172 negeri. Pentahapan kewajiban penggunaan Bahan Bakar Nabati Biofuel sebagai
Bahan Bakar Lain dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam Lampiran Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Peraturan ini juga
mendeskripsikan dengan jelas mengenai standar mutu, penetapan harga, dan kegiatan usaha niaga BBN dengan penekanan adanya pembinaan dan pengawasan
serta sanksi administrasi bagi badan usaha pemegang izin usaha niaga bahan bakar yang melakukan pelanggaran.
14. Roundtable on Sustainable Palm Oil - Indonesian National Interpretation Working Group RSPO INA – NIWG
Tentang Interpretasi Nasional: Prinsip dan Kriteria Untuk Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan RI
Interpretasi Nasional National Interpretation ini merupakan bagian dari dokumen generik Prinsip dan Kriteria untuk produksi minyak sawit berkelanjutan,
yang digunakan untuk sebagai pedoman penerapan dan sertifikasi produksi minyak sawit berkelanjutan yang telah disesuaikan dengan hukum dan peraturan
nasional Indonesia. Interpretasi nasional ini disusun berdasarkan kesepakatan dari seluruh pemangku kepentingan stakeholder dari Industri minyak sawit di
Indonesia. Proses penyusunan Interpretasi Nasional ini mengacu pada ketetapan dalam RSPO Certification Syatem versi dokumen akhir yang disetujui oleh
Dewan Eksekutif RSPO pada 26 Juni 2007. Produksi minyak sawit berkelanjutan akan tergantung pada kelayakan ekonomi, lingkungan hidup dan sosial, yang
dicapai dengan mematuhi beberapa asas, yaitu:
1. Komitmen terhadap transparansi
2. Memenuhi hukum dan peraturan berlaku
3. Komitmen terhadap kelayakan ekonomi dan keuangan jangka panjang
4. Penggunaan praktik terbaik dan tepat oleh perkebunan dan pabrik
5. Tanggungjawab lingkungan dan konservasi kekayaan alam dan
keanekaragaman hayati 6.
Tanggungjawab kepada pekerja, individu-individu dan komunitas dari kebun dan pabrik
7. Pengembangan perkebunan baru secara bertanggung jawab
8. Komitmen terhadap perbaikan terus menerus pada wilayah-wilayah
utama aktifitas
15. Undang Undang Nomor 30 Tahun 2007
Tentang Energi Peranan energi sangat penting artinya bagi peningkatan kegiatan ekonomi
dan ketahanan nasional, sehingga pengelolaan energi yang meliputi penyediaan, pemanfaatan, dan pengusahaannya harus dilaksanakan secara berkeadilan,
berkelanjutan, optimal, dan terpadu. Energi merupakan salah satu faktor penting penentu keberhasilan pengembangan industri. Undang-Undang RI Nomor 30
Tahun 2007 merupakan salah satu peraturan tertulis yang mengharuskan
173 penganekaragaman sumber daya energi agar ketersediaan energi terjamin
dikarenakan terbatasnya cadangan sumber daya energi tak terbarukan. UU No 30 Tahun 2007 merumuskan tujuan pengelolaan energi, juga
merumuskan kebijakan energi nasional dan perlunya Presiden membentukan Dewan Energi Nasional DEN. Sembilan tujuan pengelolaan energi diataranya
yaitu : a. Tercapainya kemandirian pengelolaan energi;
b. Terjaminnya ketersediaan energi dalam negeri, baik dari sumber di dalam negeri maupun di luar negeri;
c. Tersedianya sumber energi dari dalam negeri danatau luar negeri sebagaimana dimaksud pada huruf b untuk:
1. Pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri; 2. Pemenuhan kebutuhan bahan baku industri dalam negeri; dan
3. Peningkatan devisa negara; d. Terjaminnya pengelolaan sumber daya energi secara optimal, terpadu,
dan berkelanjutan; e. Termanfaatkannya energi secara efisien di semua sektor;
f. Tercapainya peningkatan akses masyarakat yang tidak mampu danatau yang tinggal di daerah terpencil terhadap energi untuk mewujudkan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata dengan cara:
1. Menyediakan bantuan untuk meningkatkan ketersediaan energi kepada masyarakat tidak mampu;
2. Membangun infrastruktur energi untuk daerah belum berkembang sehingga dapat mengurangi disparitas antar daerah;
g. Tercapainya pengembangan kemampuan industri energi dan jasa energi dalam negeri agar mandiri dan meningkatkan profesionalisme sumber
daya nanusia; h. Terciptanya lapangan kerja; dan
i. Terjaganya kelestarian fungsi lingkungan hidup.
16. Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 2006
Tentang Tim Nasional Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi
Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Tim Nasional Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi merupakan salah satu langkah
yang diambil untuk mendukung peningkatan ekspor dan peningkatan investasi dalam rangka pemulihan ekonomi nasional. Keputusan ini menetapkan
pembentukan Tim Nasional Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi, Timnas PEPI yang diketuai oleh Presiden. Keputusan ini merupakan pengganti
Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 2003, tentang Tim Nasional Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi.
Timnas PEPI bertugas untuk : 1.
Merumuskan kebijakan umum peningkatan ekspor dan peningkatan investasi;