Hubungan Antara Kelainan Kongenital dengan Kejadian Kematian

4.2.2.9 Hubungan Antara Kelainan Kongenital dengan Kejadian Kematian

Perinatal di Kabupaten Batang Tabel 4.21 Tabulasi Silang Hubungan Antara Kelainan Kongenital dengan Kejadian Kematian Perinatal di Kabupaten Batang Kelainan Kongenital Kasus Kontrol Total P OR N N N 0,006 2,205 Kelainan Kongenital 8 17,0 0,0 8 8,5 Tidak Kelainan Kongenital 39 83,0 47 100,0 86 91,5 Total 47 100,0 47 100,0 94 100,0 Berdasarkan tabel di atas, prosentase kasus bayi dengan kelainan kongenital sebesar 17,0, nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol 0,0. Prosentase kasus yang tidak mengalami kelainan kongenital sebesar 83,0, nilai tersebut lebih rendah dibandingkan dengan kontrol yang tidak kelainan kongenital 100,0. Dari uji chi-square dapat diketahui bahwa nilai p= 0,006 0,05, yang artinya ada hubungan yang bermakna antara kelainan kongenital dengan kematian perinatal. Hasil nilai OR= 2,205, berarti bayi yang mengalami kelainan kongenital mempunyai risiko 2,205 kali lebih besar untuk terjadinya kematian perinatal dibandingkan dengan bayi yang tidak mengalami kelainan kongenital.

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Pembahasan

5.1.1 Hubungan antara Umur Ibu dengan Kejadian Kematian Perinatal

Berdasarkan hasil penelitian dari 47 kasus diketahui bahwa responden dengan umur 20 tahun dan 35 tahun sebanyak 16 responden 34,0, sedangkan pada kontrol terdapat 13 responden 27,7 yang melahirkan pada umur 20 – 35 tahun. Dari analisis bivariat menunjukkan nilai p value= 0,503 0,005, yang artinya tidak ada hubungan antara umur ibu dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Batang tahun 2010. Walaupun hasil penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan kematian perinatal, tetapi umur ibu harus tetap diperhatikan, karena berdasarkan teori dari Herbert Hutabarat dalam Manuaba 1998, faktor kehamilan risiko tinggi ibu berdasarkan aplikasi obstetri adalah umur ibu yang kurang 19 tahun atau di atas 35 tahun. Umur ibu yang tidak berhubungan dengan kematian perinatal mungkin disebabkan karena ibu yang hamil pada umur 20 tahun atau 35 tahun rutin memeriksakan kehamilannya di sarana kesehatan dan rajin mencari informasi, baik berkonsultasi kepada bidan desa maupun membaca buku tentang kehamilan, sehingga risiko yang berhubungan dengan kejadian kematian perinatal antara umur 20 tahun atau 35 tahun dengan kelompok umur 20 – 35 tahun sama. 62

Dokumen yang terkait

Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008

0 31 99

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMATIAN BAYI DI KABUPATEN JEMBER

0 18 19

Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kematian Perinatal di Wilayah Kerja Puskesmas Pulokulon II Kabupaten Grobogan Tahun 2009

0 5 81

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN FREKUENSI IBU DALAM MEMIJATKAN BAYI DI PUSKESMAS 1 Faktor-faktor yang berhubungan dengan frekuensi ibu dalam memijatkan bayi di Puskesmas 1 Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 1 16

FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN TAHUN 2010-2013.

0 0 9

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEMATIAN NEONATAL (Studi Kasus di Kabupaten Grobogan Tahun 2014).

4 14 149

44 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMATIAN IBU AKIBAT PRE EKLAMSIEKLAMSI DI RSUD INDRAMAYU TAHUN 2013

0 0 12

FAKTOR IBU, BAYI DAN BUDAYA YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN KEMATIAN BAYI DI PUSKESMAS PEDAN

0 0 6

FAKTOR IBU YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH di RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI - Faktor Ibu yang Berhubungan dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di RSUD Panembahan Senopati Bantul Tahun 2011 - DIGILI

0 0 13

FAKTOR IBU YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD WATES TAHUN 2012   NASKAH PUBLIKASI - Faktor Ibu yang Berhubungan dengan Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir di RSUD Wates Tahun 2012 - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 12