Sayuran Organik Penelitian Terdahulu

herbisida, semakin tinggi dan lebih dari itu dalam jangka panjang bahan-bahan kimia pertanian tersebut telah merusak lahan pertanian sehingga produktivitas lahan sulit ditingkatkan lagi dan bahkan terjadi penurunan. Pertanian organik dapat diterapkan dengan cara memindahkan hara secepatnya dari sisa tanaman, kompos dan pupuk kandang menjadi biomassa tanah yang selanjutnya setelah mengalami proses mineralisasi akan menjadi hara dalam larutan tanah. Dengan kata lain, unsur hara didaur ulang melalui satu atau lebih tahapan bentuk senyawa organik sebelum diserap tanaman. Hal ini berbeda dengan pertanian konvensional yang memberikan unsur hara secara cepat dalam bentuk larutan sehingga segera diserap dengan takaran dan waktu pemberian yang sesuai dengan kebutuhan tanaman Sutanto, 2002. Kegunaan budi daya organik pada dasarnya ialah meniadakan atau membatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh budi daya kimiawi.

2.2 Sayuran Organik

Sayuran memiliki peran penting untuk kesehatan manusia karena sayuran sangat dibutuhkan oleh manusia untuk beberapa manfaat yang salah satunya untuk membantu metabolisme tubuh. Kandungan aneka vitamin, karbohidrat dan mineral pada sayur tidak dapat disubstitusi dengan makanan pokok. Oleh karena itu sangat penting untuk senantiasa mengkonsumsi sayuran segar dengan cara memasak yang benar dan kalangan ilmuwan percaya bahwa dengan mengkonsumsi sayuran secara teratur akan berpengaruh positif terhadap kesehatan manusia. Sayuran organik merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih oleh masyarakat, dimana selain mengandung banyak vitamin, karbohidrat, dan mineral, sayuran organik juga bebas bahan kimia terutama pestisida dan pupuk buatan yang dapat merusak organ-organ dalam tubuh kita. Sayuran organik memiliki kelebihan lain yaitu produknya menyehatkan, memiliki rasa yang lebih renyah, lebih manis, enak dan tidak cepat busuk.

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang harga pokok dan titik impas telah banyak dilakukan. Perhitungan harga pokok sangat penting untuk operasional usaha suatu perusahaan. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu tentang harga pokok dan titik impas. Penelitian Saprinah 2003 tentang kajian penetapan harga pokok pesanan untuk menentukan harga jual karkas ayam kampung dan broiler pada UD Cendrawasih Jakarta Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Harga Pokok Produksi HPP pesanan full costing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya usaha terdiri dari biaya bahan baku, biaya tak langsung, biaya overhead pabrik, biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum. Hasil perhitungan HPP per unit karkas ayam kampung dan ayam broiler dengan menggunakan metode perusahaan lebih rendah daripada hasil perhitungan full costing karena dalam perhitungan tersebut terdapat biaya-biaya yang tidak dimasukkan seperti biaya telepon, biaya penyusutan aktiva yang dimiliki perusahaan mesin, kendaraan dan bangunan, biaya kemasan dan biaya pembelian perlengkapan administrasi. Hasil perhitungan harga jual perusahaan lebih tinggi daripada hasil perhitungan harga jual full costing hasil penelitian. Tingginya hasil perhitungan harga jual metode perusahaan disebabkan karena dasar harga jual produk perusahaan dilakukan dengan rumus tersendiri yaitu harga jual per unit merupakan penjumlahan biaya bahan baku, biaya pelayanan, dan biaya pengolahan dengan laba produksi. Mekanisme penetapan harga jual perusahaan yaitu dengan cara mengikuti harga pasar yang berlaku, sedangkan harga jual yang terbentuk nantinya merupakan hasil negosiasi antara perusahaan dengan supermarket. Penelitian Siringo-ringo 2004 tentang penetapan harga pokok produksi susu cup, studi kasus di Koperasi Peternakan Bandung Selatan KPBS Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan perhitungan HPP produk susu cup yang dilakukan masih sederhana karena hanya memperhitungkan biaya bahan baku dan bahan penolong, sedangkan biaya produksi lainnya seperti biaya tenaga kerja serta Biaya Overhead Pabrik BOP tidak diperhitungkan. Akibatnya dengan menggunakan metode full costing biaya yang dihasilkan lebih tinggi dari perhitungan HPP MT KPBS. MT KPBS ingin meningkatkan daya saing di kalangan perusahaan yang menghasilkan produk sejenis. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya saing produk susu cup KPBS, yaitu : 1 pemisahan pembukuan antara fresh milk dengan susu cup, 2 efisiensi melalui kegiatan memperbanyak penggunaan bahan baku lokal dan meningkatkan kapasitas produksi, 3 meningkatkan pemasaran, dan 4 promosi. Penelitian tentang penerapan metode HPP pada perusahaan kopi bubuk cap “S” di Bekasi, Jawa Barat, dilakukan oleh Yunita 2002. Tujuan penelitian mengkaji metode harga pokok produksi yang tepat dan cocok untuk diterapkan pada perusahaan kopi bubuk cap “S” dengan cara menghitung dan menganalisis HPP kopi bubuk cap “S” Tahun 2001 dengan metode yang biasa digunakan perusahaan dan metode Harga Pokok Proses dengan departementalisasi lalu membandingkannya. Ternyata setelah dibandingkan terdapat selisih rata-rata antara HPP metode perusahaan dengan metode departementalisasi sebesar 2,88 persen artinya perusahaan sudah cukup efisien dalam memperhitungkan HPP, hanya saja terdapat kekurangakuratan dalam memperhitungkan biaya-biaya yang seharusnya dimasukkan ke dalam biaya produksi. Hal ini mengakibatkan kesalahan dalam perhitungan laba sebesar 4,16 persen dari laba yang sebenarnya didapat oleh perusahaan. Angka Margin of Safety MOS sebesar 83,26 persen, angka tersebut menunjukkan batas keamanan penurunan penjualan yang bisa dilakukan perusahaan kopi bubuk cap “S” tanpa menderita kerugian. Secara umum perusahaan bubuk kopi cap “S” sudah cukup efisien, tetapi perusahaan perlu mempertimbangkan untuk menggunakan metode HPP dengan departementalisasi. Melina 1997 meneliti penerapan metode Harga Pokok Proses dan analisis titik impas perusahaan kecap cap “WM” di Surabaya, Jawa Timur. Pengumpulan biaya produksi kecap “WM” menggunakan metode HP proses dengan memperhatikan semua unsur biaya produksi full costing system. Hasil penelitian dengan perhitungan HPP pada Tahun 1996, perusahaan belum mencapai kapasitas normal sehingga terjadi inefisiensi pemakaian alat produksi. Berdasarkan analisis titik impas, penjualan perusahaan berada di atas penjualan titik impas. Hal ini berarti perusahaan berada pada posisi menguntungkan.

III. KERANGKA PEMIKIRAN