5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Pengolahan awal citra image pre-processing
5.1.1 Substrat perairan dangkal
Pemetaan terumbu karang memanfaatkan sifat radiasi elektromagnetik pada daerah spektrum sinar tampak. Spektrum sinar tampak dapat menembus air
sehingga dapat digunakan untuk mendeteksi terumbu karang Susilo, 2006. Penentuan terumbu karang dapat dilihat dengan menggunakan kombinasi
komposit RGB 321 dan akan semakin jelas dengan komposit RGB 421. Langkah selanjutnya dilakukan penajaman histogram sehingga didapatkan
gambaran umum mengenai substrat perairan dangkal yang ditunjukkan dengan warna cyan biru tegas. Kedua kombinasi tersebut hanya memberikan gambaran
secara umum tentang keberadaan substrat perairan dangkal seperti terumbu karang, pasir dan lamun.
Penampakan substrat dasar perairan dangkal akan semakin maksimal dengan metode penajaman multiimage yaitu mengkombinasikan kanal 1 dan kanal 2
berdasarkan penurunan algoritma ”Standard Exponential Attenuation Model”. Pada metode penajaman multiimage ini, nilai digital dari kanal 1 dan kanal 2
harus diekstrak untuk memperoleh nilai rasio koefisien attenuasi k
i
k
j
. Pada saat pengolahan data citra untuk terumbu karang diperoleh nilai koefisien attenuasi
k
i
k
j
sebesar 1,082328 perhitungan disertakan pada Lampiran 2. Dengan demikian persamaan algoritma yang digunakan untuk penajaman citra adalah Y=
ln TM
1
+ 1.082328ln TM
2
. Rentangan perbedaan warna hasil transformasi algoritma Lyzenga
menunjukkan kelas-kelas substrat dasar perairan. Banyaknya kelas tersebut
Nilai digital Jumlah pixel
terlihat pada histogram yang diwakili oleh puncak-puncak nilai pixel yang dominan yaitu dengan kisaran nilai digital antara 8,185-9,485. Kisaran nilai
digital terumbu karang antara 8,185 – 8,476, kisaran nilai digital karang mati antara 8,476 – 8,811 dan kisaran nilai digital pasir 8,811.
Citra RGB 421, citra hasil transformasi Lyzenga dan histogram hasil transformasi Lyzenga dapat
dilihat pada Gambar 9.
a b
8,184865 9,484505
c Gambar 9. Citra RGB 421 a, citra hasil transformasi Lyzenga b dan
histogram hasil transformasi Lyzenga c.
Pada peta klasifikasi substrat dasar perairan terlihat substrat dasar perairan menyebar di sepanjang perairan Pulau Weh. Substrat karang hidup yang
ditunjukkan oleh warna hijau terlihat pada pantai timur dan barat Pulau Weh, kawasan wisata Batee Meuronon, Lhok Weng, Rubiah Channel, Rubiah Sea
Garden, Ujung Serawan dan Jaboi. Substrat karang mati yang ditunjukkan dengan warna merah banyak
ditemukan di pantai barat Pulau Weh, Lhong Angen, Iboh, Teluk Sabang, Teluk Balohan, Jaboi dan Paya keunekei. Teluk Balohan dan Teluk Sabang merupakan
wilayah pelabuhan pelayaran komersial. Pada daerah ini banyak ditemukan terumbu karang mati karena lingkungan perairannya memiliki kondisi yang
melebihi faktor pembatas bagi tumbuhnya terumbu karang. Substrat pasir terlihat di sepanjang pantai barat Pulau Weh, pantai Iboh, Teluk Sabang, Teluk Balohan,
Jaboi dan Paya Keunekei. Luas turunan substrat perairan dangkal dapat dilihat pada Tabel 10 dan peta sebaran substrat perairan dangkal dapat dilihat pada
Gambar 11. Tabel 10. Luas turunan substrat perairan dangkal di Pulau Weh
Substrat dangkal Jumlah sel
Hektar Karang hidup
8.325 749,25
Karang mati 6.655
598,95 Pasir
6.836 615,24
Sepanjang pesisir Pulau Weh tidak ditemukan adanya sebaran lamun. Hal ini disebabkan keadaan topografi pesisir pulau yang sebagian besar bertebing dan
berbatu. Mengacu pada sifat tumbuhan lamun yang tumbuh pada daerah berpasir,
Nilai digital Jumlah pixel
berlumpur atau keduanya tidak memungkinkan tumbuhnya vegetasi lamun pada daerah ini.
5.1.2 Kecerahan perairan