KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Teoritis
31 bahan baku produk turunan sawit meningkat. Dengan meningkatnya ketesediaan
input CPO, produksi produk turunan sawit meningkat dan harga produk turunan sawit menurun.
Gambar 8. Pengaruh Kenaikan Pajak Ekspor terhadap Volume Ekspor dan Produk Turunan Minyak Sawit
Teori Nilai Tukar Dalam perekonomian terbuka, perkembangan nilai tukar merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar terhadap perekonomian dapat dilihat dari dua sisi, yaitu permintaan dan
penawaran. Pada sisi permintaan, depresiasi nilai tukar akan menyebabkan harga barang luar negeri relatif lebih tinggi dibandingkan barang dalam negeri sehingga
pada kondisi seperti ini maka akan meningkatkan permintaan terhadap barang domestik, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun untuk permintaan ekspor.
Hal ini apabila dikaitkan dengan konsep elastisitas harga Marshall-Lerner condition
, di mana depresiasi nilai tukar mata uang akan meningkatkan neraca perdagangan apabila elastisitas harga ekspor ditambah elastisitas harga impor
nilai absolut lebih besar dari satu Tweeten, 1992. Dari sisi penawaran depresiasi nilai tukar akan meningkatkan harga barang impor yang selanjutnya
dapat menyebabkan penurunan output produksi dan memicu kenaikan harga secara umum. Efek netto dari depresiasi nilai tukar terhadap output tergantung
dari kekuatan relatif kedua sisi penawaran dan permintaan tersebut.
32 Dari sisi permintaan selain dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar,
pergerakan output juga terkait erat dengan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Ekspansi kebijakan moneter akan menurunkan tingkat suku bunga yang
selanjutnya dapat meningkatkan investasi dan output. Demikian juga halnya dengan kebijakan fiskal di mana ekspansi pengeluaran pemerintah yang
merupakan salah satu komponen permintaan agregat dapat menyebabkan peningkatan output, meskipun dampak crowding-out tetap perlu untuk
dipertimbangkan. Depresiasi nilai tukar akan menyebabkan naiknya harga barang impor dan selanjutnya akan meningkatkan biaya produksi, sehingga dampak sisi
penawaran terhadap output adalah kontraktif.
Sementara itu dari sisi permintaan meningkatnya harga barang impor ini akan menurunkan permintaan. Namun di sisi lain, depresiasi nilai tukar akan
meningkatkan daya saing produk domestik dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan terhadap barang domestik. Untuk lebih rincinya kompleksitas dari
jalur permintaan dan penawaran dapat menentukan efek dari fluktuasi nilai tukar, sebagai berikut :
1. Di pasar barang, kejutan positif pada nilai tukar unexpected depreciation
dapat menyebabkan turunnya harga ekspor domestik dan sebaliknya akan menaikan harga impor. Sebagai hasilnya, daya saing produk ekspor akan
meningkat sehingga meningkatkan output domestik. 2. Di pasar uang, kejutan positif pada nilai tukar akan menimbulkan eskpektasi
apresiasi saat t+1. Hal ini akan memicu pelaku pasar untuk memegang lebih banyak mata uang domestik pada periode t dan meningkatkan suku bunga.
Jalur ini akan mengurangi ekspansi permintaan agregat sehingga juga akan mengurangi peningkatan output dan harga.
3. Di sisi penawaran, kejutan positif pada nilai tukar akan meningkatkan biaya impor yang berakibat pada meningkatnya biaya produksi dan menurunkan
output domestik sehingga meningkatkan tingkat harga agregat. Namun di sisi lain, kejutan positif ini akan meningkatkan daya saing produk ekspor.
Dari uraian tersebut di atas, secara matematis persamaan penawaran ekspor dapat dirumuskan menjadi:
ESX = ƒQt, Ps, Pt, Ym, Nt, Tax 3.3
Dimana Nt adalah nilai tukar, Tax adalah pajak ekspor, Qt adalah produksi domestic, Ps harga komoditas bersangkutan. Pt adalah harga komoditas lainnya
dan Ym adalah tingkat pendapatan negara konsumen. Faktor waktu t juga menjadi pertimbangan dalam penyesuaian penawaran ekspor, oleh karena itu peubah time
lag diduga juga berpengaruh terhadap penawaran ekspor.
Dari uraian di atas, dihipotesakan bahwa ekspor minyak sawit Indonesia adalah fungsi dari produksi sawit Indonesia, harga minyak sawit dunia, impor
minyak sawit dunia, nilai tukar, tingkat pendapatan negara pengimpor, ekspor sisa dunia, stok minyak sawit Indonesia, ekspor negara pesaing, harga minyak sawit
domestik dan peubah time lag ekspor minyak sawit Indonesia.
Penawaran ekspor minyak sawit dunia antara lain didominasi oleh penawaran ekspor Malaysia dan Indonesia sebagai negara produsen terbesar
minyak sawit dunia. Penawaran ekspor kelapa sawit Malaysia dihipotesakan merupakan fungsi dari harga minyak sawit di pasar Internasional, nilai tukar
33 Ringgit Malaysia, produksi minyak sawit Malaysia, stok minyak sawit Malaysia,
ekspor minyak sawit Indonesia, harga minyak kedele di pasar internasional New York, stok minyak sawit Indonesia, impor minyak sawit dunia dan peubah
bedakala ekspor minyak sawit Malaysia.
Teori Penawaran Produk Sawit Indonesia
Penawaran adalah jumlah suatu barang dan jasa yang dipasarkan atau dijual produsen dalam jangka waktu tertentu dan kondisi tertentu. Jumlah
produksi yang ditawarkan di pasar berasal dari produksi waktu tertentu dan persediaan dari periode sebelumnya. Perubahan pada penawaran dipengaruhi oleh
beberapa factor seperti: harga komoditas itu sendiri Px, harga komoditas lain Py, teknologi T, harga inputfaktor produksi PF, jumlah produsen POP,
tujuan perusahaan TP dan pajak Tx atau subsidi.
Dari uraian di atas, faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran suatu komoditas dapat digambarkan dengan fungsi sebagai berikut:
QS = ƒPx, Py, T, PF, POP, TP, TX 3.4
Dari fungsi diatas dapat menjelaskan bahwa apabila jumlah CPO meningkat maka produksi produk turunan minyak sawit juga akan meningkat.
Hubungan ini sesuai dengan teori produksi, dimana fungsi produksi merupakan hubungan matematika antara input dan outputnya.
Teori Permintaan Produk Sawit Indonesia
Permintaan Qd adalah jumlah barang yang mampu dibeli oleh para pembeli pada tempat atau waktu tertentu dengan harga yang berlaku pada saat itu.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan adalah harga komoditi yang
bersangkutan H, harga komoditi yang bersangkutan H, harga komoditi lain HS, selera, S, jumlah penduduk POP, dan tingkat pendapatan Y, yang dapat
dinyatakan dalam bentuk fungsi sebagai berikut:
Qd = ƒH, HS, S, POP, Y 3.5
Secara umum permintaan produk sawit dipengaruhi oleh harga produk sawit itu sendiri, harga komoditi substitusi, pendapatan dan jumlah penduduk.
Teori Produksi
Menurut Snodgrass dan Wallace 1980, produksi adalah kegiatan transformasi dari dua atau lebih input sumberdaya menjadi satu atau lebih
produk. Transformasi sebagai upaya mengubah dengan cara mengkombinasikan sejumlah input menjadi bentuk dan fungsi yang berbeda. Konsep dari fungsi
produksi adalah total produktivitas atau output dengan menggunakan variasi jumlah input dalam proses produksi. Menurut Semaoen 1996, fungsi produksi
adalah hubungan antara produk dan input yang dinyatakan bahwa maksimum produk keluaran yang dapat diproduksi dengan menggunakan kombinasi input
faktor produksi. Input variabel dalam proses produksi komoditas pertanian antara lain adalah tenaga kerja, pupuk, benih, pestisida dan yang lainnya, yang dapat
dibeli sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Sedangkan faktor input tetap adalah faktor faktor yang lain yang tidak diperoleh dalam jangka waktu satu
34 analisis seperti lahan, infrastruktur dan layanan penyuluhan atau juga faktor
eksogen yang tidak bisa dikendalikan seperti cuaca Sadoulet dan De Janvry, 1995.
Secara umum teori ekonomi menyatakan bahwa produksi atau jumlah keluaran suatu komoditas pertanian Q merupakan fungsi dari penggunaan
beberapa input utama, yaitu luas areal tanam A dan produktivitas Y, dimana produktivitas ini meliputi : jumlah modal K, jumlah tenaga kerja L, serta input
yang lainnya seperti jumlah benih B, pupuk P dan teknologi T. Fungsi produksi ini dapat berbentuk linier, kuadratik maupun Cobb-Douglas, dimana
fungsi produksi dengan keuntungan maksimum dapat dirumuskan sebagai fungsi permintaan faktor-faktor produksi dimana permintaan faktor-faktor produksi ini
menjelaskan fungsi penawaran produk komoditas tersebut.
Berdasarkan teori produksi, maka produksi produk sawit, jika diasumsikan terdapat tiga input yang digunakan, dapat dirumuskan dengan persamaan produksi
sebagai berikut :
Q
y
= f
X
1
, X
2
, X
3
3.6 Dimana :
Q
y
= Produksi produk sawit X
1
= Jumlah input 1 yang digunakan X
2
= Jumlah input 2 yang digunakan X
3
= Jumlah input 3 yang digunakan
Elastisitas
Konsep elastisitas sangat berguna dan banyak sekali diaplikasikan dalam ilmu ekonomi dalam kaitannya dengan permintaan dan penawaran. Pada
permintaan dikenal tiga konsep elastisitas yang penting, yaitu elastisitas permintaan terhadap harga, elastisitas permintaan terhadap pendapatan dan
elastisitas permintaan silang. Elastisitas permintaan terhadap harga merupakan ukuran besarnya respon jumlah yang diminta dari suatu komoditi tertentu terhadap
perubahan harga. Elastisitas didefinisikan sebagai bilangan positif dan dapat bervariasi dari nol sampai tak terhingga.
Jika bilangan elastisitas lebih kecil daripada satu, maka permintaannya bersifat inelastis. Ini berarti bahwa persentase perubahan kuantitas lebih kecil
daripada persentase perubahan harga yang menyebabkannya. Jika bilangan elastisitasnya lebih besar daripada satu, permintaannya bersifat elastis. Ini berarti
bahwa persentase perubahan kuantitas lebih besar daripada persentase perubahan harga yang menyebabkannya.
Elastisitas permintaan terhadap pendapatan merupakan ukuran besarnya respon jumlah yang diminta dari suatu komoditi tertentu terhadap perubahan
pendapatan. Untuk kebanyakan jenis barang, kenaikan pendapatan berakibat pada kenaikan permintaan dan elastisitas terhadap pendapatan akan positif. Barang-
barang tersebut disebut barang normal. Barang yang konsumsinya menurun sebagai respon terhadap kenaikan pendapatan memiliki elastisitas pendapatan
yang negative dan barang yang demikian disebut sebagai barang inferior.
Elastisitas permintaan silang merupakan ukuran besarnya respon jumlah yang diminta dari suatu komoditi tertentu terhadap perubahan harga yang
menyebabkannya dari beberapa komoditi lainnya. Istilah tersebut biasa digunakan
35 untuk mendefinisikan komoditi yang merupakan barang substitusi antara satu
barang dengan barang lainnya elastisitas silang yang positif dan komoditi yang yang bersifat komplemen antara barang satu dengan barang lainnya elastisitas
silang yang negatif
Elastisitas penawaran dalam ilmu ekonomi merupakan konsep yang penting. Pada teori penawaran dua konsep elastisitas yang terpenting adalah elastisitas
penawaran terhadap harga dan dan elastisitas penawaran silang. Elastisitas penawaran terhadap harga merupakan ukuran besarnya respon jumlah yang
ditawarkan dari suatu komoditi tertentu terhadap perubahan harga. Sementara elastisitas penawaran silang merupakan ukuran besarnya respon jumlah yang
ditawarkan dari suatu komoditi tertentu terhadap perubahan harga yang menyebabkannya dari beberapa komoditi lainnya. Apabila elastisitas harga silang
antara dua jenis komoditi adalah positif maka kedua komoditi tersebut adalah merupakan joint product, dan jika elastisitasnya negatif maka kedua komoditi
tersebut adalah competiting product.
Elastisitas dapat dibedakan atas elastisitas jangka pendek dan elastisitas jangka panjang, dengan formula masing-masing sebagai berikut:
3.7 3.8
Dimana: ESR
= elastisitas jangka pendek ELR
= elastisitas jangka panjang b
= koefisien parameter X
= rata-rata peubah eksogen Y
= rata-rata peubah endogen Lag
= koefisien parameter peubah lag endogen
Kerangka Pemikiran Konseptual
Minyak sawit dan produk turunannya merupakan produk yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Seiring dengan pertumbuhan
penduduk dunia, perkembangan ekonomi dan perubahan selera masyarakat, permintaan terhadap produk minyak sawit dan turunanya juga semakin meningkat.
Konsumsi minyak sawit dunia cenderung mengalami peningkatan sebesar 9.66 persen per tahun sementara pertumbuhan produksi minyak sawit dunia hanya 7.94
persen per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa minyak sawit Indonesia dan produk turunannya memiliki peluang besar dan memegang peranan penting sebagai
produsen terbesar minyak sawit dunia dunia untuk memenuhi konsumsi dunia tersebut.
Untuk memenuhi konsumsi dunia tersebut, Pemerintah Indonesia mengeluarkan beberapa kebijakan yang telah mendorong pertumbuhan areal dan
produksi minyak sawit nasional rata-rata sebesar 13.48 persen dan 11.45 persen per tahun Kementerian Pertanian, 2013. Dengan target produksi minyak sawit
36 40 juta ton pada tahun 2020, Indonesia perlu meningkatkan ekspor dan mencari
pasar baru untuk minyak sawit dan produk turunannya agar tidak terjadi excess supply
minyak sawit, salah satunya pasar Amerika Serikat. Secara ringkas kerangka konseptual digambarkan pada Gambar 9.
Kebutuhan minyak sawit atau CPO domestik yang hanya sekitar 11.7 juta ton pada tahun 2013 yang diolah menjadi produk pangan, oleokimia dan bioenergi,
sedangkan sisa produksi CPO Indonesia tersebut diekspor. Apabila CPO ini diolah lebih lanjut menjadi produk bernilai tambah yang lebih tinggi dan diekspor
akan meningkatkan penerimaan devisa negara yang berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional.
Namun demikian perkembangan industri turunan kelapa sawit di Indonesia relatif lambat, hingga saat ini baru terdapat sekitar 47 jenis produk turunan CPO
yang telah diproduksi di Indonesia, namun kapasitas produksi produk turunan tersebut maksimal, sementara Malaysia telah memproduksi sekitar 105 jenis
produk turunan CPO. Untuk meningkatkan kapasitas produksi tersebut, Indonesia perlu mencari pasar ekspor baru atau diversifikasi pasar dan tidak bergantung
kepada pasar ekspor konvensional Asia dan Eropa. Dari Salah satu negara yang berpeluang menjadi tujuan ekspor adalah Amerika Serikat yang mengalami
peningkatan konsumsi akan minyak nabati baik digunakan sebagai produk pangan, oleokimia maupun bioenergi. Pasar impor minyak sawit dan produk turunannya
ke Amerika Serikat selama ini dikuasai oleh Malaysia sebesar 96 persen.
Untuk meningkatkan ekspor minyak sawit Indonesia dan produk turunannya ke Amerika Serikat perlu diidentifikasi perkembangan produksi,
konsumsi domestik dan potensi ekspor ke Amerika Serikat yang dianalisis dengan pendekatakan deskriptif. Disamping itu, juga perlu dievaluasi faktor-faktor yang
mempengaruhi peningkatan ekspor minyak sawit Indonesia dan produk turunannya ke pasar Amerika Serikat yang dianalisis dengan pendekatan
ekonometrika.
Peningkatan volume ekspor minyak sawit dan produk turunannya ke Amerika Serikat juga ditentukan oleh kebijakan dan strategi perdagangan
pemerintah Indonesia untuk menghadapi pesaing utama yaitu Malaysia. Pada penelitian ini, juga dilakukan komparasi kebijakan perdagangan antara Indonesia
dan Malaysia sebagai produsen utama minyak sawit dengan pendekatan deskriptif terhadap struktur, prilaku dan kinerja industri sawit di masing-masing negara.
Seluruh faktor-faktor yang berpengaruh dalam strategi peningkatan ekspor minyak sawit Indonesia dan produk turunannya ke Amerika Serikat perlu dikaji
sehingga diperoleh kebijakan efektif untuk peningkatan ekspor minyak sawit Indonesia dan produk turunannya ke Amerika Serikat.
37
Gambar 9. Alur Kerangka Pemikiran Konseptual Produksi Domestik:
- CPO meningkat - Produk Turunan kapasitas
produksi belum maksimal Permintaan Pasar Internasional:
- CPO meningkat - Produk Turunannya bervariasi
Perdagangan Internasional: Produsen Utama Minyak Sawit:
- Indonesia - Malaysia
Konsumen Minyak Sawit: - Asia China, India, Paskistan dll
- Uni Eropa Belanda, Jerman dll - Amerika Serikat target pasar baru
-
Kebijakan Perdagangan
Implementasi Kebijakan: Kebijakan Produksi:
- CPO perluasan lahan - Produk Turunan
peningkatan kapasitas produksi
Kebijakan Investasi: - Suku Bunga
Kebijakan Pasar: - Perluasan Pasar Ekspor
Amerika Serikat - Pajak Ekspor
- Nilai Tukar Pendekatan Kuantitatif:
Ekonometrika Pendekatan Kualitatif:
- Deskriptif Structure, Conduct Performance
38