47
5. GAMBARAN UMUM PRODUK MINYAK SAWIT Kelapa sawit dan Produk Turunannya
Minyak Sawit merupakan salah satu produk unggulan ekspor komoditas perkebunan Indonesia selain kakao, kopi dan karet. Dari pohon sampai limbahnya
kelapa sawit dapat diolah menjadi berbagai produk yang memiliki nilai tambah. Berdasarkan neraca massa pengolahan kelapa sawit, kelapa sawit mulai dari buah,
pelepah, batang, dan limbahnya, dapat diolah menjadi berbagai macam produk seperti terlihat pada Gambar 11. Pada proses pengolahan Tandan Buah Segar
TBS dihasilkan CPO 24 persen, kernel 5 persen, tandan kosong, Mesocarp Fiber MF 14.4 persen, cangkang, dan Palm Oil Mills Effluent POME 58.3 persen.
Pada industri refinery akan dihasilkan Refined Bleached Deodorized Palm Oil RBDPL 22.82 persen dan Palm Fatty Acid Destillated PFAD 0.98 persen,
pada tahap fraksinasi akan dihasilkan Refined Bleached Deodorized Palm Olein RBDPO 18.18 persen dan Refined Bleached Deodorized Palm Stearin RBDPS
4.63 persen. Pada industri Kernel Crushing Plant KCPakan dihasilkan Palm Kernel Oil
PKO 2.3 persen dan Palm Kernel Meal PKM 2.7 persen.
Gambar 11. Neraca massa pengolahan kelapa sawit
CPO dan PKO dapat diolah lebih lanjut menjadi Oleofood produk pangan oleokimia dan bioenergi. Untuk produk pangan, minyak sawit dapat diolah
menjadi minyak goreng, margarin, shortening, vegetable gheevanaspati, confectioneries fat, coffee
whitener, biscuit creamer, filled milk, CBR CBECBSCBX dan berbagai produk emulsifier lainnya seperti yang terlihat
pada Gambar 12. Pada industri refinery, CPO mengalami proses pemurnian berupa
degumming, bleaching, dan deodorisasi sehingga diperoleh Refined Bleached Deodorized Palm Oil
RBDPL. Produk samping yang dihasilkan dari proses ini dan masih memiliki nilai jual adalah Palm Fatty Acid Distillate PFAD. RBDPL
terdiri dari dua fraksi yaitu fraksi padat RBDPS dan fraksi cair RBDPO.
Sumber: Hambali, et al., 2010
Biji 11.9
Buah 65.5
Kondensat 13.5
Mesocarp 53.4
Air Pencucian
14.4
Cangkang 6.4
PKO 2.3
PKM 2.7
RBDPL 22.82
PFAD 0.98
RBDPO 18.18
RBDPS 4.63
RBDPO 18.18
POME 58.3
48 Pemisahan kedua fraksi di atas dilakukan melalui proses fraksinasi, yaitu
pemisahan berdasarkan perbedaan titik cair.
Sumber: SBRC 2011
Gambar 12. Teknologi proses minyak sawit menjadi produk pangan
Pada industri minyak goreng, produk RBDPO yang dihasilkan selanjutnya melalui tahapan proses fraksinasi tahap kedua, yang sering disebut juga proses
penyaringan. Proses penyaringan ini bertujuan untuk memisahkan fraksi padat dari fraksi cair. Caranya dilakukan dengan menurunkan suhu minyak menjadi
20
o
C, kemudian disaring sehingga fraksi padat bisa dipisahkan dari fraksi cair.Fraksi padat yang terkandung dalam fraksi cair itu dikenal sebagai Solid Fat
Content SFC.
Minyak goreng sawit diperoleh dari fraksi cair melalui proses fraksinasi tunggal pada suhu 10
o
C mengandung sekitar 15-20 persen SFC, sedangkan yang didapat dari proses fraksinasi ganda hanya mengandung sekitar 0-5 persen SFC.
Minyak goreng sawit fraksinasi ganda selalu akan berbentuk cair pada suhu rendah karena kandungan SFC-nya juga rendah. Sedangkan minyak goreng sawit
fraksinasi tunggal akan membeku apabila direndam dalam air es karena kandungan SFC-nya lebih tinggi.
Margarin merupakan emulsi tipe water in oil wo, yaitu fase air yang berada dalam fase minyak. Pada produksi margarin, minyak sawit yang berbentuk
cair dikristalisasi terlebih dahulu menjadi lemak padat melalui proses hidrogenasi. Selain minyaklemak sebagai bahan baku utamanya, bahan-bahan lain yang
dibutuhkan pada proses produksi margarin adalah bahan tambahan yang larut minyak fat soluble dan larut air water soluble seperti pewarna, lesitin, garam,
FryingCooking Oil Vit. E dan Vit A
Minyak Sawit
Distilasi Molekuler
Esterifikasi Transesterifikasi
Margarine Shortening
Refining - Fraksinasi Hidrogenasi
Frying Fat
Coating Fat Confectioneries Fat
Biscuit Creamer Coffee Whitener
Filled Milk Food Emulsifier
CBECBSCBX
InteresterifikasiEstrifikasiGliserolisis HidrogenasiAsidolisisInteresterifikasiBlending
Vegetable GheeVanaspati
Blending Interesterifikasi
Hidrogenasi
49 emulsifier, bahan pengawet, vitamin A dan D dan sebagainya. Margarin
mempunyai tekstur padat pada suhu ruang, agak keras pada suhu rendah, dan bersifat plastis.
Untuk produk oleokimia, minyak sawit dapat diolah menjadi fatty acid, metil ester, gliserol, fatty alkohol, dan berbagai macam produk surfaktan seperti
terlihat pada Gambar 13. Asam lemak fatty acid dihasilkan melalui proses hidrolisis trigliserida dengan air. Jenis asam lemak yang terkandung pada minyak
sawit diantaranya yaitu kaprat, laurat, miristat, palmitat, stearat, oleat, linoleat dan linolenat. Berdasarkan sistem prosesnya, proses hidrolisis dibedakan atas dua
macam yaitu batch dan kontinyu. Proses hidrolisis secara batch umumnya menggunakan katalis zinc, magnesium atau calcium oxide. Konsentrasi katalis
yang digunakan sekitar 2-4 persen, dan sejumlah kecil zinc ditambahkan untuk memperbaiki warna asam lemak.Konversi lebih dari 95 persen dicapai setelah
reaksi berlangsung 6 - 10 jam. Hasil proses kemudian dipindahkan ke settling tank
dimana dua lapisan asam lemak pada lapisan atas dan glycerin pada lapisan bawah dipisahkan melalui proses distilasi. Proses hidrolisis untuk sistem
kontinyu yang umum digunakan dalam produksi fatty acid adalah sistem single- stage countercurrent
. Air ditambahkan dari bagian atas reaktor sebanyak 40 – 50 persen dari berat minyak yang diproses, dengan suhu tinggi mencapai 250 – 260
o
C. Proses konversi hidrolisis dapat mencapai lebih dari 99 persen. Proses berlangsung selama 2 – 3 jam.
Sumber: SBRC 2011
Gambar 13. Teknologi proses pengolahan minyak sawit menjadi produk
oleokimia Proses produksi fatty alkohol umumnya dilakukan dengan cara hidrogenasi
asam lemak rute asam lemak, metil ester rute metil ester dan waxester.