Pemulihan citra Koreksi radiometrik Penajaman citra

3.4.1 Pengolahan citra awal 3.4.1.1 Pemotongan citra image croping Pengolahan data citra satelit diawali dengan pemotongan data citra yang bertujuan untuk membatasi daerah sesuai dengan lokasi penelitian. Perekaman daerah oleh sensor satelit mencakup daerah rekaman yang sesuai dengan luasan sapuan sensor, oleh karena itu perlu adanya pembatasan daerah pada citra cropping sesuai kebutuhan penggunanya.

3.4.1.2 Pemulihan citra Koreksi radiometrik

Koreksi radiometrik dilakukan untuk menghilangkan faktor-faktor yang menurunkan kualitas citra, yaitu faktor gangguan atmosfer, sudut elevasi matahari, dan kesalahan respon detektor pada saat penyiaman. Koreksi radiometrik ini dilakukan dengan teknik histogram adjusment. Teknik ini didasarkan pada pengurangan nilai digital sebesar bias dari masing-masing band. Nilai bias adalah nilai digital terendah pada setiap band, nilai bias diasumsikan sama dengan besarnya pengaruh atmosfer terhadap gelombang cahaya. Pada metode ini ditetapkan bahwa respon spektral terendah pada setiap band nilainya adalah nol. Secara matematis, koreksi pengaruh atmosfer dengan pengaturan histogram dapat dilihat pada persamaan berikut: DN i,j,koutput terkoreksi = DN i,j,kinput asli – bias dimana: DN = Nilai Digital Number i = Baris j = Kolom k = Input nilai Bias = Nilai digital terendah

3.4.1.3 Penajaman citra

image enhancement Penajaman citra secara digital merupakan proses penggabungan informasi dari dua citra secara spektral melalui band rasioning menghitung perbandingan nilai digital pixel setiap band. Penajaman citra dilakukan untuk meningkatkan informasi pada citra sehingga dapat membedakan objek yang ada dalam citra yang menjadi parameter kesesuaian lahan. Pada penelitian ini penajaman citra menggunakan metode FCC false color composite dan menggunakan algoritma- algoritma yang sesuai untuk kebutuhan analisis. Penajaman citra pada substrat perairan dangkal dan kecerahan perairan sebagai berikut:

1. Penajaman citra untuk substrat perairan dangkal

Pada penelitian ini penajaman citra terumbu karang menggunakan algoritma Lyzenga sebagaimana yang pernah digunakan oleh Siregar 1996 untuk pemetaan terumbu karang di Kepulauan Seribu. Algoritma yang digunakan merupakan hasil turunan “Standart Exponential Attenuation Model” dengan bentuk perumusan sebagai berikut : Y = ln TM 1 + k i k j ln TM 2 ............................................1 Y = Citra hasil ekstraksi dasar perairan TM 1 = Kanal pertama sinar tampak dari LANDSAT 7 - ETM TM 2 = Kanal kedua sinar tampak dari LANDSAT 7 - ETM k i k j = Koefisien Atenuasi Perairan Pada ekstraksi terumbu karang FCC false color composit yang digunakan adalah kombinasi kanal dari kanal 4, kanal 2, dan kanal 1. Kanal 4 berfungsi untuk membedakan antara daratan dan lautan. Kanal 2 dan kanal 1 mampu menembus kolom perairan sehingga dapat mendeteksi terumbu karang yang berada di bawah permukaan air. Proses komposit citra ini dilakukan untuk