4. DESKRIPSI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Posisi geografis, luas dan batas wilayah lokasi penelitian
Pulau Sabang atau dikenal dengan Pulau Weh merupakan bagian dari Kota Sabang Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Wilayah administrasi Kota Sabang
secara geografis terletak di antara 95° 13 02 dan 95° 22 36 Bujur Timur, dan antara 05° 46 28 dan 05° 54 28 Lintang Utara. Berdasarkan letak geografis
Indonesia, wilayah Kota Sabang merupakan wilayah administratif paling barat, dan berbatasan langsung dengan negara tetangga yaitu Malaysia, Thailand dan
India. Pulau Weh berada pada ketinggian rata-rata 28 meter di atas permukaan laut, berbatasan dengan Selat Malaka di Utara dan Timur, Samudera Hindia di
Selatan dan Barat. Pulau Weh dikenal dengan slogan: Point Of Zero Kilometer Republic Indonesia Titik Nol Kilometer Indonesia, ditandai dengan didirikan
monumen untuk menandai dimulainya perhitungan jarak dan luas teritorial Negara Republik Indonesia Bappeda, 2004.
Wilayah Kota Sabang terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Sukakarya dan Sukajaya. Kecamatan Sukajaya terdiri dari 10 kelurahan, yaitu Kelurahan Paya,
Keuneukai, Beurawang, Jaboi, Balohan, Cot Abeuk, Cot Bau, Anoi Itam, Ujong Kareung, dan Le Meulee. Kecamatan Sukakarya terdiri dari 8 kelurahan, yaitu
Kelurahan Iboih, Batee Shok, Paya Seunara, Krueng Raya, Aneuk Laot, Kota Bawah Timur, Kota Bawah Barat, dan Kota Atas Bappeda, 2004. Wilayah
administrasi Kota Sabang terdiri atas 5 lima buah pulau yaitu Pulau Sabang 153 km
2
, Pulau Rubiah 0,357 km
2
, Pulau Seulako 0,055 km
2
, Pulau Klah 0,186 km
2
, dan Pulau Rondo 0,650 km
2
.
4.2. Kondisi fisik Pulau Weh 4.2.1 Topografi
Keadaan topografi kota Sabang terdiri dari 3 daratan rendah, 10 daratan bergelombang, 35 berbukit sampai bergunung, dan 52 merupakan daerah
terjal BPS, 2003. Pantai yang dimiliki Pulau Weh umumnya pantai yang tinggi dan curam dengan kedalaman laut secara alami cukup dalam. Kemiringan lebih
dari 25 di Kota Sabang hampir meliputi 40 luas kota. Di daerah Pulau Weh bagian barat dan di tengah-tengah pulau bagian timur merupakan daerah yang
berbukit dan bergelombang dengan kemiringan lebih dari 15. Kawasan Pelabuhan Sabang sendiri memiliki topografi relatif datar di sepanjang pantai
Teluk Sabang yang membentang dari arah timur ke barat, sementara kira-kira sejauh 2 km ke arah utara, topografi kawasan mulai berbukit-bukit BPKS, 2005.
4.2.2 Geologi dan tanah
Kondisi geologis Pulau Weh terdiri dari 70 batuan vulkanis, 27 batuan sedimen, dan 3 endapan aluvial BPS, 2003. Pulau Weh termasuk sebuah
pulau gunung api muda yang berada pada jalur arogen Sunda yang membentuk kerucut-kerucut gunung api seperti G.Leumo Matee, Semereuguh dan Kulam
yang terdiri dari lava bersifat andesitis-dasitis. Aktivitas tektonik masa lalu mengakibatkan terbentuknya zona graben Teluk Sabang-Balohan maupun Lhok
Pria Laot Dirasutisna dan Hasan, 2005. Jenis tanah pada kawasan Kota Sabang didominasi oleh jenis tanah latosol
yang terdiri dari latosol cokelat, latosol cokelat kemerahan, latosol merah, dan asosiasi latosol cokelat kemerahan dengan laterit air tanah. Berdasarkan
pengamatan di lapangan, diketahui Pulau Weh sebagian besar dikelilingi bukit dan
di sepanjang pantai penuh dengan batu-batuan. Substrat sekeliling pantai berupa pasir putih dan pecahan karang, sedangkan Pantai Anoi Itam merupakan satu-
satunya pantai yang berpasir hitam.
4.2.3 Kondisi pasang surut
Tipe pasang surut di Pulau Weh dianalisis menggunakan bilangan Formzahl, yaitu dengan memasukkan konstanta pasut K1, O1, M2, dan S2 yang diperoleh
dari konstanta pasut DISHIDROS stasiun Sabang. Berdasarkan perhitungan diperoleh konstanta pasut sebesar 1, jadi tipe pasut Pulau Weh adalah tipe
campuran dominan ganda dimana terjadi 2 dua kali pasang dan 2 kali surut pada rentang waktu 24 jam dengan amplitudo berbeda. Selama tahun 2006 pasang
tertinggi terjadi pada bulan September yaitu sebesar 202,42 cm dan pasang terendah terjadi pada bulan Maret yaitu sebesar 16,28 cm. Grafik ramalan pasut
selama tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 1.
4.2.4 Kondisi iklim Pulau Weh
Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca pada suatu tempat yang dihitung secara periodik dalam jangka waktu yang panjang. Dua komponen yang sangat
berpengaruh terhadap iklim adalah curah hujan dan suhu udara. Oleh karena itu iklim sangat berpengaruh terhadap tipologi keadaan alam dan lingkungan serta
pola pengelolaan sumberdaya suatu wilayah. Keadaan iklim di lokasi penelitian termasuk iklim tropis yang dipengaruhi
oleh dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan lazimnya jatuh pada bulan September sampai Februari. Musim kemarau terjadi pada bulan
Maret hingga bulan Agustus. Curah hujan rata-rata per tahun di Pulau Sabang
mencapai 2.468,5 mmtahun, dengan angka terendah pada bulan April sebesar 42,4 mm dan angka tertinggi pada bulan Desember sebesar 395,3 mm. Pada
bulan September dan Oktober terjadi peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan Bappeda, 2004. Data iklim Pulau Weh tahun 2006 dapat dilihat pada
Tabel 6. Tabel 6. Data iklim Pulau Weh tahun 2006
Angin Bulan
Curah Hujan
mm Suhu
Udara °
C Tekanan
udara rata- rata mb
Kelembaban udara rata-
rata Kecepatan
Knot Arah
Januari 394,7
25,8 1.011,0
89 8
Timur Februari
290,1 26,4
1.011,1 89
9 Timur
Maret 201,3
26,7 1.010,0
86 7
Timur April
42,4 27,1
1.010,0 83
9 Barat
Mei 229,8
27,2 1.010,3
81 9
Barat daya Juni
265,2 27,3
1.010,2 83
10 Barat daya
Juli 51,4
27,6 1.010,3
84 12
Barat daya Agustus
74,5 27,7
1.010,4 85
9 Barat daya
Sepetember 226,7
26,3 1.011,1
90 7
Barat daya Oktober
123,4 26,4
1.012,2 90
6 Barat daya
November 173,7
26,0 1.010,9
94 6
Timur Desember
395,3 25,9
1.011,1 93
9 Timur
Sumber: BMG, 2006
4.3 Kondisi pariwisata
Pariwisata merupakan salah satu sektor andalan dalam memacu pertumbuhan ekonomi masyarakat Sabang pada masa mendatang. Letak geografis Sabang yang
sangat strategis dan kekayaan alam yang sangat menawan merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang sangat potensial. Dalam pengembangan sektor
pariwisata ada kerjasama segitiga Saphula Sabang, Phuket, Langkawi. Dari ketiga kawasan wisata ini, Sabang belum bisa berkembang dan maju sebagai
daerah tujuan wisata dibandingkan dengan wilayah Phuket Thailand dan Langkawi Malaysia. Pengembangan Sabang sebagai daerah tujuan wisata masih
memerlukan perhatian yang lebih serius, baik dari pemerintah, maupun dari kalangan pengusaha dan investor. Jumlah kunjungan wisatawan Nusantara dan
wisatawan Mancanegara di Pulau Sabang dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Jumlah kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara ke Pulau
Sabang Tahun 2000 – 2007 No
Tahun Wisatawan
Nusantara Wisatawan
Mancanegara Jumlah
1 2000
71.722 2.664
74.386 2
2001 87.217
3.725 90.942
3 2002
75.400 3.185
78.585 4
2003 81.532
1.659 83.191
5 2004
100.004 81
100.085 6
2005 72.810
2.276 75.086
7 2006
98.755 3.681
102.436 8
2007 82.870
2.593 85.463
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, 2007
Pada Tabel 7 dapat dilihat kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara tertinggi pada tahun 2006 yaitu sebesar 102.436 orang dan terendah pada tahun
2000 sebesar 74.386 orang. Kegiatan yang dilakukan oleh para wisatawan yang berkunjung ke Pulau Sabang antara lain menikmati pemandangan alam, berperahu
kaca sambil menikmati keindahan terumbu karang dan ikan karang, bermain pasir, berjemur, snorkling dan menyelam. Kegiatan utama yang dilakukan oleh
wisatawan mancanegara adalah snorkling dan diving. Wisatawan yang berkunjung selain untuk berwisata, juga bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan selamnya karena di dive shop setempat yaitu Lumba-lumba diving centre, Rubiah tirta diving centre, Sting ray diving centre disediakan pelatihan
atau kursus bagi penyelam. Dalam melakukan kegiatan wisata di Pulau Sabang disediakan fasilitas pendukung seperti sarana ibadah, fasilitas olahraga, hotel,
bungalow, cafe, dan rumah makan.
4.4 Kondisi sosial, ekonomi, dan budaya