Dilihat dari pertumbuhan organ tubuh, kelainan kongenital dapat digolongkan dalam beberapa kelompok yaitu :
1 Gangguan pertumbuhan atau pembentukan organ, termasuk dalam golongan ini adalah tidak terbentuknya organ atau sebagian organ.
2 Gangguan penyatuan
atau fungsi
jaringan tubuh,
misalnya labiognatopalatoskizis, spina bifida.
3 Gangguan diferensiasi organ, misalnya sindaktili dan ginjal tapal kuda. 4 Gangguan menghilangnya atau berkurangnya jaringan yang seharusnya
hilang pada pertumbuhan normal, misalnya hernia inguinalis persisten. 5 Gangguan invaginasi jaringan, misalnya atresia ani, atresia vagina.
6 Gangguan migrasi suatu alat, contohnya adalah testis tidak turun, mal rotasi usus.
7 Gangguan pembentukan saluran, misalnya hipospadia, atresia esophagus Manuaba, 1998 : 322.
2.3.2.4 Infeksi Neonatorum
Mikroorganisme jarang melewati plasenta atau menembus amnion yang intak utuh. Dampak dari infeksi tergantung dari sifat organisme dan masa
kehamilan. Infeksi yang terjadi sangat dini dapat menyebabkan kematian janin, aborsi, atau malformasi berat. Infeksi pada neonatus merupakan sebab yang
penting terhadap morbiditas dan mortalitas bayi. Lebih kurang 2 janin dapat terinfeksi in utero dan 10 bayi baru lahir terinfeksi selama persalinan atau dalam
bulan pertama kehidupan Wiknjosastro, 2002.
Infeksi pada neonatus menurut Wiknjosastro 2007 dapat melalui beberapa cara antara lain :
1. Infeksi intra uterine Infeksi intra uterine yang banyak terjadi adalah infeksi
transplasenter melalui saluran darah. Secara teoritis dapat pula melalui jalan lain, yaitu melalui :
1 Ruang peritoneum menuju tuba dan kemudian uterus 2 Dinding uterus yang mengalami infeksi
3 Naik ke atas dari vagina melalui kulit ketuban yang pecah ataupun masih utuh dan melalui antara kulit ketuban dan dinding uterus.
Infeksi intra uterine oleh bakteri atau virus dapat berlangsung dengan gejala atau tidak.
2. Infeksi selama partus Sebagian akan berhubungan dengan bakteri atau toksinnya apabila
bayi melalui vagina. Bakteri yang ditemukan adalah stafilokokus, difteri, bakteri an aerob, dan jarang E.coli. Flora di vagina akan berubah apabila
selama persalinan ibu diberikan antibiotika. Pemberian ampicillin akan mematikan semua streptokokus, E.coli, dan proteus berkurang, sedangkan
klebsiella dan lain bakteri gram negatif akan masih tetap hidup dalam jumlah besar.
Listeria monocytogenis dan gonokokus yang melekat pada luka kronis di servik uteri dapat menumbuhkan infeksi yang berat pada bayi
waktu ia melalui jalan lahir tersebut. Ibu sebagai pembawa bakteri usus
yang patogen dapat memberikan infeksi pada bayinya dan ibunya sendiri mungkin tidak menderita sakit.
3. Infeksi postnatal bayi berada di luar kandungan Bayi sesudah lahir akan dipengaruhi oleh keadaan yang ada di
sekitarnya yang merupakan sumber infeksi, antara lain : 1 Tangan yang merawat bayi.
2 Alat-alat yang berhubungan dengan cairan : alat resusitasi, alat pembantu pernafasan, isap lendir.
3 Minum dan obat-obatan yang kurang memperhatikan kebersihan. 4. Infeksi sebelum dan waktu lahir
Ibu yang sakit waktu hamil, bayi yang dilahirkan akan menderita sakit pula. Banyak terjadi pada infeksi intra uterine, ibu tidak nampak
menderita sakit, diagnosis ibu baru ditemukan setelah bayi lahir abortus, preterm atau meninggal waktu lahir. Infeksi yang terjadi baik sebelum
maupun waktu persalinan disebabkan oleh gonokokus, kandida albikan, herpes virus hominis, bakteri usus, dan cytomegali. Infeksi bakteri yang
terjadi waktu bayi melalui jalan lahir, kadang-kadang dapat berkembang menjadi sepsis yang berat, dapat menyebabkan kematian bayi dalam waktu
48 jam.
2.3.3 Faktor Pelayanan Kesehatan