Perkembangan Harga Olein Dunia Tahun 2006 – 2011 81 xxii 41 Grafik Proyeksi Perkembangan Harga Olein Dunia Tahun 2006 – 2015 81 42 Grafik Perkembangan Harga Fatty Acid Dunia 82 43 Grafik Perbandingan Perkembangan Harga CPO dan Fatty Acid Dunia 83 44 Grafik Proyeksi Perkembangan Harga Fatty Acid dunia 83 45 Grafik Perkembangan Harga Fatty Alcohol Dunia 84 46 Grafik Perkembangan Harga PKO dan Fatty Alcohol Dunia 84 47 Grafik Proyeksi Perkembangan Harga Fatty Alcohol Dunia 85 48 Grafik Perkembangan Harga SME, PME dan RME 85 49 Trend Perkembangan Harga Biodiesel Dunia 86 50 Grafik Perkembangan Harga Glycerin Dunia 87 51 Grafik Proyeksi Perkembangan Harga Glycerin Dunia 87 52 Roadmap Pengembangan Industri Hilir Kelapa Sawit 107 53 Roadmap Pengembangan Industri Hilir Kelapa Sawit 108 xxiii DAFTAR LAMPIRAN 1 Produsen Palm oil Refineryminyak goreng Dunia 153 2 Produsen Fatty Acid Dunia Berbahan Baku Minyak Nabati 154 3 Produsen Fatty Alcohol Dunia 155 4 Produsen Biodiesel Dunia Berbahan Baku Minyak Nabati 156 5 Produsen Glycerin Dunia Berbahan Baku Minyak Nabati 161 6 Kebijakan Perdagangan Minyak Sawit Indonesia 163 7 Sintax Estimasi Persamaan Model 176 8 Hasil Estiamsi Parameter Persamaan Model 178 1

1. PENDAHULUAN

Latar Belakang Kebutuhan dunia akan minyak nabati terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 kebutuhan minyak nabati dunia mencapai 162.8 juta ton, meningkat nyata dibanding pada tahun 2012 yang hanya 157.9 juta ton, sedangkan pada tahun 2030 kebutuhan dunia akan minyak nabati meningkat menjadi 315.2 juta ton yang disebabkan oleh pertumbuhan penduduk dunia dan beralihnya kebutuhan sumber energi dari fosil ke minyak nabati biofuel Dewan Minyak Sawit Indonesia, 2014. Saat ini pemenuhan kebutuhan minyak nabati dunia berasal dari minyak sawit 36.1 persen, minyak kedelai 27.4 persen, minyak biji rapa rapeseed oil 15.2 persen dan sembilan jenis minyak lainnya 21.4 persen. Kontribusi minyak sawit yang cukup besar disebabkan oleh produktivitas tanaman sawit yang lebih tinggi, rata-rata mencapai 2.3 – 4.4 tonhatahun sedangkan tanaman sumber minyak nabati lainnya yang hanya berkisar 0.2 – 0.5 tonhatahun dan masih tersedianya lahan di daerah tropis untuk perkebunan kelapa sawit Dewan Minyak Sawit Indonesia, 2011. Pada tahun 2013, produksi minyak sawit dunia mencapai 55.7 juta ton, dengan kontribusi Indonesia sebesar 26.70 juta ton dan dikuti oleh Malaysia sebesar 21,7 juta ton, sehingga Indonesia dan Malaysia secara bersama menguasai sekitar 86 persen produksi minyak sawit dunia seperti yang terlihat pada Gambar 1. Pada tahun 2013 tercatat bahwa volume ekspor minyak dan produk turunan sawit Indonesia adalah 21.2 juta ton dengan nilai USD 19.1 Milyar 47 persen dari perdagangan minyak minyak sawit internasional, sedangkan Malaysia mengekspor sebesar 19.8 juta ton 44 persen dari nilai perdagangan minyak sawit internasional Dewan Minyak Sawit Indonesia, 2014. Perdagangan internasional membuat pasar menjadi lebih kompetitif ManKiw, 2007 dan perubahan kondisi perdagangan dunia menuntut dunia agroindustri Indonesia untuk tidak hanya memiliki keunggulan komparatif, melainkan juga keunggulan kompetitif yang tinggi, yang tercermin dari mutu produk yang tinggi dan harga yang dapat bersaing Said, 2009. Perdagangan internasional berperan mendorong perluasan pasar produk ekspor dan memperbesar penerimaan devisa dalam penyediaan dana bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara, salah satunya pasar ekspor minyak sawit Indonesia. Dalam pasar global, produk-produk manufaktur menempati prioritas utama perdagangan, dengan kontribusi mencapai lebih dari 74 persen Said dan Dewi, 2004. Menurut proyeksi KADIN Indonesia 2009, penerimaan devisa Indonesiatahun 2010 – 2014 dari komoditas minyak sawit mentah Crude Palm Oil CPO mencapai USD 80.9 Milyar 80 persen dari total nilai ekspor komoditas pertanian andalan, yaitu CPO, teh, kopi, kakao, tuna dan udang. Perdagangan antar negara dapat memberikan manfaat maksimal, namun mekanisme pasar tidak selalu berjalan dengan sempurna. Adanya campur tangan atau intervensi pemerintah dalam bentuk pemberlakukan tarif ekspor dan tarif impor berakibat pada distorsi pasar. Kebijakan tarif dan non tarif terhadap perdagangan minyak sawit dan produk turunannya yang diberlakukan oleh negara eksportir dan importir akan mempengaruhi volume perdagangan minyak sawit antar negara. Penurunan pajak ekspor akan menyebabkan penurunan biaya 2 perdagangan minyak sawit sehingga harga ekspor minyak sawit akan mengalami penurunan, yang akan berdampak pada peningkatan peluang ekspor minyak sawit dan produk turunannya. Dampak bagi negara importir adalah terjadinya penurunan harga domestik terkait minyak nabati yang dapat disubsitusi oleh minyak sawit yang kemudian akan meningkatkan permintaan domestik, dan disisi lain akan menurunkan produksi dan penawaran domestik. Sumber: DMSI, 2014 Gambar 1. Produksi minyak sawit dunia juta ton berdasarkan Negara Tahun 2013 Sebagai produsen terbesar minyak sawit dunia, pangsa ekspor minyak sawit Indonesia dan produk turunannya kalah bersaing dibandingkan Malaysia. Dari total produksi CPO nasional tahun 2013 tersebut, konsumsi Indonesia terhadap CPO hanya 4 juta ton untuk minyak goreng dan 7.7 juta ton untuk kebutuhan oleokimia dan biodiesel sementara sisanya diekspor dalam bentuk CPO. Malaysia lebih banyak mengekspor produk turunan minyak sawit yang memiliki nilai tambah yang lebih tinggi. Menurut Malaysia Palm Oil Board MPOB, pada tahun 2013 Malaysia mengekspor hanya sebesar 3.8 juta ton CPO 17.5 persen dan mengekspor sebesar 17.9 juta ton CPO 82.5 persen yang telah diolah menjadi berbagai produk pada industry processing. Kondisi ini sangat berbeda dengan Indonesia yang mengekspor 40.34 persen CPO dan hanya sebesar 59.38 persen yang diolah menjadi produk hilir kelapa sawit. Menurut Kementerian Perdagangan 2013 Pasar ekspor utama minyak sawit Indonesia adalah Cina 9.4 persen, India 22.4 persen, Eropa 12 persen, Pakistan 4.2 persen, Amerika Serikat 1.5 persen. Sementara Malaysia memiliki pasar ekspor ke China, Pakistan, Uni Eropa-27, India, Jepang, Korea, Taiwan, Amerika Serikat, Asia Tenggara, Mesir, Uni Emirate Arab dan Bangladesh. Untuk meningkatkan daya saing minyak sawit Indonesia dan meningkatkan nilai tambah produk sawit Indonesia di pasar internasional, pemerintah memberikan insentif untuk industri kelapa sawit dalam negeri dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 75PMK.0112012 tentang 3 Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 128PMK.0112011 tentang Penetapan Barang Ekspor Yang Dikenakan Bea Keluar dan Tarif Bea Keluar. Berdasarkan peraturan tersebut, untuk harga referensi CPO sampai USD 750 per ton, tarif Bea Keluar sebesar 0 persen dan tarif Bea Keluar di atas mengalami perubahan setiap kenaikan harga referensi sebesar USD 50 per ton. Untuk kondisi harga referensi CPO yang berkisar antara USD 1000 – 1050, maka tarif Bea Keluar CPO dan produk turunannya berdasarkan peraturan baru adalah sebagai berikut: CPO sebesar 15 persen, RBD Refined Bleached DeodorizedPalm Olein sebesar 7 persen, RBD Palm Oil 5 peren, RBD Palm Stearin 5 persen dan Biofuel sebesar 2 persen seperti yang diperlihatkan pada Tabel 1. Dalam rangka lebih meningkatkan kegiatan investasi langsung di industri hilir kelapa sawit guna mendorong pertumbuhan ekonomi, serta untuk pemerataan pembangunan dan percepatan pembangunan bagi usaha tertentu, pada tahun 2011 pemerintah juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 522011 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu Atau Daerah-Daerah Tertentu. Berdasarkan peraturan tersebut, Perusahaan yang menanamkan modal di industri kelapa sawit diberikan fasilitas pajak penghasilan sebagai berikut: 1. Pengurangan penghasilan neto sebesar 30 persen dari jumlah penanaman modal, dibebankan selama enam tahun, masing-masing sebesar 5 persen per tahun 2. Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat 3. Pengenaan pajak penghasilan atas deviden yang dibayarkan kepada subjek pajak luar negeri sebesar 10 persen atau tarif yang lebih rendah menurut persetujuan penghindaran pajak berganda yang berlaku 4. Kompensasi kerugian yang lebih lama dari lima tahun tetapi tidak lebih dari 10 tahun. Tabel 1. Tarif Bea Keluar Produk Minyak Sawit Indonesia Harga Referensi USD 1000 – 1050 Produk Peraturan Menteri Keuangan RI No. 752012 CPO 15 RBD Palm Olein 7 RBD Palm Oil 5 RBD Palm Stearin 5 Biodiesel 2 Sumber: Kementerian Keuangan RI, 2012 Dengan adanya kedua peraturan tersebut, pemerintah mengharapkan mulai tahun 2012 terjadi peningkatan ekspor produk turunan CPO yang bernilai tambah yang lebih tinggi dan berkembangnya industri hilir kelapa sawit di Indonesia. Keberhasilan di atas pada akhirnya akan meningkatkan devisa negara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Berdasarkan data Malaysia Palm Oil Council MPOC tahun 2010, 2011 dan 2012 tujuan ekspor terbesar minyak dan produk sawit Indonesia dan Malaysia adalah Asia Pasifik dan Afrika. Pada tahun 2012 saja ekspor Indonesia ke Asia Pasifik dan Afrika sebesar 3.67 juta ton dan 1.37 juta ton, sementara