5.3.2.2 Kecerahan perairan
Kecerahan perairan merupakan parameter yang paling penting dalam kegiatan pariwisata bahari dan diberikan bobot paling tinggi karena parameter ini sangat
menentukan baik bagi kegiatan wisata ini ataupun untuk ekologi terumbu karang. Perairan yang jernih dan didukung oleh kondisi lingkungan yang baik
memungkinkan terumbu karang dapat tumbuh sangat baik. Perairan yang jernih akan memberi kepuasan bagi para penyelam karena dapat menikmati keindahan
bawah laut dengan jelas dan pada jarak pandang yang cukup jauh. Kecerahan perairan 15 m merupakan lokasi yang sangat ideal untuk aktivitas wisata bahari.
5.3.2.3 Kecepatan arus
Kecepatan arus merupakan salah satu pertimbangan yang cukup penting dalam melakukan aktivitas wisata bahari. Kecepatan arus yang relatif kecil dapat
berdampak sangat baik bagi para penyelam, baik dari segi kenyamanan maupun keselamatan para penyelam. Parameter wisata bahari dari segi kecepatan arus
dapat diatasi oleh para penyelam profesional yang ingin menikmati keindahan bawah laut.
Dalam penentuan zona potensial wisata bahari, parameter kecepatan arus dikelaskan menjadi 4 kelas yaitu sangat sesuai S
1
jika S1≤0,17, kelas sesuai S
2
jika 0,17S2 ≤
0,34, kelas sesuai bersyarat S
3
jika 0,34S3 ≤
0,51, kelas tidak sesuai N jika N0,51.
5.3.2.4 Tutupan terumbu karang hidup
Berdasarkan survei ekologi terumbu karang di Pulau Weh-Propinsi NAD 2006 yang dilakukan oleh Wildlife Conservation Society WCS, pengamatan terumbu
karang dilakukan pada dua kedalaman yaitu 3 m dan 8 m. Pada kedalaman 3 meter persentase penutupan karang tertinggi ditemukan pada stasiun Benteng
yaitu sebesar 68,5, sedangkan penutupan karang terendah ditemukan pada stasiun Lhok Weng yaitu sebesar 7,75. Pada kedalaman 8 m persentase
pentupan karang tertinggi ditemukan pada stasiun Batee Meuronon yaitu sebesar 67,5, sedangkan penutupan karang terendah ditemukan pada stasiun Lhong
Angen 2 yaitu sebesar 8,75. Benteng merupakan kawasan “panglima laut”, dimana masyarakat setempat
tidak diperbolehkan menggunakan jaring dan bahan peledak dalam melakukan penangkapan ikan karena masyarakat setempat percaya bahwa penggunaan jaring
dan bahan peledak merupakan penyebab kerusakan terumbu karang WCS, 2006. Menurut Gomes and Yap 1998 persentase penutupan karang pada daerah ini
masih tergolong baik. Persentase penutupan karang pada stasiun Batee Meuronon juga tergolong baik karena daerah ini masuk dalam kawasan wisata yang
ditetapkan sebagai daerah perlindungan habitat, ekosistem, maupun spesies yang terdapat di dalamnya.
Semakin banyak jumlah genus yang ditemukan maka semakin beragam genus terumbu karang tersebut, sehingga dapat disimpulkan lokasi tersebut masih dalam
keadaan baik. Lokasi dengan keanekaragaman tinggi dapat menarik perhatian para wisatawan yang memiliki hobi menyelam. Keanekaragaman ikan juga
bergantung pada keanekaragaman karang dan persentase penutupan karangnya. Semakin banyak spesies terumbu karang yang ditemukan maka keanekaragaman
terumbu karang dan persentase penutupan karang semakin tinggi dan spesies ikan yang ditemukan juga tinggi.
Tutupan terumbu karang baik merupakan lokasi yang sangat disukai oleh ikan karang karena terumbu karang tersebut merupakan habitat, tempat berlindung,
tempat mencari makan dan berkembang biak oleh spesies ikan karang. Secara lebih jelas persentase penutupan karang dan derivatnya untuk tiap lokasi
penelitian dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 4.
5.3.2.5 Jenis ikan karang