Analisis laba jangka pendek dan pengembangan usaha sayuran jepang organik (studi kasus di PT Anugerah Bumi Persada “RR Organic Farm”, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

(1)

ANALISIS LABA JANGKA PENDEK DAN PENGEMBANGAN USAHA SAYURAN JEPANG ORGANIK

(Studi Kasus di PT Anugerah Bumi Persada “RR Organic Farm”, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

Oleh :

Lenny Juliana Sinaga A14304005

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(2)

RINGKASAN

LENNY JULIANA SINAGA. Analisis Laba Jangka Pendek dan Pengembangan Usaha Sayuran Jepang Organik (Studi Kasus di PT Anugerah Bumi Persada “RR

Organic Farm”, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat). Skripsi. Dibimbing oleh

AHYAR ISMAIL.

Sistem produksi pertanian berkelanjutan yaitu adanya kontinuitas jangka panjang, ramah lingkungan dan menjamin keberlanjutan ekologi, sehingga sistem produksi pertanian berkelanjutan identik dengan istilah pengembangan pertanian organik. Potensi dan peluang pengembangan pertanian organik cukup terbuka di masa mendatang. Oleh karena itu hasil-hasil penelitian tentang pertanian organik termasuk sayuran organik perlu disebarluaskan secara cepat.

Salah satu produsen sayuran organik, khususnya sayuran Jepang organik adalah PT Anugerah Bumi Persada (PT ABP) “RR Organic Farm”. Sebagai perusahaan yang menghasilkan sayuran organik secara berkelanjutan maka diperlukan penetapan harga untuk penjualan kepada konsumen agar dapat menutupi biaya produksi atau tidak mengalami kerugian dan dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain yang sejenis.

Kegiatan pokok manajemen dalam perencanaan perusahaan adalah memutuskan sekarang berbagai macam alternatif dan perumusan kebijakan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang. Ukuran yang sering dipakai untuk menilai berhasil atau tidaknya manajemen suatu perusahaan adalah laba yang diperoleh perusahaan. Laba terutama dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu volume produk yang dijual, harga jual produk dan biaya. Biaya menentukan harga jual untuk mencapai tingkat laba yang dikehendaki, harga jual mempengaruhi volume penjualan, sedangkan volume penjualan langsung mempengaruhi volume produksi, dan volume produksi mempengaruhi biaya. Tiga faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain.

PT ABP perlu melakukan perencanaan jangka pendek, yaitu dalam kaitannya dengan pemilihan alternatif tindakan dan perumusan kebijakan untuk masa yang akan datang. Analisis hubungan antara biaya, volume dan laba diperlukan perusahaan untuk membantu manajemen dalam perencanaan jangka pendek. PT ABP harus mengelola usaha secara efisien dan dapat menetapkan keputusan manajemen yang menguntungkan. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengkaji metode harga pokok yang tepat dan cocok diterapkan pada PT Anugerah Bumi Persada dan menghitung besar harga pokok produksi dan harga pokok penjualan sayuran Jepang organik yang dihasilkan oleh PT Anugerah Bumi Persada; (2) menganalisis kondisi nilai titik impas pada PT Anugerah Bumi Persada; (3) menghitung nilai Marginal Income Ratio (MIR), Margin of Safety

(MOS), profitabilitas usaha serta struktur pasar yang dihadapi oleh PT ABP. Penelitian dimulai pada bulan Maret hingga April 2008. Lokasi penelitian adalah pada PT Anugerah Bumi Persada (PT ABP) di Desa Galudra, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Data yang digunakan dalam penelitian berupa data primer dan data sekunder. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitis dengan studi kasus. Data yang dikumpulkan diolah dengan program microsoft excel. Hasil yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk tabel


(3)

untuk memudahkan proses analisis. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari analisis deskriptif dan kuantitatif.

PT ABP belum melakukan perhitungan harga pokok produksi dan harga pokok penjualan dengan benar. Metode penetapan harga jual yang dilakukan oleh perusahaan berdasarkan hasil perkiraan pihak manajemen yang menangani pemasaran. Harga jual sayuran Jepang organik PT ABP mengikuti harga sayuran organik di pasaran high market yaitu sekitar Rp 20.000,00-50.000,00 per kilogram, karena sayuran organik yang dihasilkan oleh PT ABP berada pada level

high market dan disukai konsumen. Harga sayuran organik ini cenderung konstan setiap tahun.

Metode harga pokok yang tepat diterapkan pada PT ABP adalah metode

full costing karena merinci semua biaya. Harga pokok produksi sayuran Jepang organik PT ABP dengan menggunakan metode full costing pada periode Maret 2007-Februari 2008 adalah sebesar Rp 260.981.367,00, sedangkan harga pokok penjualannya adalah sebesar Rp 475.381.367,00.

Tingkat penjualan sayuran Jepang organik PT ABP pada periode Maret 2007-Februari 2008 yaitu sebesar Rp 502.902.500.00, telah melebihi tingkat penjualan impasnya yaitu Rp 446.823.463,00 artinya PT ABP telah mendapatkan keuntungan pada periode tersebut. Nilai Marginal Income Ratio (MIR) usaha sayuran organik PT ABP pada periode Maret 2007-Februari 2008 adalah sebesar 49,07 persen, artinya bahwa 49,07 persen dari hasil penjualan sayuran organik PT ABP tersedia untuk dapat menutup biaya tetap dan laba. Nilai Margin of Safety

(MOS) usaha sayuran organik PT ABP sebesar 11,15 persen, artinya jumlah maksimum penurunan target penerimaan yang tidak menyebabkan usaha PT ABP mengalami kerugian adalah sebesar 11,15 persen dari hasil penjualan. Nilai profitabilitas usaha sayuran organik PT ABP sebesar 5,47 persen, artinya jika PT ABP mampu menjual hasil produksinya yaitu sayuran organik sesuai dengan yang dianggarkan, maka laba yang akan diperoleh adalah sebesar 5,47 persen dari total hasil penjualan sayuran organik selama satu tahun. Struktur pasar yang dihadapi oleh PT ABP adalah pasar oligopoli karena produsen sayuran organik masih sedikit sedangkan konsumen relatif banyak.


(4)

ANALISIS LABA JANGKA PENDEK DAN PENGEMBANGAN USAHA SAYURAN JEPANG ORGANIK

(Studi Kasus di PT Anugerah Bumi Persada “RR Organic Farm”, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

Oleh :

Lenny Juliana Sinaga A14304005

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(5)

Judul : Analisis Laba Jangka Pendek dan Pengembangan Usaha Sayuran Jepang Organik (Studi Kasus di PT Anugerah Bumi Persada “RR Organic Farm”, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

Nama : Lenny Juliana Sinaga

Nomor Registrasi Pokok : A14304005

Program Studi : Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Ahyar Ismail, M. Agr NIP 131 878 942

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian IPB

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP 131 124 019


(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS LABA JANGKA PENDEK DAN PENGEMBANGAN USAHA SAYURAN JEPANG ORGANIK (STUDI KASUS DI PT ANUGERAH BUMI PERSADA “RR ORGANIC FARM”, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT) ADALAH BENAR-BENAR KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU.

Bogor, Juli 2008

Lenny Juliana Sinaga A14304005


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Lenny Juliana Sinaga, dilahirkan di Dolok Masihul, Sumatera Utara, pada Tanggal 20 Juli 1986. Penulis merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Juanda Sinaga dan Ibu Rusmina Samosir.

Pada Tahun 1998, penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 105428 Silau Merawan, Sumatera Utara. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMPN 2 Dolok Masihul yang diselesaikan pada Tahun 2001. Pada Tahun 2004, penulis berhasil menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMAN 1 Tebing Tinggi dan berhasil diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan dan menjadi panitia pada berbagai acara. Penulis menjadi koordinator Tim Kelompok Kecil Pemuridan, Unit Kegiatan Mahasiswa Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB periode 2007-2008. Penulis juga menjadi asisten Mata Kuliah Agama Kristen Protestan bagi mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB periode 2005-2006 dan 2007-2008.


(8)

Puji syukur kepada Allah Tritunggal, yang senantiasa menyertai dan menjaga penulis dengan kasih karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Analisis Laba Jangka Pendek dan Pengembangan Usaha Sayuran Jepang Organik (Studi Kasus di PT Anugerah Bumi Persada “RR

Organic Farm”, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)".

Masyarakat sudah mulai memperhatikan kesehatan tubuh. Sayuran organik mulai dicari-cari oleh konsumen, terutama konsumen dari kalangan ekonomi menengah ke atas. Sayuran organik saat ini semakin banyak diusahakan oleh pengusaha di bidang pertanian. Perusahaan harus mengelola usaha secara efisien dan dapat menetapkan volume penjualan yang menguntungkan.

Ucapan terima kasih kepada Dr. Ir. Ahyar Ismail, M. Agr, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan memberikan arahan serta bimbingan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi. Ucapan terima kasih juga untuk rekan-rekan yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, Juli 2008


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan syukur yang terbesar kepada Tuhan Yesus Kristus Sang Juru Selamat atas karunia dan cinta kasihNYA kepada penulis. Penulisan skripsi ini juga dapat terselesaikan karena bantuan orang-orang yang mendukung baik secara moril maupun materi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak J Sinaga dan Mama R Samosir, yang senantiasa mencintai dan mendoakan saya serta mendukung segala sesuatu yang saya kerjakan. Saudara-saudara terkasih yang turut mendoakan saya: Tota, Riris, Hanna, Marini, Buha dan Pintauli.

2. Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M. Agr, atas bimbingannya mulai dari penulisan skripsi sampai selesai, juga kepada Ibu Dr. Ir. Anna Fariyanti dan Bapak Adi Hadianto, SP yang bersedia menjadi dosen penguji penulis. Ucapan terima kasih juga kepada Bapak Prof. Dr. Bonar M Sinaga, MA selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan selama di perkuliahan.

3. Seno Arnaldi Riyanto dan keluarga. Terimakasih atas perhatian dan kasih sayang serta doa bersama yang selalu kita lakukan sejak Semester 1. Terima kasih sudah antar jemput Bogor-Cianjur untuk penelitianku. Tuhan yang selalu menjaga hubungan kita. Aku mengasihimu.

4. Keluarga Kelompok Kecil saya. Adik-adik Kelompok Kecil: Via, Meiyu dan Risna; kakak dan teman-teman Kelompok Kecil: Kak Elly, Nova, Trisna dan Astuti. Terima kasih telah menjadi keluarga secara rohani bagi saya sehingga saya boleh semakin dibentuk melalui Kelompok Kecil kita.

5. Teman-teman Tim Kelompok Kecil PMK IPB: Ocha, Ance, Iwan, Besty, Junika, Jimmy, Lina S, Lina H, Uke, Maryo, Fitri, Yohana, Doni dan Ricky. Terima kasih karena kita bisa saling mendukung dalam pelayanan. Terima kasih juga untuk pengurus dan semua anggota KPP 41, KPP 40, KPP 39, KPP 42, KPP 43 dan KPP 44.

6. Pemilik dan pegawai-pegawai PT Anugerah Bumi Persada: Bapak Rustam Efendi, Bapak Firmansyah Rustam, Mas Subur, Mas Arif, Mas Maman, dan semua pegawai PT ABP yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima


(10)

kasih atas waktu dan kesempatan yang diberikan kepada saya untuk melakukan penelitian.

7. Teman-teman terbaik di EPS: Yanti, Meri, Rolas, Lina S, Jimmy, Rocky, Natnat, Mayang, Anti, Devi, Yani dan semua rekan-rekan EPS 41. Terima kasih untuk persahabatan kita selama empat tahun semoga terus terjalin sampai anak cucu.

8. Teman-teman di kosan Malibu selain EPS: Risma, Yuli, Grace, Mergie, Febri dan Angie. Terima kasih karena kita boleh saling bercanda dan berbagi semua yang ada di kosan.

9. Adik-adik asistensi dan Partner saya dalam kelompok asistensi Nuh dan Seleukia. Bersyukur saya boleh memiliki kalian sebagai adik-adik dan saudara. Saya mengasihi kalian semua.

10.Teman-teman KKP (Kuliah Kerja Profesi) 2007 di Desa Begawat, Kabupaten Bumijawa, Tegal, Jawa Tengah: Krishna AGB, Abi IE, Novita PMT, Mega Horti, Tri Agro, Eka GMSK. Terima kasih teman-teman atas kebersamaan kita selama 2 Bulan di tempat KKP, senang bisa berkenalan dan menjalin hubungan dengan kalian.

11.Terima kasih kepada semua orang yang mengasihi saya dan memberikan banyak masukan kepada saya.


(11)

ANALISIS LABA JANGKA PENDEK DAN PENGEMBANGAN USAHA SAYURAN JEPANG ORGANIK

(Studi Kasus di PT Anugerah Bumi Persada “RR Organic Farm”, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

Oleh :

Lenny Juliana Sinaga A14304005

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(12)

RINGKASAN

LENNY JULIANA SINAGA. Analisis Laba Jangka Pendek dan Pengembangan Usaha Sayuran Jepang Organik (Studi Kasus di PT Anugerah Bumi Persada “RR

Organic Farm”, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat). Skripsi. Dibimbing oleh

AHYAR ISMAIL.

Sistem produksi pertanian berkelanjutan yaitu adanya kontinuitas jangka panjang, ramah lingkungan dan menjamin keberlanjutan ekologi, sehingga sistem produksi pertanian berkelanjutan identik dengan istilah pengembangan pertanian organik. Potensi dan peluang pengembangan pertanian organik cukup terbuka di masa mendatang. Oleh karena itu hasil-hasil penelitian tentang pertanian organik termasuk sayuran organik perlu disebarluaskan secara cepat.

Salah satu produsen sayuran organik, khususnya sayuran Jepang organik adalah PT Anugerah Bumi Persada (PT ABP) “RR Organic Farm”. Sebagai perusahaan yang menghasilkan sayuran organik secara berkelanjutan maka diperlukan penetapan harga untuk penjualan kepada konsumen agar dapat menutupi biaya produksi atau tidak mengalami kerugian dan dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain yang sejenis.

Kegiatan pokok manajemen dalam perencanaan perusahaan adalah memutuskan sekarang berbagai macam alternatif dan perumusan kebijakan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang. Ukuran yang sering dipakai untuk menilai berhasil atau tidaknya manajemen suatu perusahaan adalah laba yang diperoleh perusahaan. Laba terutama dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu volume produk yang dijual, harga jual produk dan biaya. Biaya menentukan harga jual untuk mencapai tingkat laba yang dikehendaki, harga jual mempengaruhi volume penjualan, sedangkan volume penjualan langsung mempengaruhi volume produksi, dan volume produksi mempengaruhi biaya. Tiga faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain.

PT ABP perlu melakukan perencanaan jangka pendek, yaitu dalam kaitannya dengan pemilihan alternatif tindakan dan perumusan kebijakan untuk masa yang akan datang. Analisis hubungan antara biaya, volume dan laba diperlukan perusahaan untuk membantu manajemen dalam perencanaan jangka pendek. PT ABP harus mengelola usaha secara efisien dan dapat menetapkan keputusan manajemen yang menguntungkan. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengkaji metode harga pokok yang tepat dan cocok diterapkan pada PT Anugerah Bumi Persada dan menghitung besar harga pokok produksi dan harga pokok penjualan sayuran Jepang organik yang dihasilkan oleh PT Anugerah Bumi Persada; (2) menganalisis kondisi nilai titik impas pada PT Anugerah Bumi Persada; (3) menghitung nilai Marginal Income Ratio (MIR), Margin of Safety

(MOS), profitabilitas usaha serta struktur pasar yang dihadapi oleh PT ABP. Penelitian dimulai pada bulan Maret hingga April 2008. Lokasi penelitian adalah pada PT Anugerah Bumi Persada (PT ABP) di Desa Galudra, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Data yang digunakan dalam penelitian berupa data primer dan data sekunder. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitis dengan studi kasus. Data yang dikumpulkan diolah dengan program microsoft excel. Hasil yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk tabel


(13)

untuk memudahkan proses analisis. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari analisis deskriptif dan kuantitatif.

PT ABP belum melakukan perhitungan harga pokok produksi dan harga pokok penjualan dengan benar. Metode penetapan harga jual yang dilakukan oleh perusahaan berdasarkan hasil perkiraan pihak manajemen yang menangani pemasaran. Harga jual sayuran Jepang organik PT ABP mengikuti harga sayuran organik di pasaran high market yaitu sekitar Rp 20.000,00-50.000,00 per kilogram, karena sayuran organik yang dihasilkan oleh PT ABP berada pada level

high market dan disukai konsumen. Harga sayuran organik ini cenderung konstan setiap tahun.

Metode harga pokok yang tepat diterapkan pada PT ABP adalah metode

full costing karena merinci semua biaya. Harga pokok produksi sayuran Jepang organik PT ABP dengan menggunakan metode full costing pada periode Maret 2007-Februari 2008 adalah sebesar Rp 260.981.367,00, sedangkan harga pokok penjualannya adalah sebesar Rp 475.381.367,00.

Tingkat penjualan sayuran Jepang organik PT ABP pada periode Maret 2007-Februari 2008 yaitu sebesar Rp 502.902.500.00, telah melebihi tingkat penjualan impasnya yaitu Rp 446.823.463,00 artinya PT ABP telah mendapatkan keuntungan pada periode tersebut. Nilai Marginal Income Ratio (MIR) usaha sayuran organik PT ABP pada periode Maret 2007-Februari 2008 adalah sebesar 49,07 persen, artinya bahwa 49,07 persen dari hasil penjualan sayuran organik PT ABP tersedia untuk dapat menutup biaya tetap dan laba. Nilai Margin of Safety

(MOS) usaha sayuran organik PT ABP sebesar 11,15 persen, artinya jumlah maksimum penurunan target penerimaan yang tidak menyebabkan usaha PT ABP mengalami kerugian adalah sebesar 11,15 persen dari hasil penjualan. Nilai profitabilitas usaha sayuran organik PT ABP sebesar 5,47 persen, artinya jika PT ABP mampu menjual hasil produksinya yaitu sayuran organik sesuai dengan yang dianggarkan, maka laba yang akan diperoleh adalah sebesar 5,47 persen dari total hasil penjualan sayuran organik selama satu tahun. Struktur pasar yang dihadapi oleh PT ABP adalah pasar oligopoli karena produsen sayuran organik masih sedikit sedangkan konsumen relatif banyak.


(14)

ANALISIS LABA JANGKA PENDEK DAN PENGEMBANGAN USAHA SAYURAN JEPANG ORGANIK

(Studi Kasus di PT Anugerah Bumi Persada “RR Organic Farm”, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

Oleh :

Lenny Juliana Sinaga A14304005

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(15)

Judul : Analisis Laba Jangka Pendek dan Pengembangan Usaha Sayuran Jepang Organik (Studi Kasus di PT Anugerah Bumi Persada “RR Organic Farm”, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

Nama : Lenny Juliana Sinaga

Nomor Registrasi Pokok : A14304005

Program Studi : Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Ahyar Ismail, M. Agr NIP 131 878 942

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian IPB

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP 131 124 019


(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS LABA JANGKA PENDEK DAN PENGEMBANGAN USAHA SAYURAN JEPANG ORGANIK (STUDI KASUS DI PT ANUGERAH BUMI PERSADA “RR ORGANIC FARM”, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT) ADALAH BENAR-BENAR KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU.

Bogor, Juli 2008

Lenny Juliana Sinaga A14304005


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Lenny Juliana Sinaga, dilahirkan di Dolok Masihul, Sumatera Utara, pada Tanggal 20 Juli 1986. Penulis merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Juanda Sinaga dan Ibu Rusmina Samosir.

Pada Tahun 1998, penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 105428 Silau Merawan, Sumatera Utara. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMPN 2 Dolok Masihul yang diselesaikan pada Tahun 2001. Pada Tahun 2004, penulis berhasil menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMAN 1 Tebing Tinggi dan berhasil diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan dan menjadi panitia pada berbagai acara. Penulis menjadi koordinator Tim Kelompok Kecil Pemuridan, Unit Kegiatan Mahasiswa Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB periode 2007-2008. Penulis juga menjadi asisten Mata Kuliah Agama Kristen Protestan bagi mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB periode 2005-2006 dan 2007-2008.


(18)

Puji syukur kepada Allah Tritunggal, yang senantiasa menyertai dan menjaga penulis dengan kasih karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Analisis Laba Jangka Pendek dan Pengembangan Usaha Sayuran Jepang Organik (Studi Kasus di PT Anugerah Bumi Persada “RR

Organic Farm”, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)".

Masyarakat sudah mulai memperhatikan kesehatan tubuh. Sayuran organik mulai dicari-cari oleh konsumen, terutama konsumen dari kalangan ekonomi menengah ke atas. Sayuran organik saat ini semakin banyak diusahakan oleh pengusaha di bidang pertanian. Perusahaan harus mengelola usaha secara efisien dan dapat menetapkan volume penjualan yang menguntungkan.

Ucapan terima kasih kepada Dr. Ir. Ahyar Ismail, M. Agr, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan memberikan arahan serta bimbingan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi. Ucapan terima kasih juga untuk rekan-rekan yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, Juli 2008


(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan syukur yang terbesar kepada Tuhan Yesus Kristus Sang Juru Selamat atas karunia dan cinta kasihNYA kepada penulis. Penulisan skripsi ini juga dapat terselesaikan karena bantuan orang-orang yang mendukung baik secara moril maupun materi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak J Sinaga dan Mama R Samosir, yang senantiasa mencintai dan mendoakan saya serta mendukung segala sesuatu yang saya kerjakan. Saudara-saudara terkasih yang turut mendoakan saya: Tota, Riris, Hanna, Marini, Buha dan Pintauli.

2. Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M. Agr, atas bimbingannya mulai dari penulisan skripsi sampai selesai, juga kepada Ibu Dr. Ir. Anna Fariyanti dan Bapak Adi Hadianto, SP yang bersedia menjadi dosen penguji penulis. Ucapan terima kasih juga kepada Bapak Prof. Dr. Bonar M Sinaga, MA selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan selama di perkuliahan.

3. Seno Arnaldi Riyanto dan keluarga. Terimakasih atas perhatian dan kasih sayang serta doa bersama yang selalu kita lakukan sejak Semester 1. Terima kasih sudah antar jemput Bogor-Cianjur untuk penelitianku. Tuhan yang selalu menjaga hubungan kita. Aku mengasihimu.

4. Keluarga Kelompok Kecil saya. Adik-adik Kelompok Kecil: Via, Meiyu dan Risna; kakak dan teman-teman Kelompok Kecil: Kak Elly, Nova, Trisna dan Astuti. Terima kasih telah menjadi keluarga secara rohani bagi saya sehingga saya boleh semakin dibentuk melalui Kelompok Kecil kita.

5. Teman-teman Tim Kelompok Kecil PMK IPB: Ocha, Ance, Iwan, Besty, Junika, Jimmy, Lina S, Lina H, Uke, Maryo, Fitri, Yohana, Doni dan Ricky. Terima kasih karena kita bisa saling mendukung dalam pelayanan. Terima kasih juga untuk pengurus dan semua anggota KPP 41, KPP 40, KPP 39, KPP 42, KPP 43 dan KPP 44.

6. Pemilik dan pegawai-pegawai PT Anugerah Bumi Persada: Bapak Rustam Efendi, Bapak Firmansyah Rustam, Mas Subur, Mas Arif, Mas Maman, dan semua pegawai PT ABP yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima


(20)

kasih atas waktu dan kesempatan yang diberikan kepada saya untuk melakukan penelitian.

7. Teman-teman terbaik di EPS: Yanti, Meri, Rolas, Lina S, Jimmy, Rocky, Natnat, Mayang, Anti, Devi, Yani dan semua rekan-rekan EPS 41. Terima kasih untuk persahabatan kita selama empat tahun semoga terus terjalin sampai anak cucu.

8. Teman-teman di kosan Malibu selain EPS: Risma, Yuli, Grace, Mergie, Febri dan Angie. Terima kasih karena kita boleh saling bercanda dan berbagi semua yang ada di kosan.

9. Adik-adik asistensi dan Partner saya dalam kelompok asistensi Nuh dan Seleukia. Bersyukur saya boleh memiliki kalian sebagai adik-adik dan saudara. Saya mengasihi kalian semua.

10.Teman-teman KKP (Kuliah Kerja Profesi) 2007 di Desa Begawat, Kabupaten Bumijawa, Tegal, Jawa Tengah: Krishna AGB, Abi IE, Novita PMT, Mega Horti, Tri Agro, Eka GMSK. Terima kasih teman-teman atas kebersamaan kita selama 2 Bulan di tempat KKP, senang bisa berkenalan dan menjalin hubungan dengan kalian.

11.Terima kasih kepada semua orang yang mengasihi saya dan memberikan banyak masukan kepada saya.


(21)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Kegunaan Penelitian ... 11

1.5 Keterbatasan Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertanian Organik ... 13

2.2 Sayuran Organik ... 14

2.3 Penelitian Terdahulu ... 15

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 18

3.1.1 Biaya Produksi Perusahaan ... 18

3.1.1.1 Pengertian Biaya dan Penggolongannya ... 18

3.1.1.2 Biaya Penyusutan Aktiva Tetap ... 21

3.1.2 Harga Pokok Produksi ... 23

3.1.3 Harga Pokok Penjualan ... 25

3.1.4 Titik Impas ... 26

3.1.5 Biaya Bersama ... 27

3.1.6 Struktur Pasar ... 29

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 35

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 39

4.2 Jenis dan Metode Pengumpulan Data ... 39


(22)

4.3.1 Analisis Biaya Produksi ... 40 4.3.2 Analisis Harga Pokok Produksi ... 41 4.3.3 Analisis Harga Pokok Penjualan ... 42 4.3.4 Analisis Titik Impas ... 42 4.3.5 Analisis Marginal Income Ratio (MIR) ... 43 4.3.6 Analisis Marginal of Safety (MOS) ... 43 4.3.7 Profitabilitas Usaha ... 43 4.3.8 Analisis Struktur Pasar ... 43 V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1 Lokasi Perusahaan ... 44 5.2 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ... 45 5.3 Visi dan Misi Perusahaan ... 48 5.4 Kegiatan Produksi dan Sistem Budidaya ... 48 5.4.1 Kegiatan Produksi ... 48 5.4.2 Sistem Budidaya ... 51 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Analisis Biaya Menurut Metode Full Costing ... 59 6.2 Penetapan Harga Pokok Produksi ... 62

6.2.1 Penetapan Harga Pokok Produksi Perusahaan ... 62 6.2.2 Penetapan Harga Pokok Produksi Full Costing ... 65 6.2.3 Penetapan Harga Pokok Penjualan Full Costing ... 67 6.3 Perencanaan Laba Jangka Pendek ... 68 6.3.1 Titik Impas ... 68 6.3.2 Analisis Marginal Income Ratio (MIR) ... 71 6.3.3 Analisis Margin of Safety (MOS) ... 71 6.3.4 Profitabilitas Usaha ... 72 6.4 Struktur Pasar ... 73 6.5 Pengembangan Usaha ... 75 VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan ... 78 7.2 Saran ... 79


(23)

DAFTAR PUSTAKA ... 80 DAFTAR LAMPIRAN ... 82


(24)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Produksi Sayuran di Indonesia berdasarkan Jenisnya Tahun 2002-2006 ... 2 Tabel 2. Luas Panen Sayuran di Indonesia berdasarkan Jenisnya Tahun

2002-2006 ... 3 Tabel. 3. Permintaan dan Produksi Sayuran Organik PT ABP Periode

Maret 2007-Maret 2008 ... 7 Tabel 4. Orbitasi Jarak dan Waktu Tempuh Desa Galudra ke Pusat Kota

Tahun 2007 ... 45 Tabel 5. Biaya Tetap PT ABP Periode Maret 2007-Februari 2008 ... 60 Tabel 6. Biaya Variabel PT ABP Periode Maret 2007-Februari 2008 ... 61 Tabel 7. Biaya Total PT ABP Periode Maret 2007-Februari 2008 ... 62 Tabel 8. Perhitungan Harga Pokok Menurut Metode Perusahaan Periode

Maret 2007-Februari 2008 ... 64 Tabel 9. Harga Sayuran Jepang Organik PT ABP Periode Maret

2007-Februari 2008 ... 65 Tabel 10. Hasil Perhitungan Nilai Harga Pokok Produksi PT ABP dengan

Metode Full Costing Periode Maret 2007-Februari 2008 ... 67 Tabel 11. Biaya Pemasaran dan Biaya Administrasi dan Umum PT ABP

Periode Maret 2007-Februari 2008 ... 68 Tabel 12. Hasil Perhitungan Nilai Harga Pokok Penjualan PT ABP

dengan Metode Full Costing Periode Maret 2007-Februari 2008 .. 69 Tabel 13. Hasil Perhitungan Titik Impas PT ABP Periode Maret

2007-Februari 2008 ... 70 Tabel 14. Perbandingan Penerimaan Aktual PT ABP dengan Kondisi

Titik Impas ... 70 Tabel 15. Marginal Income Ratio PT ABP Periode Maret 2007-Februari

2008 ... 72 Tabel 16. Margin of Safety PT ABP Periode Maret 2007-Februari 2008 ... 73 Tabel 17. Profitabilitas PT ABP Periode Maret 2007-Februari 2008 ... 74


(25)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Analisis Titik Impas secara Grafis ... 27 Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Operasional ... 38 Gambar 3. Tahapan Proses Produksi ... 52 Gambar 4. Grafik Titik Impas PT ABP Periode Maret 2007-Februari 2008 .. 71


(26)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pembangunan di sektor pertanian sangat mendukung kemajuan perekonomian bangsa Indonesia. Sektor pertanian merupakan penyedia kesempatan kerja terbesar secara nasional, terutama bagi masyarakat miskin di pedesaan. Penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian pada Tahun 2007 mencapai 42,6 juta orang atau sekitar 43,66 persen dari total tenaga kerja nasional dan 88,4 persen berada di daerah pedesaan. Laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian atas dasar harga konstan Tahun 2000 adalah sebesar 4,3 persen (Depnakertrans, 2007). Pengembangan usaha di sektor pertanian masih merupakan usaha yang dapat bertahan dan cukup produktif.

Hortikultura merupakan salah satu bagian dari pertanian secara umum. Komoditi hortikultura terdiri dari sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat. Secara khusus, budidaya sayuran sudah banyak diusahakan oleh para petani. Sayuran memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan sangat disukai oleh masyarakat Indonesia karena adanya budaya memakan sayuran untuk meningkatkan kesehatan tubuh dan salah satu pelengkap dalam empat sehat lima sempurna. Jenis sayuran yang diusahakan sangat beragam. Contoh sayuran yang sering dibudidayakan oleh petani antara lain; bayam, kacang panjang, kol/kubis, labu siam, lobak, terung, tomat, petsai/sawi, dan lain-lain. Produksi sayuran di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.


(27)

Tabel 1. Produksi Sayuran di Indonesia berdasarkan Jenisnya Tahun 2002-2006

No Jenis Sayuran Produksi (ton)

2002 2003 2004 2005 2006

1. Bayam 71.011 109.423 107.737 123.785 149.435

2. Kacang panjang 310.297 432.365 454.999 466.387 461.239

3. Kol/Kubis 1.232.843 1.348.433 1.432.814 1.292.984 1.267.745

4. Labu siam 172.125 103.451 179.845 180.029 212.697

5. Lobak 7.779 26.340 30.625 54.226 49.344

6. Terung 272.700 301.030 312.354 333.328 358.095

7. Tomat 573.517 657.459 626.872 647.020 629.744

8. Petsai/Sawi 461.069 459.253 534.964 548.453 590.400

Rata-Rata 387.667,6 429.719,2 460.026,2 455.776,5 464.837,4 Sumber : Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, 2007, diolah

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa produksi rata-rata sayuran di Indonesia mengalami peningkatan dari Tahun 2002-2006 sebesar 19,79 persen. Pada Tahun 2004-2005 produksi rata-rata sayuran di Indonesia sempat mengalami penurunan sebesar 0,92 persen, dan hal ini tidak menunjukkan penurunan yang terlalu jauh. Produksi tertinggi adalah kol/kubis dengan produksi rata-rata sebesar 1.314.963,8 ton/tahun. Produksi terendah adalah lobak dengan produksi rata-rata sebesar 33.662,8 ton/tahun. Hal ini membuktikan bahwa kol/kubis lebih sering diproduksi oleh petani daripada sayuran yang lain.

Peningkatan produksi sayuran setiap tahun di Indonesia diikuti dengan peningkatan luas areal panen. Meskipun saat ini konversi lahan pertanian sering terjadi, namun bukan demikian halnya dengan lahan sayuran. Usaha sayuran semakin diminati petani, bahkan banyak petani komoditi lain yang beralih menjadi pengusaha sayuran. Peningkatan luas panen sayuran di Indonesia berdasarkan jenisnya pada Tahun 2002-2006 dapat dilihat pada Tabel 2.


(28)

Tabel 2. Luas Panen Sayuran di Indonesia berdasarkan Jenisnya Tahun 2002-2006

No Jenis Sayuran Luas Panen (Ha)

2002 2003 2004 2005 2006

1. Bayam 32.365 33.008 34.371 36.952 42.847

2. Kacang panjang 81.840 83.481 85.263 84.839 84.798

3. Kol/Kubis 60.235 64.520 68.029 57.765 57.732

4. Labu siam 7.835 8.887 10.197 9.569 12.458

5. Lobak 1.997 1.648 2.468 3.295 3.652

6. Terung 39.336 44.414 45.285 45.340 49.327

7. Tomat 49.457 47.884 52.719 51.205 53.492

8. Petsai/Sawi 45.457 43.703 56.714 51.785 57.318

Rata-Rata 39.815,3 40.943,1 44.380,7 42.593,7 45.203 Sumber : Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, 2007, diolah

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa pada Tahun 2002-2006 terjadi peningkatan rata-rata luas panen sayuran di Indonesia sebesar 13,53 persen. Luas panen terbesar adalah kacang panjang dengan rata-rata sebesar 84.044,2 hektar. Sedangkan luas panen terkecil adalah lobak dengan rata-rata sebesar 2.612 hektar.

Sistem produksi pertanian berkelanjutan yaitu adanya kontinuitas jangka panjang, ramah lingkungan dan menjamin keberlanjutan ekologi, sehingga sistem produksi pertanian berkelanjutan identik dengan istilah pengembangan pertanian organik. Potensi dan peluang pengembangan pertanian organik cukup terbuka di masa mendatang. Oleh karena itu hasil-hasil penelitian tentang pertanian organik termasuk sayuran organik perlu disebarluaskan secara cepat. Sayuran organik dapat mengurangi risiko terserang penyakit seperti kanker dan memiliki keunggulan kadar nitrat lebih rendah. Kadar nitrat tinggi dapat mengurangi transpor oksigen dalam aliran darah, serta membentuk nitrosamin yang bersifat karsinogen bagi tubuh. Sayuran organik juga mengandung serat yang sangat penting. Mengkonsumsi serat dapat menjaga kesehatan pencernaan karena mampu mengikat zat racun, kolesterol dan kelebihan lemak, sehingga dapat mencegah berkembangnya sumber penyakit.


(29)

Sayuran organik saat ini semakin banyak diusahakan oleh pengusaha di bidang pertanian. Menurut data baru dari Market Research Publisher Packaged Facts (2007), Perkembangan penjualan pangan organik dan minuman delapan kali dari pasar pangan konvensional dan diharapkan penjualannya mencapai $32,3 miliar sebelum Tahun 20091. Masyarakat sudah mulai memperhatikan kesehatan tubuh. Sayuran organik mulai dicari-cari oleh konsumen, terutama konsumen dari kalangan ekonomi menengah ke atas.

Harga sayuran hasil kebun organik mencapai tiga kali lipat lebih mahal dari sayuran konvensional. Harga produk organik mahal karena beberapa alasan. Pertama, pertanian organik membutuhkan tenaga kerja lebih banyak. Pemusnahan hama menjadi semakin sulit karena dilakukan secara manual ataupun dengan predator alami. Kedua, masa tanam produk organik tanpa hormon pertumbuhan atau pertambahan pemupukan, sehingga menjadikan masa panennya jauh lebih lama daripada produk biasa. Tanah yang digunakan untuk pertanian organik pun memiliki standar khusus agar bisa dikatakan organik. Misalnya harus bebas dari bahan kimia selama 10 tahun, memiliki jarak tertentu dari lahan pertanian lain yang menggunakan pestisida, jarak minimum dari jalan raya dan sebagainya2.

Salah satu produsen sayuran organik, khususnya sayuran Jepang organik adalah PT Anugerah Bumi Persada (PT ABP) “RR Organic Farm”. Sebagai perusahaan yang menghasilkan sayuran organik secara berkelanjutan maka diperlukan penetapan harga untuk penjualan kepada konsumen agar dapat

1www.beritabumi.or.id, artikel “Perkembangan Pasar Organik”, diakses Tanggal 23 Februari 2008 2www.beritabumi.or.id, artikel “Produk Pangan Organik dapat Kurangi Risiko Terkena Kanker”,


(30)

menutupi biaya produksi atau tidak mengalami kerugian dan dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain yang sejenis.

Kegiatan pokok manajemen dalam perencanaan perusahaan adalah memutuskan sekarang berbagai macam alternatif dan perumusan kebijakan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang (Mulyadi, 2001). Ukuran yang sering dipakai untuk menilai berhasil atau tidaknya manajemen suatu perusahaan adalah laba yang diperoleh perusahaan. Laba terutama dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu volume produk yang dijual, harga jual produk dan biaya. Biaya menentukan harga jual untuk mencapai tingkat laba yang dikehendaki, harga jual mempengaruhi volume penjualan, sedangkan volume penjualan langsung mempengaruhi volume produksi, dan volume produksi mempengaruhi biaya. Tiga faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain.

PT ABP perlu melakukan perencanaan jangka pendek, yaitu dalam kaitannya dengan pemilihan alternatif tindakan dan perumusan kebijakan untuk masa yang akan datang. Analisis hubungan antara biaya, volume dan laba diperlukan perusahaan untuk membantu manajemen dalam perencanaan jangka pendek. PT ABP harus mengelola usaha secara efisien dan dapat menetapkan keputusan manajemen yang menguntungkan.

1.2Permasalahan

PT Anugerah Bumi Persada (PT ABP) merupakan usaha yang berorientasi pada keuntungan. Perusahaan ini menghasilkan beberapa jenis sayuran Jepang organik seperti horenso (bayam Jepang), tomat apel, brokoli, hakusai (sawi putih Jepang), kol, wortel, komatsuna (sawi hijau Jepang), kyuri (timun Jepang), daun


(31)

selada, negi (daun bawang Jepang), pakcoi hijau, tomat cherry, daikon, baby

buncis, asparagus, kabocha, kokabu (lobak), nira, kangkung, dan cabe rawit/keriting. Sayuran yang diproduksi berjumlah kurang lebih 20 jenis. Usaha sayuran Jepang organik sangat menjanjikan karena adanya permintaan konsumen yang tinggi terhadap produk ini dan harganya lebih mahal dari sayuran yang ditanam secara konvensional atau menggunakan bahan kimia.

PT ABP sempat mengalami kemunduran atau kurang berproduksi akibat manajemen yang tidak baik serta para pekerja yang kurang bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Belajar dari pengalaman tersebut, PT ABP memulai manajemen yang baru dibawah kepemimpinan Bapak Firmansyah Rustam pada pertengahan Tahun 2007. Sejak saat itu produktivitas usaha mulai membaik serta meningkat dan kontinuitas produk sudah lebih terjamin.

Daerah pemasaran sayuran organik masih terbatas pada wilayah Jakarta karena wilayah ini yang paling tinggi dalam mengkonsumsi sayuran organik, selain itu juga karena produksi sayuran PT ABP yang masih belum stabil. Produksi sayuran organik masih sangat tergantung pada kondisi alam, cuaca dan iklim.

Sayuran organik PT ABP dipasarkan pada Ranch market (Pondok Indah, Jakarta Selatan), Papaya Swalayan (Jakarta Selatan), Kamome Swalayan (Jakarta Selatan), Ranch Market (Kebun Jeruk, Jakarta Barat), Ranch Market (Grand Wijaya), Ranch Market (Darmawangsa Square), Ribbon, dan Dapur Palembang. Selain disuplai ke beberapa swalayan dan supermarket tersebut, perusahaan juga melayani para pelanggan yang langsung memesan ditempat.


(32)

Konsumsi sayuran organik semakin meningkat karena masyarakat semakin memperhatikan kesehatan. Permasalahan yang dihadapi oleh PT ABP saat ini adalah volume produksi yang masih rendah. Menurut data yang diperoleh dari PT ABP bahwa perusahaan ini belum mampu memenuhi semua permintaan konsumen melalui supermarket. Pada bulan Oktober 2007 produksi PT ABP mengalami penurunan sebesar 295 kilogram atau sebesar 14,4 persen dari produksi September 2007 dan pada bulan November dan Desember 2007 juga mengalami penurunan produksi sedangkan permintaan pada Januari 2008 mulai meningkat.

Tabel. 3. Permintaan dan Produksi Sayuran Organik PT ABP Periode Maret 2007-Maret 2008

Waktu Permintaan (Kg) Produksi PT ABP (Kg)

Maret 2007 1885 1085

April 2007 1885 1115

Mei 2007 1885 1270

Juni 2007 1885 1450

Juli 2007 1885 1455

Agustus 2007 1885 1840

September 2007 1885 2050

Oktober 2007 1885 1755

November 2007 1885 1440

Desember 2007 1885 1185

Januari 2008 3415 1345

Februari 2008 3415 1730

Maret 2008 3415 2055

Sumber : PT ABP, 2008

Setiap perusahaan memiliki persaingan dengan perusahaan yang menghasilkan produk sejenis. Dengan semakin berkembangnya permintaan terhadap sayuran organik, maka semakin banyak perusahaan yang ingin membuka usaha di bidang ini. Pesaing yang cukup dikenal dalam memasarkan produk sejenis yaitu Agatho, Amani, dan Ranch Organik. PT ABP harus mampu bersaing terutama dalam hal kontinuitas produk dan kompetitif dalam harga. Untuk tetap


(33)

mendapatkan keuntungan perusahaan harus meningkatkan efisiensi terutama untuk meminimalkan biaya produksi. Penetapan strategi harga dan volume penjualan sebagai komponen penentu laba perusahaan sangat penting dalam pemasaran, dengan demikian perusahaan dapat memaksimalkan keuntungan yang diperoleh.

Selama ini PT ABP menetapkan harga jual dengan mengikuti harga pasar sayuran organik tanpa melihat semua biaya secara keseluruhan. Pencatatan biaya atau perhitungan untuk harga pokok sudah dilakukan namun belum benar karena perhitungan harga pokok tidak merinci semua biaya perusahaan. PT ABP tidak mencatat biaya-biaya yang diperhitungkan seperti sewa lahan dan perhitungan penyusutan hanya perkiraan tidak menggunakan metode yang pasti sehingga jumlah penyusutan sangat besar. Dalam pelaksanaannya, pengorganisasian masih tumpang tindih yaitu pekerjaan bendahara, sekretaris dilakukan oleh pekerja di bagian produksi, sehingga tugas tersebut tidak efisien. PT ABP harus menetapkan harga jual sebelum dipasarkan ke supermarket. PT ABP perlu melakukan perhitungan keuntungan yang pasti terhadap sayuran organik yang dihasilkan dengan perincian biaya seluruhnya, baik yang bersifat tetap maupun variabel. Harga jual semua sayuran organik yang ditetapkan oleh PT ABP sekitar Rp 20.000,00-50.000,00 per kilogram, tanpa melakukan perhitungan yang benar sehingga belum dapat dipastikan apakah perusahaan memperoleh keuntungan atau tidak. Penetapan harga jual yang ditentukan oleh perusahaan yaitu dengan mengikuti harga di pasar sayuran organik.

Dengan menghitung harga pokok produksi maka akan diperoleh harga pokok penjualan sehingga untuk selanjutnya perusahaan dapat menghitung


(34)

besarnya keuntungan yang sebenarnya. Melalui metode perhitungan harga pokok yang tepat, perusahaan dapat menghitung biaya-biaya yang telah dikeluarkan sehingga menghindarkan perusahaan dari kerugian serta melakukan analisis biaya untuk meningkatkan efisiensi. Salah satu tujuan perhitungan harga pokok adalah untuk mengukur keefisienan suatu proses produksi. Perusahaaan juga dapat memperkirakan struktur biaya produksinya dan menentukan arah kebijakan bagi perusahaan setelah mengevaluasi perhitungan harga pokok. Metode yang tepat yaitu metode yang memperhitungkan dengan akurat seluruh biaya yang dikorbankan untuk memproduksi suatu produk.

PT ABP tidak pernah melakukan klasifikasi biaya menjadi biaya tetap dan biaya variabel sehingga PT ABP tidak mengetahui batas bawah melakukan produksi atau yang disebut titik impas produksi. Titik impas yaitu suatu kondisi dimana perusahaan tidak mengalami kerugian ataupun tidak mendapatkan keuntungan. Untuk dapat menentukan tingkat titik impas maka biaya yang terjadi harus dapat dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel.

Hasil penjualan dikurangi dengan biaya variabel merupakan sisa atau margin yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan laba. Untuk mengetahui margin yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan laba diperlukan perhitungan

Marginal Income Ratio (MIR). MIR merupakan ratio antara Marginal Income

dengan hasil penjualannya, sedangkan Marginal Income adalah selisih antara hasil penjualan dengan biaya variabel.

Apabila hasil penjualan pada tingkat break even dihubungkan dengan penjualan yang dibudgetkan atau pada tingkat penjualan tertentu, maka akan diperoleh informasi tentang seberapa jauh volume penjualan boleh turun sehingga


(35)

PT ABP tidak menderita rugi. Hubungan atau selisih antara penjualan yang dibudget atau tingkat penjualan tertentu dengan penjualan pada tingkat break even merupakan tingkat keamanan perusahaan (margin of safety) bagi perusahaan dalam melakukan penurunan penjualan. Suatu perusahaan yang mempunyai

margin of safety yang besar adalah lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai marginofsafety yang rendah. Dengan adanya perhitungan MIR dan MOS pada PT ABP maka perhitungan kas dan keuntungan PT ABP menjadi lebih lengkap.

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. metode harga pokok apa yang yang tepat dan cocok untuk diterapkan pada PT Anugerah Bumi Persada dan berapakah besar harga pokok produksi dan harga pokok penjualan sayuran Jepang organik yang dihasilkan oleh PT Anugerah Bumi Persada?

2. bagaimanakah kondisi nilai titik impas pada PT Anugerah Bumi Persada? 3. berapakah nilai Marginal Income Rate (MIR), Margin of Safety (MOS) dan

profitabilitas usaha PT Anugerah Bumi Persada serta bagaimana struktur pasar yang dihadapi oleh PT ABP?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. mengkaji metode harga pokok yang tepat dan cocok diterapkan pada PT Anugerah Bumi Persada dan menghitung besar harga pokok produksi dan


(36)

harga pokok penjualan sayuran Jepang organik yang dihasilkan oleh PT Anugerah Bumi Persada;

2. menganalisis kondisi nilai titik impas pada PT Anugerah Bumi Persada; 3. menghitung nilai Marginal Income Rate (MIR), Margin of Safety (MOS) dan

profitabilitas usaha PT Anugerah Bumi Persada serta menganalisis struktur pasar yang dihadapi oleh PT ABP.

1.4Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna untuk :

1. pihak perusahaan dalam pengendalian biaya, peningkatan keuntungan serta efisiensi produksi. Selain itu, dapat juga sebagai referensi dan pembanding dalam pengambilan keputusan manajemen;

2. penulis dan pembaca sebagai informasi dan menambah pengetahuan dalam pengusahaan sayuran organik.

1.5Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dari penelitian ini adalah :

1. data yang dikumpulkan adalah data perusahaan selama satu tahun dari Maret 2007-Februari 2008, sehingga perhitungan harga pokok dan laba jangka pendek hanya untuk tahun tersebut;

2. harga jual yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga jual rata-rata semua jenis sayuran organik selama Maret 2007-Februari 2008 yaitu sebesar Rp 30.850,00 per kilogram dengan asumsi bahwa seluruh jenis sayuran organik memiliki harga yang relatif sama. Asumsi dasar lain pada analisa titik


(37)

impas di PT ABP yang menghasilkan 20 jenis sayuran adalah bahwa tidak ada perubahan dalam sales-mix-nya;

3. perhitungan laba jangka pendek hanya dilihat dari nilai titik impas, Marginal Income Rate (MIR), Margin of Safety (MOS) dan profitabilitas usaha pada periode Maret 2007-Februari 2008.


(38)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pertanian Organik

Menurut Sutanto (2002), pertanian organik merupakan suatu sistem produksi pertanaman yang berasaskan daur ulang hara secara hayati. Daur ulang hara dapat melalui sarana limbah tanaman dan ternak, serta limbah yang mampu memperbaiki status kesuburan dan struktur tanah.

Sistem pertanian organik adalah suatu sistem produksi pertanian dimana bahan organik, baik makhluk hidup maupun yang sudah mati, merupakan faktor penting dalam proses produksi. Penggunaan pupuk organik (alami atau buatan) dan pupuk hayati serta pemberantasan hama, penyakit dan gulma secara biologis adalah contoh penerapan sistem pertanian organik (Sugito et al, 1995).

Sistem pertanian organik yang semakin populer akhir-akhir ini disebabkan karena kegagalan sistem pertanian kimiawi mempertahankan kelestarian lingkungan dalam jangka panjang. Sistem pertanian kimiawi yang berkembang pesat sejak dicanangkannya revolusi hijau pada tahun 1970-an, memang telah berhasil meningkatkan produktivitas lahan sehingga kekurangan pangan dan bahkan bencana kelaparan pada waktu itu segera dapat teratasi, yaitu berkat ditemukannya varietas unggulan baru yang berpotensi hasil tinggi. Namun untuk memperoleh hasil panen yang tinggi, diperlukan pupuk anorganik dengan dosis tinggi dan pada umumnya varietas unggul baru tersebut peka terhadap hama dan penyakit serta kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan. Akibatnya ketergantungan proses produksi pertanian terhadap bahan-bahan kimiawi, seperti pupuk anorganik (Urea, TSP, ZK, dan sebagainya), insektisida, fungisida, dan


(39)

herbisida, semakin tinggi dan lebih dari itu dalam jangka panjang bahan-bahan kimia pertanian tersebut telah merusak lahan pertanian sehingga produktivitas lahan sulit ditingkatkan lagi dan bahkan terjadi penurunan.

Pertanian organik dapat diterapkan dengan cara memindahkan hara secepatnya dari sisa tanaman, kompos dan pupuk kandang menjadi biomassa tanah yang selanjutnya setelah mengalami proses mineralisasi akan menjadi hara dalam larutan tanah. Dengan kata lain, unsur hara didaur ulang melalui satu atau lebih tahapan bentuk senyawa organik sebelum diserap tanaman. Hal ini berbeda dengan pertanian konvensional yang memberikan unsur hara secara cepat dalam bentuk larutan sehingga segera diserap dengan takaran dan waktu pemberian yang sesuai dengan kebutuhan tanaman (Sutanto, 2002). Kegunaan budi daya organik pada dasarnya ialah meniadakan atau membatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh budi daya kimiawi.

2.2 Sayuran Organik

Sayuran memiliki peran penting untuk kesehatan manusia karena sayuran sangat dibutuhkan oleh manusia untuk beberapa manfaat yang salah satunya untuk membantu metabolisme tubuh. Kandungan aneka vitamin, karbohidrat dan mineral pada sayur tidak dapat disubstitusi dengan makanan pokok. Oleh karena itu sangat penting untuk senantiasa mengkonsumsi sayuran segar dengan cara memasak yang benar dan kalangan ilmuwan percaya bahwa dengan mengkonsumsi sayuran secara teratur akan berpengaruh positif terhadap kesehatan manusia.


(40)

Sayuran organik merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih oleh masyarakat, dimana selain mengandung banyak vitamin, karbohidrat, dan mineral, sayuran organik juga bebas bahan kimia terutama pestisida dan pupuk buatan yang dapat merusak organ-organ dalam tubuh kita. Sayuran organik memiliki kelebihan lain yaitu produknya menyehatkan, memiliki rasa yang lebih renyah, lebih manis, enak dan tidak cepat busuk.

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang harga pokok dan titik impas telah banyak dilakukan. Perhitungan harga pokok sangat penting untuk operasional usaha suatu perusahaan. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu tentang harga pokok dan titik impas.

Penelitian Saprinah (2003) tentang kajian penetapan harga pokok pesanan untuk menentukan harga jual karkas ayam kampung dan broiler pada UD Cendrawasih Jakarta Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Harga Pokok Produksi (HPP) pesanan full costing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya usaha terdiri dari biaya bahan baku, biaya tak langsung, biaya overhead pabrik, biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum. Hasil perhitungan HPP per unit karkas ayam kampung dan ayam broiler dengan menggunakan metode perusahaan lebih rendah daripada hasil perhitungan

full costing karena dalam perhitungan tersebut terdapat biaya-biaya yang tidak dimasukkan seperti biaya telepon, biaya penyusutan aktiva yang dimiliki perusahaan (mesin, kendaraan dan bangunan), biaya kemasan dan biaya pembelian perlengkapan administrasi. Hasil perhitungan harga jual perusahaan


(41)

lebih tinggi daripada hasil perhitungan harga jual full costing hasil penelitian. Tingginya hasil perhitungan harga jual metode perusahaan disebabkan karena dasar harga jual produk perusahaan dilakukan dengan rumus tersendiri yaitu harga jual per unit merupakan penjumlahan biaya bahan baku, biaya pelayanan, dan biaya pengolahan dengan laba produksi. Mekanisme penetapan harga jual perusahaan yaitu dengan cara mengikuti harga pasar yang berlaku, sedangkan harga jual yang terbentuk nantinya merupakan hasil negosiasi antara perusahaan dengan supermarket.

Penelitian Siringo-ringo (2004) tentang penetapan harga pokok produksi susu cup, studi kasus di Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan perhitungan HPP produk susu cup yang dilakukan masih sederhana karena hanya memperhitungkan biaya bahan baku dan bahan penolong, sedangkan biaya produksi lainnya seperti biaya tenaga kerja serta Biaya Overhead Pabrik (BOP) tidak diperhitungkan. Akibatnya dengan menggunakan metode full costing biaya yang dihasilkan lebih tinggi dari perhitungan HPP MT KPBS. MT KPBS ingin meningkatkan daya saing di kalangan perusahaan yang menghasilkan produk sejenis. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya saing produk susu cup KPBS, yaitu : (1) pemisahan pembukuan antara fresh milk

dengan susu cup, (2) efisiensi melalui kegiatan memperbanyak penggunaan bahan baku lokal dan meningkatkan kapasitas produksi, (3) meningkatkan pemasaran, dan (4) promosi.

Penelitian tentang penerapan metode HPP pada perusahaan kopi bubuk cap “S” di Bekasi, Jawa Barat, dilakukan oleh Yunita (2002). Tujuan penelitian


(42)

mengkaji metode harga pokok produksi yang tepat dan cocok untuk diterapkan pada perusahaan kopi bubuk cap “S” dengan cara menghitung dan menganalisis HPP kopi bubuk cap “S” Tahun 2001 dengan metode yang biasa digunakan perusahaan dan metode Harga Pokok Proses dengan departementalisasi lalu membandingkannya. Ternyata setelah dibandingkan terdapat selisih rata-rata antara HPP metode perusahaan dengan metode departementalisasi sebesar 2,88 persen artinya perusahaan sudah cukup efisien dalam memperhitungkan HPP, hanya saja terdapat kekurangakuratan dalam memperhitungkan biaya-biaya yang seharusnya dimasukkan ke dalam biaya produksi. Hal ini mengakibatkan kesalahan dalam perhitungan laba sebesar 4,16 persen dari laba yang sebenarnya didapat oleh perusahaan. Angka Margin of Safety (MOS) sebesar 83,26 persen, angka tersebut menunjukkan batas keamanan penurunan penjualan yang bisa dilakukan perusahaan kopi bubuk cap “S” tanpa menderita kerugian. Secara umum perusahaan bubuk kopi cap “S” sudah cukup efisien, tetapi perusahaan perlu mempertimbangkan untuk menggunakan metode HPP dengan departementalisasi.

Melina (1997) meneliti penerapan metode Harga Pokok Proses dan analisis titik impas perusahaan kecap cap “WM” di Surabaya, Jawa Timur. Pengumpulan biaya produksi kecap “WM” menggunakan metode HP proses dengan memperhatikan semua unsur biaya produksi (full costing system). Hasil penelitian dengan perhitungan HPP pada Tahun 1996, perusahaan belum mencapai kapasitas normal sehingga terjadi inefisiensi pemakaian alat produksi. Berdasarkan analisis titik impas, penjualan perusahaan berada di atas penjualan titik impas. Hal ini berarti perusahaan berada pada posisi menguntungkan.


(43)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis berisi tentang teori-teori yang melandasi dan mendukung penelitian. Teori yang digunakan mencakup hal-hal yang berhubungan dengan harga pokok dan titik impas.

3.1.1 Biaya Produksi Perusahaan

3.1.1.1 Pengertian Biaya dan Penggolongannya

Menurut Mulyadi (2005), pengertian biaya dapat terbagi menjadi dua. Dalam arti luas, biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau yang akan terjadi untuk tujuan tertentu. Dalam arti sempit, biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva. Lebih lanjut Mulyadi menggolongkan biaya menjadi :

a. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran

Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya.

b. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan

Pada perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu biaya produksi, biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum.

1) Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan ekuipmen; biaya bahan baku; dan biaya bahan penolong


(44)

seperti gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian baik yang langsung maupun tidak langsung dan biaya overhead pabrik (factory overhead cost). 2) Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan

kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya iklan seperti biaya promosi dan biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang pembeli; gaji karyawan bagian-bagian yang melaksanakan kegiatan pemasaran; dan biaya contoh (sample cost).

3) Biaya administrasi dan umum merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia, dan bagian hubungan masyarakat; biaya pemeriksaan akuntan; dan biaya fotokopi.

c. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan :

1) Biaya langsung adalah biaya yang terjadi yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai itu tidak ada maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

2) Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik.


(45)

d. Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas

Dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas, biaya dapat digolongkan menjadi biaya variabel, biaya semivariabel, biaya semifixed dan biaya tetap.

1) Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

2) Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel.

3) Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.

4) Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contoh biaya tetap adalah gaji direktur produksi.

e. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya

Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua yaitu pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan.

1) Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kalender). Contoh pengeluaran modal adalah pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap, untuk reparasi besar terhadap aktiva tetap, untuk promosi besar-besaran, dan pengeluaran untuk riset pengembangan suatu produk.


(46)

2) Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya, pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut. Contoh pengeluaran pendapatan antara lain adalah biaya iklan, biaya telex dan biaya tenaga kerja.

3.1.1.2 Biaya Penyusutan Aktiva Tetap

Horngren, et al (1997) mendefinisikan penyusutan sebagai proses untuk mengalokasikan harga perolehan dari aktiva tetap menjadi beban pada suatu periode. Proses ini ditujukan untuk memadukan beban dengan pendapatan yang dihasilkan selama jangka waktu pemakaian aktiva tetap tersebut. Tujuan utama dari akuntansi penyusutan adalah untuk menentukan berapa keuntungan yang diperoleh perusahaan, sedangkan kegunaan lainnya adalah untuk memperhitungkan penurunan kegunaan aktiva tetap karena pemakaiannya.

Semua aktiva tetap hanya akan memberikan manfaat dalam suatu jangka waktu tertentu. Untuk sejumlah aktiva tetap, pemakaiannya yang terus menerus merupakan suatu elemen yang menyebabkan terjadinya penyusutan. Umur kegunaan dari suatu aktiva bisa lebih pendek dari umur aktiva tersebut secara fisik. Menurut Manullang (1994), yang dimaksud dengan umur teknis dari suatu barang modal ialah lamanya barang modal itu digunakan dalam proses produksi hingga tidak dapat dipakai lagi, sedangkan umur ekonomis ialah lamanya barang modal itu digunakan dan tidak dipakai lagi karena sudah ada barang modal baru yang menggantikannya.


(47)

Menurut Horngren, et al (1997), untuk mengukur penyusutan dari suatu aktiva tetap, perlu diketahui :

a. Harga perolehan yaitu jumlah uang yang dikeluarkan untuk membeli aktiva tersebut sampai aktiva tersebut dapat digunakan oleh perusahaan;

b. perkiraan umur kegunaan yaitu periode dimana perusahaan dapat memanfaatkan aktiva tetap tersebut;

c. perkiraan nilai sisa yaitu nilai kas yang diharapkan dari aktiva tetap tersebut pada akhir masa kegunaannya.

Ada empat metode yang dipakai untuk menyusutkan aktiva tetap yaitu metode garis lurus, jumlah unit produksi, saldo menurun berganda, dan sum of the years digit.

a. Metode garis lurus

Dalam metode garis lurus, perusahaan akan mencatat beban penyusutan yang sama jumlahnya untuk setiap periode. Beban penyusutan setiap periode didapat dengan membagi harga perolehan yang dapat disusutkan dengan umur kegunaan dari aktiva tetap tersebut.

b. Metode jumlah unit produksi

Dalam metode jumlah unit produksi, suatu jumlah tertentu (yang tetap) dibebankan pada setiap unit produksi yang dihasilkan oleh aktiva tetap yang digunakan. Harga perolehan yang dapat disusutkan dibagi dengan perkiraan produksi selama masa kegunaan dari aktiva tetap tersebut untuk mendapatkan beban penyusutan per unit produksi. Beban penyusutan per unit akan dikalikan dengan jumlah unit produksi selama periode yang bersangkutan.


(48)

c. Metode saldo menurun berganda

Metode saldo menurun berganda merupakan salah satu metode penyusutan yang dipercepat. Metode penyusutan yang dipercepat akan memberikan beban penyusutan yang lebih besar dari garis lurus pada periode-periode awal pemakaian aktiva tersebut. Metode saldo menurun berganda menghitung beban penyusutan per periode dengan mengalikan nilai buku aktiva tetap dengan suatu persentasi tertentu. Tingkat persentasi tersebut biasanya dua kali lebih besar dari tingkat penyusutan yang digunakan dalam metode garis lurus.

d. Metode sum of years digit

Metode ini merupakan salah satu metode penyusutan aktiva tetap yang dipercepat, yaitu dengan mengalikan harga perolehan yang dapat disusutkan dengan suatu angka tertentu. Penyebut dari angka ini adalah jumlah dari umur kegunaan aktiva tetap tersebut.

3.1.2 Harga Pokok Produksi

Harga pokok adalah instrumen yang penting untuk pengendalian perusahaan (Slot dan Minnaar, 1996). Perhitungan harga pokok dapat membantu agar pendirian perusahaan memang dapat dipertanggungjawabkan, dalam arti bahwa dari sekian banyak kemungkinan, kemungkinan terbaik yang akan dipilih. Perhitungan harga pokok yang berguna untuk pengambilan keputusan jangka pendek merupakan keputusan-keputusan yang diambil dalam rangka mencari pola produksi yang paling menguntungkan bagi perusahaan.


(49)

Dua tujuan pokok dari perhitungan harga pokok adalah :

1. memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan untuk membuat perencanaan jangka pendek yang optimal dalam bidang produksi dan penjualan (misalnya untuk bulan, triwulan atau satu tahun mendatang);

2. memperoleh data dan informasi untuk pengendalian proses produksi, terutama dengan maksud untuk memperoleh penghematan dalam perusahaan.

Tujuan lain dari perhitungan harga pokok adalah untuk menentukan nilai barang dalam pengerjaan dan barang jadi yang harus dicantumkan dalam neraca perusahaan.

Menurut Mulyadi (2005), harga pokok produksi adalah pengorbanan ekonomi untuk mengubah aktiva (berupa persediaan bahan baku) menjadi aktiva lain (berupa persediaan produk jadi). Secara teoritis tinggi rendahnya harga pokok akan menentukan harga jual. Beberapa tujuan dari perhitungan harga pokok adalah :

1. sebagai dasar untuk menetapkan harga jual di pasar; 2. untuk menetapkan laba yang akan diperoleh; 3. sebagai alat untuk melihat efisiensi proses produksi;

4. membuat keputusan untuk menerima atau menolak suatu pesanan.

Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. terdapat dua pendekatan untuk memperhitungkan unsur-unsur biaya dalam harga pokok produksi yaitu full costing dan variable costing (Mulyadi, 2005).

1. metode full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok


(50)

produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap;

2. metode variable costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel.

3.1.3 Harga Pokok Penjualan

Harga pokok penjualan adalah gambaran jumlah pengorbanan yang harus dijadikan pengorbanan oleh produsen pada waktu pertukaran barang dan jasa (Mulyadi, 2005). Harga pokok penjualan diperoleh dengan membandingkan total seluruh biaya dengan volume produk yang dihasilkan. Tujuan perhitungan harga pokok penjualan adalah sebagai dasar penetapan harga di pasar, untuk menetapkan pendapatan yang diperoleh pada proses pertukaran barang atau jasa dan sebagai alat untuk penilaian efisiensi pada proses produksi.

Menurut Manullang (1994), harga pokok penjualan adalah jumlah biaya seharusnya untuk memproduksikan suatu barang ditambah biaya seharusnya lainnya hingga barang itu berada di pasar. Tujuan dilakukannya perhitungan harga pokok adalah :

1. untuk menentukan harga jual;

2. untuk menetapkan efisien tidaknya suatu perusahaan; 3. untuk menentukan kebijakan dalam penjualan;

4. sebagai pedoman dalam pembelian alat-alat perlengkapan baru; 5. untuk perhitungan neraca.


(51)

3.1.4 Titik Impas

Menurut Riyanto (1995), analisis titik impas adalah suatu teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan. Analisis ini disebut juga “cost-profit-volume analysis” karena mempelajari hubungan antara biaya-keuntungan-volume kegiatan. Volume penjualan dimana penghasilannya (revenue) tepat sama besarnya dengan biaya totalnya, sehingga perusahaan tidak mendapatkan keuntungan atau menderita kerugian dinamakan break even point.

Dalam penghitungan titik impas perlu ditetapkan terlebih dahulu biaya variabel dan biaya tetap. Besarnya biaya variabel secara totalitas akan berubah-ubah sesuai dengan perberubah-ubahan volume produksi, sedangkan besarnya biaya tetap secara totalitas tidak mengalami perubahan meskipun ada perubahan volume produksi.

Menurut Riyanto (1995), dalam melakukan analisis titik impas, digunakan asumsi-asumsi dasar sebagai berikut :

1. biaya di dalam perusahaan dibagi dalam golongan biaya variabel dan golongan biaya tetap;

2. besarnya biaya variabel secara totalitas berubah-ubah secara proporsionil dengan volume produksi/penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel per unitnya adalah tetap sama;

3. besarnya biaya tetap secara totalitas tidak berubah meskipun ada perubahan volume produksi/penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah-ubah karena adanya perberubah-ubahan volume kegiatan;


(52)

4. harga jual per unit tidak berubah selama periode yang dianalisa;

5. perusahaan hanya memproduksi satu macam produk. Apabila diproduksi lebih dari satu macam produk, perimbangan penghasilan penjualan antara masing-masing produk atau “sales mix” nya adalah tetap konstan.

Gambar 1. Analisis Titik Impas secara Grafis

Sumber : Mulyadi, 2001 Keterangan :

P = Price (Harga) Y = Kuantitas Produk

TR = Total Revenue (Penerimaan Total) FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)

TC = Total Cost (Biaya Total)

3.1.5 Biaya Bersama

Biaya bersama dapat diartikan sebagai biaya overhead bersama (joint overhead cost) yang harus dialokasikan ke berbagai departemen, baik dalam perusahaan yang kegiatan produksinya berdasarkan pesanan maupun yang kegiatan produksinya dilakukan secara massa (Mulyadi, 2005).

Volume Penjualan (Satuan) Y

Rugi

Laba

FC TC Titik Impas

0 P

Biaya dan Penghasilan (Rp)


(53)

Biaya produk bersama (joint product cost) adalah biaya yang dikeluarkan sejak saat mula-mula bahan baku diolah sampai dengan saat berbagai macam produk dapat dipisahkan identitasnya. Biaya produk bersama ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.

Pengertian pertama biaya bersama tersebut di atas disebut biaya bergabung (common cost), sedangkan pengertian kedua disebut biaya bersama (joint cost). Biaya bergabung adalah biaya-biaya untuk memproduksi dua atau lebih produk yang terpisah (tidak diolah bersama) dengan fasilitas sama pada saat yang bersamaan. Biaya bergabung dan biaya bersama mempunyai satu perbedaan pokok yaitu bahwa biaya bergabung dapat diikuti jejak alirannya ke berbagai produk yang terpisah tersebut atas dasar sebab akibat, atau dengan cara menelusuri jejak penggunaan fasilitas. Biaya bergabung tidak meliputi biaya-biaya bahan baku dan biaya-biaya tenaga kerja langsung. Di lain pihak biaya-biaya bersama tidak dapat diikuti jejak alirannya ke berbagai macam produk yang dihasilkan dan meliputi biaya-biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Biaya bergabung merupakan biaya tak langsung dalam hubungannya dengan produk-produk yang dihasilkan.

Produk bersama adalah dua produk atau lebih yang diproduksi secara serentak dengan serangkaian proses atau dengan proses gabungan. Nilai jual (kuantitas kali harga jual per satuan) masing-masing produk bersama ini relatif sama, sehingga tidak ada di antara produk-produk yang dihasilkan tersebut dianggap sebagai produk utama ataupun sebagai produk sampingan.


(54)

Produk bersama dan produk sekutu memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Produk bersama dan produk sekutu merupakan tujuan utama kegiatan

produksi.

b. Harga jual produk bersama atau produk sekutu relatif tinggi bila dibandingkan dengan produk sampingan yang dihasilkan pada saat yang sama.

c. Dalam mengolah produk bersama tertentu, produsen tidak dapat menghindari diri untuk menghasilkan semua jenis produk bersama, jika ia ingin memproduksi hanya salah satu di antara produk bersama tersebut.

3.1.6 Struktur Pasar

Struktur pasar adalah suatu dimensi yang menjelaskan pengambilan keputusan oleh perusahaan atau industri, jumlah perusahaan dalam suatu pasar, distribusi perusahaan menurut berbagai ukuran, deskripsi produk atau diferensiasi produk, syarat-syarat masuk pasar atau penguasaan pangsa pasar. Struktur pasar dicirikan oleh : (1) konsentrasi pasar; (2) diferensiasi produk; (3) kebebasan untuk keluar masuk dalam pasar (Limbong dan Sitorus, 1987).

Empat karakteristik pasar yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan struktur pasar, yaitu : (1) jumlah penjual dan pembeli; apakah jumlah relatif banyak sehingga tidak terdapat seorang penjual yang dapat mempengaruhi harga. Atau sebaliknya jumlah penjual sedikit sehingga dapat mempengaruhi harga pasar. (2) keadaan produk yang diperjual belikan; apakah produk tersebut homogen, berbeda corak atau produk tersebut unik sehingga tidak ada penjual lain yang dapat mensubstitusikan komoditi yang dijual penjual tersebut. (3) kemudahan masuk dan keluar pasar; apakah perusahaan mudah masuk dalam


(55)

pasar jika terdapat keuntungan ekonomis atau perusahaan tersebut mudah keluar dari pasar seandainya tidak tercapai keuntungan normal. (4) pengetahuan konsumen terhadap harga dan struktur biaya produksi; apakah terdapat informasi harga yang wajar bagi konsumen atau tidak ada informasi harga yang memadai sehingga memungkinkan perusahaan untuk melakukan diskriminasi harga.

Struktur pasar sangat diperlukan dalam analisis sistem pemasaran karena melalui analisis struktur pasar, secara otomatis akan dapat dijelaskan bagaimana perilaku partisipan (pembeli dan penjual) yang terlibat (market conduct) dan akan menunjukkan keragaan yang terjadi akibat dari struktur dan perilaku pasar yang ada dalam sistem pemasaran tersebut (market performance).

Menurut (Halcrow, 1981), ditinjau dari sisi penjual secara umum modal pasar dibedakan menjadi persaingan murni, persaingan monopolistik, dan monopoli. Model pasar persaingan murni, seringkali disebut sebagai pasar persaingan sempurna, sedangkan model-model pasar lainnya disebut pasar persaingan tidak sempurna.

1. Persaingan Murni

Pasar persaingan murni mempunyai karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

1) Penjual dalam jumlah yang besar satu sama lain, sehingga pada umumnya penjual produk dilakukan dalam pasar terstruktur atau organisasi tinggi.

2) Perusahaan-perusahaan yang bersaing menstandarisasi produk yang akan dijual. Standarisasi produk ini dapat juga berupa pembagian dalam kelas-kelas atau grade-grade tertentu untuk dipasarkan. Sebagai contoh, biji-bijian dan lemak dijual dalam bentuk kelas-kelas atau grade-grade tertentu.


(56)

Produk-produk pertanian dapat diidentifikasi berdasar warna, tekstur, bau, atau aroma karakteristik lainnya. Dalam kelas atau grade tertentu, pembeli tidak dapat membedakan produk yang dijual oleh produsen satu dengan produk yang dijual oleh produsen lainnya.

3) Masing-masing produsen secara individual dianggap kecil atau tidak dapat mempengaruhi pasar. Hal ini terjadi apabila jumlah produsen cukup besar dan produk-produk yang dijual sudah distandarisasi. Kondisi semacam ini pada umumnya dijumpai pada usahatani. Kecuali terjadi bilamana petani juga menjalankan fungsi-fungsi pemasaran seperti pengangkutan sayur-sayuran dan buah-buahan atau mensuplai telur kepada konsumen secara tetap. Perkecualian ini sering terjadi pada usahatani (biasanya dalam skala besar) yang melakukan kombinasi atau integrasi dengan perusahaan pengolahan pemasaran, di mana dapat menjual dalam jumlah besar, pemasaran sistem kontrak bahkan memotong struktur pasar persaingan murni.

4) Ada kebebasan perusahaan untuk masuk dan keluar pasar. Hal ini berarti tidak ada pembatasan seperti surat ijin, quota perdagangan ataupun pengawasan pemerintah daerah. Perusahaan bebas masuk dalam pasar untuk menjual barang tanpa ijin pada pemerintah atau lembaga-lembaga lainnya. Kondisi ini dijumpai pada semua negara kapitalis, sebagian besar negara-negara sosialis, demokrasi, dan sebagian kecil negara-negara komunis.

5) Produk-produk yang dijual hádala homogen atau identik (identical product) atau produk-produk yang dipasarkan dibedakan menurut kelas dan grade-grade tertentu, sehungga tidak memungkinkan perusahaan-perusahaan


(57)

melakukan persaingan selain persaingan harga. Jadi promosi dan advertensi tidak perlu dilakukan karena barang yang dijual homogen.

2. Persaingan monopolistik

Perbedaan antara pasar persaingan murni dengan persaingan monopolistik terletak pada perbedaan produk. Pada pasar persaingan monopolistik produk yang dijual berbeda corak (product differentiation). Perbedaan ini tidak saja menyangkut perbedaan fisik produk yang dijual, tetapi juga proses identifikasi seperti hak pakai nama, hak patent dan pengakuan mutu produk yang lebih baik oleh penjual lainnya.

Persaingan monopolistik mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1) Jumlah perusahaan secara nasional relatif sedikit yaitu berkisar antara 25 sampai 30 perusahaan. Masing-masing perusahaan mempunyai bagian pasar (market share) yang sangat kecil.

2) Produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan secara perseorangan berbeda corak. Perbedaan ini dapat berupa perbedaan fisik (real) atau perbedaan bukan fisik (imaginary), yang terpenting perbedaan ini dapat mempengaruhi pemikiran pembeli. Pemasaran bahan makanan merupakan pemasaran produk-produk yang berbeda corak.

3) Perusahaan-perusahaan persaingan monopolistik tidak saja dibatasi oleh harga produk, tetapi juga oleh faktor-faktor lain. Walaupun ada perbedaan nyata di antara produk-produk yang dihasilkan, tetapi produsen tidak bisa menaikkan harga produknya terlalu tinggi sebab pembeli akan beralih membeli produk-produk lainnya.


(58)

4) Peluang masuk pasar pada persaingan monopolistik pada umumnya relatif sulit dibandingkan dengan pasar persaingan murni. Hal ini disebabkan produk-produk yang berbeda corak. Advertensi sangat diperlukan untuk mempromosikan barang-barang baru yang masuk dalam pasar. Biaya advertensi walaupun sangat mahal tidak menjamin terjadinya peningkatan volume pemasaran.

5) Oleh karena barang-barang yang dijual berbeda corak, maka persaingan di antara perusahaan tidak saja menyangkut harga tetapi juga faktor-faktor lainnya.

3. Oligopoli

Oligopoli berasal dari bahasa Yunani yaitu olig = sedikit dan polist = penjual, oligopoli artinya sedikit penjual. Industri perbekalan usahatani seperti perusahaan mesin-mesin pertanian, perusahaan bahan-bahan kimia pertanian dan perusahaan sejenis lainnya cenderung bersifat oligopoli. Karakteristik terpenting yang perlu diperhatikan bahwa dalam oligopoli terdapat ketergantungan dalam penentuan harga dan praktek-praktek pemasaran.

Pasar oligopoli mempunyai karakteristik sebagai beriktu:

1) Pada pasar oligopoli terdapat sedikit perusahaan tetapi mendominasi pasar produk.

2) Pelaku-pelaku oligopoli biasanya memproduksi barang dengan standarisasi yang sebenarnya ataupun barang-barang yang berbeda corak. Bahan baku untuk memproduksi barang tersebut umumnya distandarisasi secara cermat berdasarkan kelas dan grade tertentu sehingga pada umumnya konsumen dapat dengan mudah membedakan barang-barang yang berbeda corak yang


(59)

dihasilkan pelaku-pelaku oligopoli. Tingkat standarisasi atau dominasi berpengaruh terhadap harga dan praktek-praktek pasar dari persaingan antar perusahaan.

3) Tingkat pengawasan terhadap harga terbatas atau dibatasi ketergantungan antar perusahaan yang menguntungkan. Pelaku-pelaku oligopoli pada umumnya menghindari agresivitas persaingan harga yang dapat menimbulkan perang harga.

4) Rintangan masuk dalam pasar sangat selektif, hal ini merupakan karakteristik penting pasar oligopoli.

5) Biaya yang dikeluarkan untuk advertensi dan promosi perdagangan pada umumnya tinggi, terutama di antara pelaku-pelaku oligopoli yang menjual produk-produk yang berbeda corak.

4. Monopoli

Secara tegas monopoli dapat dikatakan satu perusahaan dalam suatu pasar, monopoli sangat jarang sekali dibutuhkan. Tetapi kondisi-kondisi seperti monopoli sangat penting di sektor pertanian.

Pasar monopoli mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1) Konsep monopoli murni penting secara teori dan kondisi pertanian yang bersifat monopoli atau mendekati monopoli dijumpai pada berbagai bidang seperti transportasi, tenaga listrik dan komunikasi.

2) Barang-barang yang dihasilkan monooli bersifat unik, artinya tidak dijumpai barang-barang substitusi. Meskipun keadaan monopoli ditentukan oleh penjual, tetapi tidak semua pembeli kena dampak dari tindakan penjual monopoli tersebut.


(60)

3) Penjual monopolis bersifat sebagai penentu harga perlu diatur secara umum atau penentuan harga secara kelembagaan.

4) Keberadaan monopoli tergantung dari perlindungan terhadap masuknya perusahaan baru ke dalam pasar. Perlindungan ini dapat bersifat ekonomis, legalisasi, dan teknologi.

5) Perusahaan yang bertindak sebagai monopolis memerlukan atau tidak memerlukan biaya advertensi dan promosi penjualan. Hal ini tergantung dari situasi pasar dan besarnya biaya advertensi dan promosi penjualan.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

PT Anugerah Bumi Persada merupakan perusahaan yang melakukan usaha sayuran Jepang organik di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Tujuan usaha adalah memaksimalkan keuntungan yang diperoleh dari penjualan sayuran Jepang organik dan mempertahankan usaha tetap berkesinambungan bahkan ingin menjadikan usaha semakin berkembang.

Tujuan komersial dari perusahaan dimulai dengan kegiatan operasional perusahaan. Kegiatan operasional berupa penyediaan input yang diperlukan, kegiatan usahatani, sampai pemasaran sayuran kepada konsumen melalui supermarket. Semua kegiatan berkaitan satu sama lain dalam upaya memperoleh keuntungan perusahaan.

Dalam kegiatan produksi akan dikeluarkan biaya-biaya yang terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. Pemisahan antara kedua biaya tersebut sangat penting karena dengan demikian perusahaan dapat mengetahui jumlah dan jenis pengeluaran yang digunakan dalam proses produksi kemudian harga pokok


(1)

Lampiran 1. Tabel Klasifikasi Biaya Tetap dan Variabel PT ABP Periode Maret 2007-Februari 2008

Jenis Biaya Biaya

Tetap Variabel

Pembelian benih √

Pembelian pupuk √

Gaji tenaga ahli √

Gaji pegawai lapangan √

Biaya kesejahteraan pegawai √

Pembelian peralatan kerja √

Biaya perbaikan fasilitas kebun √

Biaya listrik √

biaya keamanan √

Biaya transportasi pegawai √

Biaya penyusutan peralatan √ Biaya penyusutan kendaraan √ Biaya penyusutan Fasilitas kebun (Green house) √

Sewa Lahan 2,8 ha √

Gaji karyawan pemasaran √

Kesejahteraan karyawan √

Biaya packaging √

Biaya transportasi pemasaran √

Maintenance Kendaraan √

Biaya komunikasi √

Biaya promosi √

Biaya listrik chiller dan sewa tempat √ Gaji manajemen administrasi √

Gaji karyawan administrasi √

Kesejahteraan karyawan √

Biaya peralatan kantor dan kerja √


(2)

Lampiran 2. Tabel Komponen Biaya Penyusutan Peralatan PT ABP Periode Maret 2007-Februari 2008

Nama Peralatan Jumlah Harga Satuan (Rp) Total (Rp) Umur (Tahun) Penyusutan (Rp)

Sprayer gendong SWAN 1 350.000 350.000 5 70.000

PH meter soil tester 1 1.500.000 1.500.000 2 750.000

Timbangan elektronik 1 3.000.000 3.000.000 10 300.000

Timbangan 20 kg 1 800.000 800.000 10 80.000

Meja 4 10.000 40.000 1 40.000

Bangku 3 15.000 45.000 1 45.000

Meja wrapping 2 10.000 20.000 2 10.000

Jam dinding 1 18.000 18.000 3 6.000

Gurinda elektrik tangan 1 900.000 900.000 3 30.000

Gurinda elektrik duduk 2 1.500.000 3.000.000 3 1.000.000

Kapak 3 22.500 67.500 3 22.500

Tang 2 10.000 20.000 3 6.667

Linggis kecil 1 6.000 6.000 5 1.200

Komputer 1 1.000.000 1.000.000 4 250.000

Total Penyusutan 2.881.367

Tabel Biaya Penyusutan PT ABP Periode Maret 2007-Februari 2008

Komponen Jumlah Harga beli (Rp) Total biaya (Rp) Umur (Tahun) Nilai Sisa (Rp) Biaya penyusutan/Tahun (Rp)

Green House 22 2.000.000 44.000.000 4 0 11.000.000

Kendaraan Pemasaran 1 180.000.000 180.000.000 8 0 22.500.000

Peralatan kerja 2.881.367


(3)

Lampiran 3. Tabel Data Penjualan PT ABP Periode Maret 2007-Februari 2008 (dalam Kilogram)

No Jenis Sayuran

Maret 07

April 07

Mei 07

Juni 07

Juli 07

Agust 07

Sept 07

Okt 07

Nov 07

Des 07

Jan 08

Febr 08

Volume 1 Tahun

(Kg) Harga (Rp)

Volume X Harga (Rp) 1 Horenso 200 250 300 300 250 250 300 300 300 200 250 300 3.200 29.500 94.400.000 2 Tomat Apel 200 200 250 300 300 300 300 300 200 100 40 40 2.530 27.500 69.575.000

3 Brokoli 20 40 40 60 80 100 150 200 250 300 1.240 22.500 27.900.000

4 Hakusai 180 160 160 160 180 200 200 150 200 200 300 300 2.390 52.500 125.475.000

5 Kol 160 140 140 180 160 200 150 120 80 30 50 160 1.570 22.500 35.325.000

6 Wortel 20 20 20 20 30 40 40 40 50 60 60 80 480 22.500 10.800.000

7 Komatsuna 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 60 500 27.500 13.750.000

8 Pakcoi Hijau 20 20 20 20 20 30 50 180 27.500 4.950.000

9 Kyuri 60 70 60 60 70 70 70 70 70 50 60 100 810 27.500 22.275.000

10 Daun Selada 20 20 40 40 60 60 40 20 30 20 20 30 400 27.500 11.000.000

11 Negi 10 10 20 20 20 30 30 40 50 230 27.500 6.325.000

12 Daikon 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 100 100 700 44.500 31.150.000

13 Baby Buncis 5 15 20 22.500 450.000

14 Tomat Cherry 40 40 40 40 40 40 40 40 40 20 380 29.500 11.210.000

15 Kabocha 20 20 20 20 40 40 30 30 20 30 270 29.500 7.965.000

16 Asparagus 5 10 20 10 5 50 59.500 2.975.000

17 Kokabu 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 50 450 22.500 10.125.000

18 Nira 15 10 15 20 20 20 20 20 20 25 30 30 245 44.500 10.902.500

19 Cabe Rawit 10 15 25 25 25 20 25 25 20 190 27.500 5.225.000

20 Kangkung 20 30 50 22.500 1.125.000


(4)

Lampiran 4. Analisis Titik Impas

Biaya Tetap (Rp) = 219.281.367 Biaya Variabel (Rp) = 256.100.000 Hasil Penjualan (Rp) = 502.902.500

Titik Impas (Rp) =

Penjualan Hasil

Variabel Biaya

1

Tetap Biaya

0

502.902.50

0

256.100.00

1

7

219.281.36

=


(5)

Lampiran 5. Analisis Marginal Income Ratio (MIR), Margin of Safety (MOS) dan Profitabilitas Usaha

a. Analisis Marginal Income Ratio (MIR) Biaya Variabel (Rp) = 256.100.000 Hasil Penjualan (Rp) = 502.902.500

MIR (%) = 100%

Penjualan Hasil

Variabel Biaya

1− ×

= 100%

0 502.902.50

0 256.100.00

1− ×

= 49,07

b. Analisis Margin of Safety (MOS) BEP (Rp) = 446.823.463

MOS (%) = 100%

Penjualan Hasil

Impas Titik pada Penjualan Penjualan

Hasil×

= 100%

0 502.902.50

3 446.823.46 0

502.902.50 − ×

= 11,15

c. Profitabilitas Usaha MIR (%) = 49,07 MOS (%) = 11,15

Profit (%) = MIR ×MOS × 100% = 49,07 × 11,15 × 100%


(6)

Keterangan: PS : Pos ronda

TL : Pusat Terminal listrik P : Bak penampungan air Blok

A

Blok B3

Blok C1

Blok C2

Blok D1

B2.0 B3.0

Mess

Work shop panen

Vila

Blok E5

Blok E4

Work shop pupuk

Kandang

Blok E3

Blok E2

Blok E1

Blok D2

Tanaman Buah Musola

Blok H2

Blok H1

Blok G2

Blok G1 Blok

B2 Blok

B1

B1.0

P

Blok I ps

TL F