KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Teoritis

31 bahan baku produk turunan sawit meningkat. Dengan meningkatnya ketesediaan input CPO, produksi produk turunan sawit meningkat dan harga produk turunan sawit menurun. Gambar 8. Pengaruh Kenaikan Pajak Ekspor terhadap Volume Ekspor dan Produk Turunan Minyak Sawit Teori Nilai Tukar Dalam perekonomian terbuka, perkembangan nilai tukar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar terhadap perekonomian dapat dilihat dari dua sisi, yaitu permintaan dan penawaran. Pada sisi permintaan, depresiasi nilai tukar akan menyebabkan harga barang luar negeri relatif lebih tinggi dibandingkan barang dalam negeri sehingga pada kondisi seperti ini maka akan meningkatkan permintaan terhadap barang domestik, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun untuk permintaan ekspor. Hal ini apabila dikaitkan dengan konsep elastisitas harga Marshall-Lerner condition , di mana depresiasi nilai tukar mata uang akan meningkatkan neraca perdagangan apabila elastisitas harga ekspor ditambah elastisitas harga impor nilai absolut lebih besar dari satu Tweeten, 1992. Dari sisi penawaran depresiasi nilai tukar akan meningkatkan harga barang impor yang selanjutnya dapat menyebabkan penurunan output produksi dan memicu kenaikan harga secara umum. Efek netto dari depresiasi nilai tukar terhadap output tergantung dari kekuatan relatif kedua sisi penawaran dan permintaan tersebut. 32 Dari sisi permintaan selain dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar, pergerakan output juga terkait erat dengan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Ekspansi kebijakan moneter akan menurunkan tingkat suku bunga yang selanjutnya dapat meningkatkan investasi dan output. Demikian juga halnya dengan kebijakan fiskal di mana ekspansi pengeluaran pemerintah yang merupakan salah satu komponen permintaan agregat dapat menyebabkan peningkatan output, meskipun dampak crowding-out tetap perlu untuk dipertimbangkan. Depresiasi nilai tukar akan menyebabkan naiknya harga barang impor dan selanjutnya akan meningkatkan biaya produksi, sehingga dampak sisi penawaran terhadap output adalah kontraktif. Sementara itu dari sisi permintaan meningkatnya harga barang impor ini akan menurunkan permintaan. Namun di sisi lain, depresiasi nilai tukar akan meningkatkan daya saing produk domestik dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan terhadap barang domestik. Untuk lebih rincinya kompleksitas dari jalur permintaan dan penawaran dapat menentukan efek dari fluktuasi nilai tukar, sebagai berikut : 1. Di pasar barang, kejutan positif pada nilai tukar unexpected depreciation dapat menyebabkan turunnya harga ekspor domestik dan sebaliknya akan menaikan harga impor. Sebagai hasilnya, daya saing produk ekspor akan meningkat sehingga meningkatkan output domestik. 2. Di pasar uang, kejutan positif pada nilai tukar akan menimbulkan eskpektasi apresiasi saat t+1. Hal ini akan memicu pelaku pasar untuk memegang lebih banyak mata uang domestik pada periode t dan meningkatkan suku bunga. Jalur ini akan mengurangi ekspansi permintaan agregat sehingga juga akan mengurangi peningkatan output dan harga. 3. Di sisi penawaran, kejutan positif pada nilai tukar akan meningkatkan biaya impor yang berakibat pada meningkatnya biaya produksi dan menurunkan output domestik sehingga meningkatkan tingkat harga agregat. Namun di sisi lain, kejutan positif ini akan meningkatkan daya saing produk ekspor. Dari uraian tersebut di atas, secara matematis persamaan penawaran ekspor dapat dirumuskan menjadi: ESX = ƒQt, Ps, Pt, Ym, Nt, Tax 3.3 Dimana Nt adalah nilai tukar, Tax adalah pajak ekspor, Qt adalah produksi domestic, Ps harga komoditas bersangkutan. Pt adalah harga komoditas lainnya dan Ym adalah tingkat pendapatan negara konsumen. Faktor waktu t juga menjadi pertimbangan dalam penyesuaian penawaran ekspor, oleh karena itu peubah time lag diduga juga berpengaruh terhadap penawaran ekspor. Dari uraian di atas, dihipotesakan bahwa ekspor minyak sawit Indonesia adalah fungsi dari produksi sawit Indonesia, harga minyak sawit dunia, impor minyak sawit dunia, nilai tukar, tingkat pendapatan negara pengimpor, ekspor sisa dunia, stok minyak sawit Indonesia, ekspor negara pesaing, harga minyak sawit domestik dan peubah time lag ekspor minyak sawit Indonesia. Penawaran ekspor minyak sawit dunia antara lain didominasi oleh penawaran ekspor Malaysia dan Indonesia sebagai negara produsen terbesar minyak sawit dunia. Penawaran ekspor kelapa sawit Malaysia dihipotesakan merupakan fungsi dari harga minyak sawit di pasar Internasional, nilai tukar 33 Ringgit Malaysia, produksi minyak sawit Malaysia, stok minyak sawit Malaysia, ekspor minyak sawit Indonesia, harga minyak kedele di pasar internasional New York, stok minyak sawit Indonesia, impor minyak sawit dunia dan peubah bedakala ekspor minyak sawit Malaysia. Teori Penawaran Produk Sawit Indonesia Penawaran adalah jumlah suatu barang dan jasa yang dipasarkan atau dijual produsen dalam jangka waktu tertentu dan kondisi tertentu. Jumlah produksi yang ditawarkan di pasar berasal dari produksi waktu tertentu dan persediaan dari periode sebelumnya. Perubahan pada penawaran dipengaruhi oleh beberapa factor seperti: harga komoditas itu sendiri Px, harga komoditas lain Py, teknologi T, harga inputfaktor produksi PF, jumlah produsen POP, tujuan perusahaan TP dan pajak Tx atau subsidi. Dari uraian di atas, faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran suatu komoditas dapat digambarkan dengan fungsi sebagai berikut: QS = ƒPx, Py, T, PF, POP, TP, TX 3.4 Dari fungsi diatas dapat menjelaskan bahwa apabila jumlah CPO meningkat maka produksi produk turunan minyak sawit juga akan meningkat. Hubungan ini sesuai dengan teori produksi, dimana fungsi produksi merupakan hubungan matematika antara input dan outputnya. Teori Permintaan Produk Sawit Indonesia Permintaan Qd adalah jumlah barang yang mampu dibeli oleh para pembeli pada tempat atau waktu tertentu dengan harga yang berlaku pada saat itu. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan adalah harga komoditi yang bersangkutan H, harga komoditi yang bersangkutan H, harga komoditi lain HS, selera, S, jumlah penduduk POP, dan tingkat pendapatan Y, yang dapat dinyatakan dalam bentuk fungsi sebagai berikut: Qd = ƒH, HS, S, POP, Y 3.5 Secara umum permintaan produk sawit dipengaruhi oleh harga produk sawit itu sendiri, harga komoditi substitusi, pendapatan dan jumlah penduduk. Teori Produksi Menurut Snodgrass dan Wallace 1980, produksi adalah kegiatan transformasi dari dua atau lebih input sumberdaya menjadi satu atau lebih produk. Transformasi sebagai upaya mengubah dengan cara mengkombinasikan sejumlah input menjadi bentuk dan fungsi yang berbeda. Konsep dari fungsi produksi adalah total produktivitas atau output dengan menggunakan variasi jumlah input dalam proses produksi. Menurut Semaoen 1996, fungsi produksi adalah hubungan antara produk dan input yang dinyatakan bahwa maksimum produk keluaran yang dapat diproduksi dengan menggunakan kombinasi input faktor produksi. Input variabel dalam proses produksi komoditas pertanian antara lain adalah tenaga kerja, pupuk, benih, pestisida dan yang lainnya, yang dapat dibeli sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Sedangkan faktor input tetap adalah faktor faktor yang lain yang tidak diperoleh dalam jangka waktu satu 34 analisis seperti lahan, infrastruktur dan layanan penyuluhan atau juga faktor eksogen yang tidak bisa dikendalikan seperti cuaca Sadoulet dan De Janvry, 1995. Secara umum teori ekonomi menyatakan bahwa produksi atau jumlah keluaran suatu komoditas pertanian Q merupakan fungsi dari penggunaan beberapa input utama, yaitu luas areal tanam A dan produktivitas Y, dimana produktivitas ini meliputi : jumlah modal K, jumlah tenaga kerja L, serta input yang lainnya seperti jumlah benih B, pupuk P dan teknologi T. Fungsi produksi ini dapat berbentuk linier, kuadratik maupun Cobb-Douglas, dimana fungsi produksi dengan keuntungan maksimum dapat dirumuskan sebagai fungsi permintaan faktor-faktor produksi dimana permintaan faktor-faktor produksi ini menjelaskan fungsi penawaran produk komoditas tersebut. Berdasarkan teori produksi, maka produksi produk sawit, jika diasumsikan terdapat tiga input yang digunakan, dapat dirumuskan dengan persamaan produksi sebagai berikut : Q y = f X 1 , X 2 , X 3 3.6 Dimana : Q y = Produksi produk sawit X 1 = Jumlah input 1 yang digunakan X 2 = Jumlah input 2 yang digunakan X 3 = Jumlah input 3 yang digunakan Elastisitas Konsep elastisitas sangat berguna dan banyak sekali diaplikasikan dalam ilmu ekonomi dalam kaitannya dengan permintaan dan penawaran. Pada permintaan dikenal tiga konsep elastisitas yang penting, yaitu elastisitas permintaan terhadap harga, elastisitas permintaan terhadap pendapatan dan elastisitas permintaan silang. Elastisitas permintaan terhadap harga merupakan ukuran besarnya respon jumlah yang diminta dari suatu komoditi tertentu terhadap perubahan harga. Elastisitas didefinisikan sebagai bilangan positif dan dapat bervariasi dari nol sampai tak terhingga. Jika bilangan elastisitas lebih kecil daripada satu, maka permintaannya bersifat inelastis. Ini berarti bahwa persentase perubahan kuantitas lebih kecil daripada persentase perubahan harga yang menyebabkannya. Jika bilangan elastisitasnya lebih besar daripada satu, permintaannya bersifat elastis. Ini berarti bahwa persentase perubahan kuantitas lebih besar daripada persentase perubahan harga yang menyebabkannya. Elastisitas permintaan terhadap pendapatan merupakan ukuran besarnya respon jumlah yang diminta dari suatu komoditi tertentu terhadap perubahan pendapatan. Untuk kebanyakan jenis barang, kenaikan pendapatan berakibat pada kenaikan permintaan dan elastisitas terhadap pendapatan akan positif. Barang- barang tersebut disebut barang normal. Barang yang konsumsinya menurun sebagai respon terhadap kenaikan pendapatan memiliki elastisitas pendapatan yang negative dan barang yang demikian disebut sebagai barang inferior. Elastisitas permintaan silang merupakan ukuran besarnya respon jumlah yang diminta dari suatu komoditi tertentu terhadap perubahan harga yang menyebabkannya dari beberapa komoditi lainnya. Istilah tersebut biasa digunakan 35 untuk mendefinisikan komoditi yang merupakan barang substitusi antara satu barang dengan barang lainnya elastisitas silang yang positif dan komoditi yang yang bersifat komplemen antara barang satu dengan barang lainnya elastisitas silang yang negatif Elastisitas penawaran dalam ilmu ekonomi merupakan konsep yang penting. Pada teori penawaran dua konsep elastisitas yang terpenting adalah elastisitas penawaran terhadap harga dan dan elastisitas penawaran silang. Elastisitas penawaran terhadap harga merupakan ukuran besarnya respon jumlah yang ditawarkan dari suatu komoditi tertentu terhadap perubahan harga. Sementara elastisitas penawaran silang merupakan ukuran besarnya respon jumlah yang ditawarkan dari suatu komoditi tertentu terhadap perubahan harga yang menyebabkannya dari beberapa komoditi lainnya. Apabila elastisitas harga silang antara dua jenis komoditi adalah positif maka kedua komoditi tersebut adalah merupakan joint product, dan jika elastisitasnya negatif maka kedua komoditi tersebut adalah competiting product. Elastisitas dapat dibedakan atas elastisitas jangka pendek dan elastisitas jangka panjang, dengan formula masing-masing sebagai berikut: 3.7 3.8 Dimana: ESR = elastisitas jangka pendek ELR = elastisitas jangka panjang b = koefisien parameter X = rata-rata peubah eksogen Y = rata-rata peubah endogen Lag = koefisien parameter peubah lag endogen Kerangka Pemikiran Konseptual Minyak sawit dan produk turunannya merupakan produk yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dunia, perkembangan ekonomi dan perubahan selera masyarakat, permintaan terhadap produk minyak sawit dan turunanya juga semakin meningkat. Konsumsi minyak sawit dunia cenderung mengalami peningkatan sebesar 9.66 persen per tahun sementara pertumbuhan produksi minyak sawit dunia hanya 7.94 persen per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa minyak sawit Indonesia dan produk turunannya memiliki peluang besar dan memegang peranan penting sebagai produsen terbesar minyak sawit dunia dunia untuk memenuhi konsumsi dunia tersebut. Untuk memenuhi konsumsi dunia tersebut, Pemerintah Indonesia mengeluarkan beberapa kebijakan yang telah mendorong pertumbuhan areal dan produksi minyak sawit nasional rata-rata sebesar 13.48 persen dan 11.45 persen per tahun Kementerian Pertanian, 2013. Dengan target produksi minyak sawit 36 40 juta ton pada tahun 2020, Indonesia perlu meningkatkan ekspor dan mencari pasar baru untuk minyak sawit dan produk turunannya agar tidak terjadi excess supply minyak sawit, salah satunya pasar Amerika Serikat. Secara ringkas kerangka konseptual digambarkan pada Gambar 9. Kebutuhan minyak sawit atau CPO domestik yang hanya sekitar 11.7 juta ton pada tahun 2013 yang diolah menjadi produk pangan, oleokimia dan bioenergi, sedangkan sisa produksi CPO Indonesia tersebut diekspor. Apabila CPO ini diolah lebih lanjut menjadi produk bernilai tambah yang lebih tinggi dan diekspor akan meningkatkan penerimaan devisa negara yang berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Namun demikian perkembangan industri turunan kelapa sawit di Indonesia relatif lambat, hingga saat ini baru terdapat sekitar 47 jenis produk turunan CPO yang telah diproduksi di Indonesia, namun kapasitas produksi produk turunan tersebut maksimal, sementara Malaysia telah memproduksi sekitar 105 jenis produk turunan CPO. Untuk meningkatkan kapasitas produksi tersebut, Indonesia perlu mencari pasar ekspor baru atau diversifikasi pasar dan tidak bergantung kepada pasar ekspor konvensional Asia dan Eropa. Dari Salah satu negara yang berpeluang menjadi tujuan ekspor adalah Amerika Serikat yang mengalami peningkatan konsumsi akan minyak nabati baik digunakan sebagai produk pangan, oleokimia maupun bioenergi. Pasar impor minyak sawit dan produk turunannya ke Amerika Serikat selama ini dikuasai oleh Malaysia sebesar 96 persen. Untuk meningkatkan ekspor minyak sawit Indonesia dan produk turunannya ke Amerika Serikat perlu diidentifikasi perkembangan produksi, konsumsi domestik dan potensi ekspor ke Amerika Serikat yang dianalisis dengan pendekatakan deskriptif. Disamping itu, juga perlu dievaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan ekspor minyak sawit Indonesia dan produk turunannya ke pasar Amerika Serikat yang dianalisis dengan pendekatan ekonometrika. Peningkatan volume ekspor minyak sawit dan produk turunannya ke Amerika Serikat juga ditentukan oleh kebijakan dan strategi perdagangan pemerintah Indonesia untuk menghadapi pesaing utama yaitu Malaysia. Pada penelitian ini, juga dilakukan komparasi kebijakan perdagangan antara Indonesia dan Malaysia sebagai produsen utama minyak sawit dengan pendekatan deskriptif terhadap struktur, prilaku dan kinerja industri sawit di masing-masing negara. Seluruh faktor-faktor yang berpengaruh dalam strategi peningkatan ekspor minyak sawit Indonesia dan produk turunannya ke Amerika Serikat perlu dikaji sehingga diperoleh kebijakan efektif untuk peningkatan ekspor minyak sawit Indonesia dan produk turunannya ke Amerika Serikat. 37 Gambar 9. Alur Kerangka Pemikiran Konseptual Produksi Domestik: - CPO meningkat - Produk Turunan kapasitas produksi belum maksimal Permintaan Pasar Internasional: - CPO meningkat - Produk Turunannya bervariasi Perdagangan Internasional: Produsen Utama Minyak Sawit: - Indonesia - Malaysia Konsumen Minyak Sawit: - Asia China, India, Paskistan dll - Uni Eropa Belanda, Jerman dll - Amerika Serikat target pasar baru - Kebijakan Perdagangan Implementasi Kebijakan: Kebijakan Produksi: - CPO perluasan lahan - Produk Turunan peningkatan kapasitas produksi Kebijakan Investasi: - Suku Bunga Kebijakan Pasar: - Perluasan Pasar Ekspor Amerika Serikat - Pajak Ekspor - Nilai Tukar Pendekatan Kuantitatif: Ekonometrika Pendekatan Kualitatif: - Deskriptif Structure, Conduct Performance 38

4. METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui survey, wawancara pakar serta FGD Focus Group Discussion melibatkan praktisi industri turunan minyak sawit. Data sekunder diperoleh dari Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Badan Pusat Statistik BPS, Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, PPKS Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Departemen Pertanian Amerika Serikat USDA, Departemen Perdagangan Amerika Serikat USDC, Departemen Keuangan Amerika Serikat, Asosiasi Produsen Minyak Sawit Indonesia seperti GAPKI Gabungan Pengusahan Kelapa Sawit Indonesia, GIMNI Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia, APROBI Asosiasi Produsen Biodiesel Indonesia, MAKSI Masyarakat Kelapa Sawit Indonesia, dan dari berbagai instansi atau asosiasi terkait lainnya. Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan Data Untuk menjawab tujuan penelitian 1, analisis pada penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi organisasi industri minyak sawit Indonesia. Data dan informasi yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Untuk menjawab tujuan penelitian 2, data sekunder berupa data time series tingkat nasional dari tahun 1992 – 2012 akan digunakan untuk membangun model ekonometrika, untuk kemudian dilakukan pendugaan parameter berdasarkan model yang telah dibangun untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi strategi peningkatan ekspor minyak sawit Indonesia dan produk turunannya ke Amerika Serikat dan pengaruhnya terhadap kinerja eknomi Indonesia. Untuk menjawab tujuan penelitian 3, analisis dimulai dengan mengidentifikasi kebijakan perdagangan minyak sawit Indonesia dan produk turunannya yang kemudian dibandingkan dengan kebijakan perdagangan minyak sawit Malaysia. Data dan informasi yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Untuk menjawab tujuan penelitian 4, analisis dimulai dengan melakukan simulasi berbagai kebijakan ekonomi terhadap model persaman simultan yang terbentuk dan dianalisis dampak yang terjadi terhadap peningkatan ekspor produk turunan minyak sawit Indonesia ke pasar Amerika Serikat. Analisis Data Analisa Deskriptif Structure Conduct Performance SCP Untuk menjawab tujuan penelitian 1 dan 3, organisasi industri minyak sawit Indonesia digunakan metode deskriptif Structure, Conduct and Performance SCP. SCP adalah pendekatan organisasi industri yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara struktur pasar, perilaku pasar dan kinerja pasar secara deskriptif. SCP menunjukkan bahwa struktur pasar menentukan perilaku pasar dan kemudian menentukan tingkat kinerja pasar begitupun sebaliknya. 39 Model Ekonometrika Persamaan Simultan Untuk mencapai tujuan penelitian 2, metode analisis yang digunakan adalah model ekonometrika persamaan Simultan. Untuk melihat hubungan antar peubah-peubah di dalam model diformulasikan dalam bentuk sebuah model ekonometrika agar dapat diketahui tanda dan besaran penduga parameter setiap persamaan. Karena secara umum sistem ekonomi minyak sawit dan produk turunannya terdiri dari fungsi produksi, permintaan dan penawaran yang merupakan model dinamis dalam bentuk persamaan simultan.

a. Spesifikasi Model

Spesifikasi model yang dirumuskan dalam studi ini sangat terkait dengan tujuan penelitian yaitu merumuskan model ekonometrika yang terdiri dari industri hulu – hilir minyak sawit Indonesia, konsumsi domestik, perdagangan internasional dalam kaitannya dengan peluang peningkatan ekspor minyak sawit Indonesia dan produk turunannya ke pasar Amerika Serikat. Model yang dibangun adalah model persamaan simultan. Model persamaan simultan yang dirumuskan terdiri dari 11 persamaan struktural. i Minyak Kelapa Sawit Persamaan untuk blok minyak kelapa sawit terdiri dari persamaan produksi minyak kelapa sawit, konsumsi minyak kelapa sawit, harga domestik minyak kelapa sawit, harga ekspor minyak kelapa sawit dan ekspor minyak kelapa sawit Persamaan untuk blok minyak kelapa sawit mengacu kepada persamaan hasil penelitian Hartoyo et al. 2009 dan Susila dan Munadi 2008 dengan penyesuaian yang diperlukan. Salah satu penyesuaian yang dilakukan adalah menambahkan variabel produksi stearin sebagai indikator produk turunan minyak sawit dan juga sebagai variabel yang mempengaruhi persamaan konsumsi domestik minyak kelapa sawit. Peningkatan penggunaan stearin untuk bahan baku industri hilir lainnya akan meningkatkan konsumsi domestik minyak kelapa sawit. Persamaan yang dapat diformulasikan adalah sebagai berikut : QCPO t = a + a 1 DCPOR t + a 2 PTBSR t + a 3 CCPO t + a 4 QCPO t-1 + a 5 HCPOMt + a 6 DCCPOMt + U 1t 4.1 CCPO t = b + b 1 PXPO t + b 2 PMGR t + b 3 QST t + b 4 DCCPOM t + b 5 HSOASt + b 6 PTBSRt + U 2t 4.2 DCPOR t = c + c 1 PXPO t + c 2 QCPO t + c 3 CCPO t + c 4 PTBSR t + c 5 CPOM t + c 6 DCPOR t-1 + c 7 XCPOM + c 8 HCPOM + U 3t 4.3 PXPO t = d + d 1 WOIL t + d 2 XTAX t + d 3 XCPO t + d 4 DCCPOM t + d 5 HSOASt + d 6 PXPO t-1 + U 4t 4.4 XCPO t = e + e 1 PXPO t + e 2 ER t + e 3 XTAX t + e 4 CPOM t + e 5 DCPOR t + e 6 XCPOMt + e 7 DCCPOMt + e 8 HSOASt + U 5t 4.5 dimana : QCPO t = Produksi CPO Indonesia tontahun DCPOR t = Harga Riil domestik CPO rupiahkg PTBSR t = Harga RiilTBS kelapa sawit rupiahkg QCPO t-1 = Lag produksi CPO tontahun CCPO t = Permintaan CPO domestik tontahun PMGRRt = Harga Riil minyak goreng sawit rupiahkg QST t = Produksi stearin ribu tontahun 40 CCPO t-1 = Lag konsumsi CPO tontahun PXPO t = Harga ekspor CPO USkg WOIL t = Harga minyak mentah internasional USbarel XTAX t = Pajak ekspor CPO persen ER t = Nilai tukar rupiah terhadap US rupiahUS XCPO t = Ekspor CPO tontahun HCPOM t = Harga Minyak Sawit Malaysia USDton DCCPOM t = Konsumsi Domestik CPO Malaysia ton XCPOM t = Ekspor Minyak Sawit Malaysia ton CPOM t = Produksi Minyak Sawit Malaysia ton HSOAS t = Harga Minyak Kedelai USA USDton dengan dugaan parameter yang diharapkan : a 1, a 3, , a 5 , a 6 ; a 2 0 ; 0 a 4 1 b 2 , b 4 , b 6 0 ; b 1 , b 3, b 5 c 1, c 2, c 4 , c 7 0 ; c 3 , c 5 , c 8 0 ; 0 c 6 1 d 1, d 2 , d 4 , d 5 0 ; d 3 0; 0 d 6 1 e 3 , e 4 0 ; e 1 ,e 2 , e 5 , e 6 , e 7 , e 8 ii Perkebunan Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman asal bahan baku untuk industri hilir kelapa sawit. Persamaan untuk blok perkebunan kelapa sawit terdiri dari persamaan luas areal kebun kelapa sawit, produksi tandan buah segar kelapa sawit dan harga tandan buah segar kelapa sawit. Persamaan untuk blok perkebunan kelapa sawit mengacu kepada persamaan hasil penelitian Hartoyo et al. 2009 dengan beberapa penyesuaian. Persamaan yang dapat diformulasikan untuk perkebunan kelapa sawit adalah sebagai berikut : AREA t = f + f 1 DCPO t-1 + f 2 QCPO t + f 3 SB t + f 4 ER t + f 5 CPOMt + f 6 XCPOMt + f7HCPOM + U 6t 4.6 QTBS t = g + g 1 PTBSR t + g 2 AREA t + g 3 QTBS t-1 + g 4 CPOMt + g 5 XCPOMt + g 6 HCPOMt + U 7t 4.7 PTBSR t = h + h 1 DCPOR t + h 2 CCPO t-1 + h 3 CPOMt + h 4 XCPOMt + h 5 EGRO t + h 6 HCPOMt + h 7 PTBSR t-1 + U 8t 4.8 dimana : AREA t = Luas areal kebun kelapa sawit juta ha SB t = Suku bunga persentahun ER t = Nilai tukar rupiah terhadap US rupiahUS QTBS t = Produksi TBS juta tontahun PTBSR t = Harga RiilTBS rupiahkg QCPO t = Produksi CPO tontahun QTBS t-1 = Lag produksi tandan buah segar sawit juta tontahun DCPOR t = Harga Riil domestik CPO rupiahkg PTBS t-1 = Lag harga TBS rupiahkg DCPOR t-1 = Lag Harga Riil domestik CPO rupiahkg CCPO t-1 = Lag Permintaan CPO domestik tontahun HCPOM t = Harga Minyak Sawit Malaysia USDton DCCPOM t = Konsumsi Domestik CPO Malaysia ton XCPOM t = Ekspor Minyak Sawit Malaysia ton CPOM t = Produksi Minyak Sawit Malaysia ton EGROt = Pertumbuhan Ekonomi Indonesia