Penentuan skor indikator variabel kerentanan Analisis tingkat kerentanan

mempertahankan tingkat perlakuan yang harus ditetapkan. Pembatas ini akan meningkatkan tingkatan perlakuan yang diperlukan. Kelas S 3 : Sesuai bersyarat marginally suitable Daerah ini mempunyai pembatas penghambat yang serius untuk mempertahankan tingkat perlakuan yang harus ditetapkan. Pembatas akan lebih meningkatkan masukan tingkatan perlakuan yang diperlukan. Kelas N : Tidak sesuai not suitable Daerah ini mempunyai pembatas penghambat permanen sehingga mencegah segala kemungkinan perlakuan. 3.6 Analisis data lapangan 3.6.1 Persentase penutupan terumbu karang Persentase penutupan terumbu karang dihitung menggunakan rumus English et. al., 1997: 100 x N L L i = ……………………………………. 6 L = persentase penutupan karang L i = panjang life form jenis kategori ke-i N = panjang transek 50 m

3.6.2 Indeks kerentanan vulnerability

3.6.2.1 Penentuan skor indikator variabel kerentanan

Coastal indexindeks pantai adalah rasio antara panjang garis pantai km dengan luas pulau km 2 dikalikan 1000 km. Indeks resiko permukaan lauttenggelam adalah lahan yang ketinggiannya 5 m dari permukaan laut MSL dibagi 10 UNEP, 2003. Indeks isolasi pulau adalah akar kuadrat jarak ke pulau seukuran atau yang lebih besar yang terdekat + ke gugus pulau terdekat + ke benua dalam km. Skor yang diberikan terhadap indikator ini mengacu pada UNEP, 2003 yaitu 0-149. Indeks ancaman bencana kerentanan adalah penjumlahan msing-masing nilai satu pada setiap jenis ancaman berikut ini skor 0-6 yaitu badai laut; letusan gunung berapi; gempa bumi, tsunami dan tanah longsor; kekeringan yang berat; kerentanan terhadap kebakaran hutan; resiko tinggi terhadap tumpahan minyak UNEP, 2003. Indeks keunikan lingkungan adalah penjumlahan dari masing-masing nilai satu pada setiap jenis keunikan berikut ini skor 0-12 yaitu tempat bersarangnyaberkumpulnya burung laut; tempat bersarangnyaberkumpulnya penyu; tempat berkumpulnya mamalia laut; gunung berapi yang aktif; bentuk tanjung yang unik; bentuk teluk yang unik; goa; danau; sumber air panas; binatang endemikkhas; tumbuhan yang khas; lokasi migrasi ikan katadromous dan Anadromous. Indeks ancaman manusia Human ThreatHT dihitung berdasarkan populasi yang bekerja di pertanian, perikanan dan pertambangan dibagi dengan 10. Indeks pertumbuhan penduduk mengukur rata-rata pertumbuhan penduduk per tahun selama 5 tahun terakhir. Indeks pariwisata diukur dengan rata-rata per tahun jumlah wisatawan per km 2 selama 5 tahun terakhir. Masing-masing indikator di atas kemudian dibuat skor dengan kategori sebagaimana tercantum pada Tabel 5 SOPAC, 2004. Nilai skor untuk seluruh variable yang didapatkan di lapangan kemudian dianalisis menggunakan metode sidik kriteria ganda untuk mendapatkan satu nilai kerentanan Pulau Weh.

3.6.2.2 Analisis tingkat kerentanan

Tingkat kerentanan lingkungan pulau dianalisis menggunakan metode sidik kriteria ganda. Metode Sidik Kriteria Ganda SKG atau Multi Criteria Analysis MCA telah lama dikenal, tetapi pada metode SKG yang lama standarisasi skornya tidak lengkap dan sangat bergantung kepada data yang dianalisis. Dengan metode standarisasi skor seperti itu maka nilai akhir skor tidak standar untuk lokasi lain tetapi hanya relatif satu terhadap lainnya dari lokasi yang diteliti. Agar nilai skor akhir berlaku umum baku maka perlu ditambahkan 2 ”pulau hipotesis” sebagai obyek standar. Dua ”pulau hipotesis standar” tersebut akan dijelaskan di bawah ini. Perlu diingat bahwa standarisasi skor diperlukan mengingat nilai dari atribut yang satu dengan atribut yang lain berbeda ukuran atau satuan. Prosedur pertama yang harus dilakukan adalah membuat matriks yang kolomnya adalah atribut dan barisnya adalah obyek pulau yang diteliti, termasuk 2 ”pulau hipotesis” dan bobot dari setiap atribut. Dua pulau hipotesis tersebut adalah pulau terrentan “highest” dan pulau paling tahan “lowest”. Nilai di dalam matriks tersebut adalah nilai pengamatan di lapangan untuk setiap atribut pada setiap pulau yang bersangkutan. Prosedur berikutnya adalah standarisasi nilai atribut. Pada metode SKG yang lama, metode standarisasi nilai untuk setiap atribut ke-i pada setiap pulau ke-m dilakukan dengan rumus : i i i im im x x x x X min max min − − = …………………………….. 7 X im = Nilai skor standar pada atribut ke-i dan pulau ke-m x im = Nilai asli sebelum standarisasi atribut ke-i dan pulau ke-m max x i = Nilai maksimum pada atribut ke-i min x i = Nilai minimum pada atribut ke-i Karena nilai max x i dan nilai min x i diambil dari data pulau-pulau yang diteliti maka nilai skor X im tidak bersifat absolut yang berlaku untuk seluruh pulau-pulau kecil tetapi hanya bersifat relatif dari pulau-pulau yang diteliti. Hal ini berarti nilai skor tersebut tidak baku tidak standar. Hal ini pada akhirnya berimplikasi pada nilai indeks akhir yang juga tidak baku. Oleh karena itu nilai max x i dan nilai min x i harus menggunakan nilai standar yang dapat berlaku untuk semua pulau-pulau kecil. Agar nilai akhir indeks kerentanan berlaku standar, pada setiap atribut ke-i harus dicari nilai x i standar tertinggi highest x i dan juga nilai standar yang dapat dianggap merupakan nilai yang paling rendah lowest x i . Dengan demikian terdapat dua pulau ”hipotesis”, yaitu pulau ”highest” dan pulau ”lowest”, yang harus dimasukkan ke dalam analisis, yaitu ”pulau yang seluruh nilai atributnya adalah standar tertinggi, dan ”pulau” yang seluruh nilai atributnya adalah standar terendah. Melalui standarisasi seperti ini maka seluruh nilai atribut dibuat dalam skala yang sama dan baku sehingga dapat dijumlahkan dan hasil akhir indeks yang dihasilkan juga bersifat standar dan berlaku umum. Hal ini merupakan modifikasi formula awal MCA dan dapat dirumuskan sebagai berikut: IKR m = ∑ W i X im ....................................................... 8 IKR m = Indeks kerentanan pulau ke-m W i = Bobot standar setiap atribut ke-i X im = Nilai skor standar setiap atribut ke-i pada pulau ke-m. Nilai bobot weight untuk masing-masing atribut mencerminkan pentingnya atribut tersebut di dalam menentukan kerentanan pulau. Nilai bobot ini dapat diberikan berdasarkan pertimbangan penilai exogenous atau berdasarkan analisis dari data yang ada. Di dalam penelitian ini nilai bobot setiap atribut diasumsikan sama. Agar nilai bobot ini menjadi standar dan jumlahnya sama dengan satu maka perlu dilakukan standarisasi nilai bobot terlebih dahulu. Prosedur standarisasi nilai bobot setiap atribut W i adalah:         = ∑ i i i w w W …………………………………............ 9 w i = Bobot atribut ke-i sebelum standarisasi W i = Bobot standar atribut ke-i; 0 W i 1; ∑ W i = 1. Metode sidik kriteria ganda telah banyak digunakan diberbagai bidang. Susilo 2006 misalnya menggunakan metode ini untuk menentukan tingkat keberlanjutan pembangunan pulau-pulau kecil. Penentuan tingkat kerentanan berdasarkan nilai indeks kerentanan didalam penelitian ini juga mengacu pada Susilo 2006 yaitu: Kategori sangat rentan very vulnerable = jika 0,75 IKR Kategori rentan vulnerable = jika 0,51 IKR ≤ 0,75 Kategori tahan resilience = jika 0,26 IKR ≤ 0,50 Kategori sangat tahan very resilience = jika IKR ≤ 0,25 45 4 5 Tabel 5. Penentuan skor untuk masing-masing indikator variabel dalam kerangka penyusunan indeks kerentanan Nilai Skor Variabel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Indeks pantai - 7,4 7,4-20,1 20,1-54,6 54,6-148,4 148,4-403,4 403,4-1096,6 1096,6 - - Indeks resiko permukaan laut 0-10 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81- 90 91- 100 Indeks isolasi pulau 0-149 Indeks ancaman bencana 0-6 Indeks kekayaan ekosistem 5 5-13 14-22 23-31 32-40 40 - - - - Indeks keunikan lingkungan 0-12 Indeks ancaman manusia 0-10 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81- 90 91- 100 Indeks pertumbuhan penduduk - -0,5 -0,5-0 0-0,5 0,5-1 1-1,5 1,5-2 2 - - Indeks kepadatan penduduk - 19,1 19,1-32,0 32,1-53,5 53,6-89,0 89,1-147,5 147,6-243,5 243,6 - - Indeks luas pulau - 55 55-403 404-3000 3000- 22000 22000- 163000 163000- 1200000 1200000 - - Indeks pariwisata - 148 148-200 200-270 270-365 365-445 445-601 601 - - Sumber: SOPAC, 2004

4. DESKRIPSI UMUM LOKASI PENELITIAN