Pemetaan Batimetri Sarana dan prasarana pariwisata

5.2 Pemetaan Batimetri

Pemetaan batimetri Pulau Weh dibentuk dari hasil interpolasi titik-titik yang mewakili tiap-tiap kedalaman. Jumlah titik yang diinterpolasi adalah 998 titik dengan sumber Peta Batimetri Pulau Weh skala 1:100.000 dari Dishidros TNI AL. Garis kontur pada peta batimetri menunjukkan informasi kedalaman digitasi dengan titik kedalaman yang bervariasi mulai dari kedalaman 0-400 meter. Peta batimetri yang telah didigitasi dan diinterpolasi, kemudiaan dikelaskan ke dalam kelas-kelas tertentu sesuai kriteria yang dibutuhkan untuk pariwisata pesisir dan bahari selam. Tiap-tiap kedalaman dikelaskan menjadi 4 kelas kesesuaian berdasarkan metode pembobotan atau skoring. Peta batimetri Pulau Weh dapat dilihat pada Gambar 13.

5.3. Parameter-parameter untuk penentuan zona potensial pariwisata pesisir dan pariwisata bahari

5.3.1 Pariwisata pesisir

5.3.1.1 Batimetri

Kedalaman perairan merupakan salah satu parameter pendukung untuk pariwisata pesisir, terutama bagi para wisatawan yang ingin melakukan kegiatan berenang, berperahu, snorkeling, atau bermain air di sekitar pantai. Pada penelitian ini pemberian bobot untuk parameter kedalaman disesuaikan dengan tingkat kepentingan untuk pariwisata pesisir. 61 6 1 Gambar 13. Peta batimetri Pulau Weh, NAD Perairan dengan kedalaman 0-5 m dapat digolongkan dalam perairan dangkal. Perairan ini merupakan lokasi yang paling ideal untuk melakukan kegiatan rekreasi karena para pengunjung dapat bermain air atau berenang dengan aman. Perairan dengan kedalaman 5-10 m masih digolongkan sebagai daerah yang sesuai untuk wisata pesisir seperti berenang, ataupun berperahu di sekitar pantai. Kedalaman perairan lebih dari 10 m dianggap kurang sesuai untuk kegiatan ini Halim, 1998; Haris, 2003; Rakhmawati, 2002. Berdasarkan pengamatan di lapangan para wisatawan cenderung melakukan kegiatan bermain air, snorkeling, atau berperahu di sekitar pantai. Dive center setempat menyediakan fasilitas untuk melakukan kegiatan tersebut. Peta kesesuaian kedalaman perairan untuk pariwisata pesisir dapat dilihat pada Gambar 14.

5.3.1.2 Substrat dasar perairan dangkal

Material atau substrat dasar perairan sangat menentukan tingkat kecerahan perairan dan berkaitan erat dengan kenyamanan aktivitas para wisatawan. Pantai berpasir merupakan lokasi yang paling ideal untuk melakukan kegiatan wisata pesisir karena para wisatawan dapat bermain air, bermain pasir, atau berenang dengan aman. Berdasarkan pengamatan lapangan, beberapa lokasi yang bersubstrat pasir antara lain Pantai Iboh, Timur Pulau Rubiah dan Pantai Gapang berupa pasir putih. Selain itu, berdasarkan informasi pendukung yang didapat daerah pantai timur Pulau Sabang seperti daerah Anoi Itam dan Benteng juga secara umum bersubstrat pasir. Pantai bersubstrat karang hidup tergolong tidak sesuai karena dianggap sebagai kawasan konservasi yang rentan rusak akibat aktivitas para wisatawan. Secara umum dapat diketahui bahwa sepanjang Pulau Weh memiliki substrat karang hidup. Perairan dengan substrat berlumpur juga dikategorikan ke dalam lokasi tidak sesuai karena tidak memberi kenyamanan bagi para wisatawan dan dapat menimbulkan kekeruhan suatu perairan. Substrat perairan dangkal untuk pariwisata pesisir dikelaskan ke dalam tiga kelas yaitu substrat pasir dikategorikan sebagai lokasi sangat sesuai S 1 , substrat pasir dengan pecahan karang mati dikategorikan sebagai lokasi yang sesuai S 2 , dan perairan dengan substrat karang hidup ataupun berlumpur dikategorikan sebagai lokasi yang tidak sesuai N. Peta kesesuaian substrat perairan dangkal dapat di lihat pada Gambar 15.

5.3.1.3 Kecepatan arus

Kecepatan arus merupakan salah satu parameter yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan aktivitas wisata pesisir bagian laut. Wisatawan yang melakukan aktivitas berenang, snorkeling atau berperahu disekitar pantai membutuhkan kecepatan arus yang kecil agar merasa aman dalam melakukan aktivitasnya. Kecepatan arus yang ideal untuk melakukan aktivitas wisata ini adalah ≤ 0,17 ms karena perairan dapat dirasakan tenang oleh wisatawan. 64 6 4 Gambar 14. Peta kesesuaian kedalaman di Pulau Weh, NAD 65 6 5 Gambar 15. Peta kesesuaian substrat perairan dangkal di Pulau Weh, NAD Berdasarkan pengambilan data lapang diperoleh data kecepatan arus antara 0,18 ms – 0,32 ms. Pada saat pengambilan data lapang terjadi musim timur sehingga keadaan cuaca kurang baik dan sangat berpengaruh pada aktivitas pengambilan data. Pengukuran kecepatan arus pada tanggal 4 Desember 2007 menunjukkan bahwa kecepatan arus tersebut sesuai untuk dibentuknya kawasan potensial wisata pesisir.

5.3.1.4 Kecerahan perairan

Kecerahan perairan merupakan salah satu parameter yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan aktivitas pariwisata pesisir. Perairan yang memiliki kecerahan tinggi akan lebih jernih dan sedikit kandungan padatan tersuspensinya. Perairan yang jernih dapat memberi kepuasan tersendiri bagi para wisatawan yang ingin bermain air atau mandi di pesisir pantai, berenang, snorkeling dan berperahu kaca untuk menikmati keindahan terumbu karang dan ikan karang. Kecerahan perairan lebih dari 10 m dapat dikategorikan sebagai daerah yang layak untuk melakukan aktivitas wisata pesisir. Dalam penentuan kawasan potensial wisata pesisir, kecerahan perairan dikelaskan menjadi kelas sangat sesuai S 1 yaitu 15-20 m, sesuai S 2 antara 10 – 15 m, sesuai bersyarat S 3 antara 5 – 10 m dan tidak sesuai N 5 m. Penentuan tingkat kecerahan perairan juga didasarkan pada tingkat kepentingan para wisatawan yang ingin melakukan aktivitasnya.

5.3.1.5 Kemiringan lahan

Kemiringan lahan merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk menentukan kawasan potensial pariwisata pesisir. Daerah yang memiliki kemiringan antara 0-10 dikategorikan sebagai daerah landai yang sangat sesuai untuk wisata pesisir, daerah dengan kemiringan 10-15 dikateorikan dalam lokasi yang sesuai, daerah dengan kemiringan 15-20 dikategorikan sebagai daerah sesuai bersyarat dan daerah dengan kemiringan 20 dikategorikan sebagai daerah tidak sesuai untuk wisata pesisir. Pulau Weh pada umumnya memiliki pantai yang tinggi dan curam yang terdiri dari 3 daratan rendah, 10 daratan bergelombang, 35 berbukit sampai bergunung, dan 52 merupakan daerah terjal BPS, 2003. Berdasarkan pengamatan lapangan terdapat beberapa lokasi yang memiliki kemiringan landai seperti pantai Iboh, Gapang, dan pantai timur Pulau Weh. Adapun peta kemiringan lahan dapat dilihat pada Gambar 16.

5.3.1.6 Ketersediaan sumber air tawar

Ketersediaan air bersih merupakan hal yang penting di kawasan wisata. Faktor ketersediaan air bersih di Pulau Rubiah, Gapang, dan Iboh yang merupakan daerah objek wisata, tidak menjadi suatu kendala, tidak hanya dari lokasi setempat, daerah ini juga mendapat pasokan air tawar dari PAM Perusahaan Air Minum yang sumber airnya berasal dari Danau Aneuk Laot. Danau Aneuk Laot memiliki debit air yang cukup besar yaitu 28 ls BPKS, 2005. 68 6 8 Gambar 16. Peta kemiringan lahan di Pulau Weh, NAD Survei ketersediaan air tawar dilakukan di lima lokasi sumber air tawar yaitu di Iboh, Teupi Meuredeup, Paneuh, Mata ie, dan Lhong Angen. Berdasarkan penuturan masyarakat setempat, lokasi-lokasi tersebut memiliki potensi yang besar karena airnya tidak pernah kering sehingga dapat dimanfaatkan juga oleh penduduk setempat. Berdasarkan laporan BPKS 2005 diperoleh informasi tentang lokasi lain sumber mata air yaitu mata air bawah tanah memiliki debit 30 ls, mata air Perum Pelindo memiliki debit 15 ls, mata air Balohan sebesar 5 ls, mata air Jaboi sebesar 5 ls, dan mata air Mata Le yang pemanfaatannya hanya dilakukan oleh masyarakat setempat. Jarak sumber air tawar merupakan pertimbangan tersendiri bagi para wisatawan, walaupun air tawar dirasakan sangat penting setelah melakukan aktivitas wisata. Jarak dari sumber air tawar dibagi menjadi 4 kelas yaitu 0-500 m sangat sesuai, 500-1000 m sesuai, 1000-1500 m sesuai bersyarat, dan 1500 m tidak sesuai. Peta buffer sumber air tawar dapat dilihat pada Gambar 17.

5.3.1.7 Jarak dari garis pantai

Pembatasan daerah potensial dengan pembuatan buffer dari garis pantai, dimana daerah dengan jarak ≤100 m dianggap sebagai daerah paling ideal S 1 untuk wisata ini. Kawasan sesuai S 2 untuk pariwisata pesisir diberikan pada jarak 100-200 m, kawasan sesuai bersyarat pada jarak 200-300 m dan kawasan tidak sesuai jika jarak 300 m. Peta buffer garis pantai dapat dilihat pada Gambar 18. 70 7 Gambar 17. Peta ketersediaan sumber air tawar di Pulau Weh, NAD

5.3.1.8 Penutupan lahan

Penutupan lahan penting untuk perencanaan pengembangan suatu wilayah. Dalam penentuan kawasan potensial pariwisata pesisir, penutupan lahan merupakan salah satu parameter yang penting karena kegiatan wisata ini berhubungan dengan pemanfaatan suatu kawasan. Lahan yang seharusnya dilindungi seperti hutan bakau tidak boleh dikonversi untuk kegiatan tersebut, sebaliknya lahan terbuka dikategorikan sebagai daerah sangat sesuai untuk wisata pesisir. Semak belukar rendah dan savana dapat dikategorikan sebagai daerah sesuai karena para wisatawan masih dapat melakukan aktivitasnya. Belukar tinggi dikategorikan sesuai bersyarat sedangkan pemukiman dan pelabuhan dikategorikan tidak sesuai. Pantai barat Pulau Weh sebagian besar wilayahnya berupa hutan dan memiliki topografi yang berbukit-bukit. Pantai Iboh, Gapang, Lhong Angen sebagian besar wilayahnya ditumbuhi oleh pohon-pohon tinggi dan semak belukar rendah. Penataan tempat penginapan bagi para wisatawan disesuaikan dengan kondisi topografi daerahnya. Berbeda dengan pantai Iboh dan Gapang yang daerahnya sudah dapat dimanfaatkan sebagai daerah wisata, pantai Lhong Angen belum dimanfaatkan secara maksimal disebabkan banyak faktor yang harus dipertimbangkan. Pantai timur Pulau Weh seperti pantai Kasih, pantai Tapak Gajah dekat dengan wilayah pemukiman dan pusat kota Sabang. Penutupan lahan kawasan ini sebagian besar diperuntukan untuk perkebunan rakyat dan kebun campuran. Adapun peta penutupan lahan di Pulau Weh dapat dilihat pada Gambar 19. 72 7 2 Gambar 18. Peta buffer garis pantai di Pulau weh, NAD 73 7 3 Gambar 19. Peta penutupan lahan Pulau Weh, NAD

5.3.1.9 Analisis kesesuaian zona potensial wisata pesisir

5.3.1.9.1 Bagian darat

Dalam penentuan kawasan potensial wisata pesisir bagian darat, faktor pembatasnya adalah kemiringan lahan, penutupan lahan, jarak dari sumber air tawar, dan jarak dari garis pantai. Zona potensial pariwisata dapat didefinisikan sebagai suatu daerah atau kawasan yang dianggap memiliki potensi untuk dikembangkan dan dijadikan sebagai daerah tujuan wisata. Kemiringan lahan dianggap sebagai faktor pembatas yang paling penting karena keberadaannya dianggap paling berpengaruh untuk berlangsungnya kegiatan wisata pesisir. Kemiringan lahan yang landai dapat memberi kenyamanan bagi para wisatawan yang ingin bermain pasir, berjemur atau sekedar menikmati keindahan alam pantai. Pulau Sabang memiliki lereng berbukit dan bergelombang, hanya beberapa daerah yang memiliki lereng landai di sekitar pantainya. Penutupan lahan dan ketersediaan air tawar berhubungan dengan potensi daerah setempat sehingga penting bagi perencanaan pemanfaatan suatu kawasan. Dalam pemanfaatanya dapat dialokasikan sesuai dengan kebutuhan daerah tersebut. Jarak dari pantai diberikan bobot paling rendah karena bukan parameter permanent dan dapat ditutupi oleh parameter yang lain. Parameter-parameter yang telah diberikan bobot kemudian dioverlay berdasarkan sistem pembobotan weighted overlay. Proses overlay tersebut menghasilkan empat zona yaitu zona sangat sesuai S 1 , sesuai S 2 , sesuai bersyarat S 3 , dan tidak sesuai N. Zona sangat sesuai S 1 tidak mempunyai faktor pembatas untuk kegiatan wisata pesisir bagian darat. Seluruh parameter yang ada membuat daerah ini sangat sesuai untuk zona potensial wisata pesisir. Hasil overlay tiap parameter, zona sangat sesuai terlihat di Pantai Ujung Paneh, Pantai Ujung Asam, Teluk Balohan, dan Jaboi. Adanya faktor pembatas berupa ketersediaan sumber air tawar menjadikan kawasan ini sebagai zona potensial wisata pesisir. Zona sesuai S 2 terlihat di Pantai Ujung Paneh, Pantai Iboh, Gapang, Pantai Kasih, Pulau Rubiah, Pantai Tapak Gajah, Pantai Sumur tiga, Pantai Anoi Itam, Teluk Balohan, Jaboi, Pantai Paya Keunekai, dan Pantai Lhong Angen. Daerah ini mempunyai faktor pembatas berupa ketersediaan sumber air tawar terhadap kegiatan pariwisata sehingga memerlukan perlakuan khusus oleh para wisatawan. Parameter tersebut dapat ditutupi oleh parameter lain, jadi ketiga parameter tersebut masih mendukung untuk kegiatan wisata pesisir. Zona sesuai bersyarat S 3 mempunyai faktor pembatas yang serius terhadap kegiatan wisata pesisir. Faktor pembatas yang membatasi daerah ini adalah ketersediaan sumber air tawar, jarak dari garis pantai dan penutupan lahan, jadi walaupun faktor pembatas tersebut dapat ditutupi oleh parameter lain, tetapi belum dapat menjadikan daerah tersebut sebagai zona sesuai. Kawasan yang termasuk zona sesuai bersyarat adalah Pantai Gapang, Teluk Lho Pria Laot, Benteng, Teluk Sabang dan Lhong Angen. Zona tidak sesuai N mempunyai faktor pembatas permanent kemiringan lahan, penutupan lahan dan tidak permanent jarak dari sumber air tawar dan jarak dari garis pantai. Zona dengan kategori ini terlihat di sepanjang pantai ujung paling barat, Teluk Lho Pria Laot, sebagian Teluk Sabang. Luasan dari tiap-tiap kelas kesesuaian dapat dilihat pada Tabel 11, sedangkan peta kesesuaian pariwisata pesisir bagian darat dapat dilihat pada Gambar 20. Tabel 11. Luas kesesuaian zona potensial wisata pesisir bagian darat Kelas kesesuaian Jumlah sel Luas Ha Tidak sesuai N 189 170,10 Sesuai bersyarat S3 1.275 114,75 Sesuai S2 860 77,40 Sangat sesuai S1 47 42,30

5.3.1.9.2 Bagian laut

Penentuan zona potensial wisata pesisir bagian laut, parameter pembatasnya adalah kedalaman perairan, substrat dasar perairan, kecepatan arus dan kecerahan perairan. Pemberian bobot bagi setiap parameter sesuai dengan tingkat kepentingan untuk pariwisata pesisir bagian laut. Bobot paling tinggi diberikan pada substrat dasar perairan karena dianggap sebagai faktor utama kegiatan wisata pesisir. Materialsubstrat dasar perairan sangat menentukan tingkat kenyamanan bagi para wisatawan, juga dapat berpengaruh pada tingkat kecerahan perairan. Perairan dengan substrat lumpur dapat mengakibatkan kekeruhan perairan dengan cepat sehingga menggangu kenyamanan para wisatawan yang ingin berenang, bermain air, atau snorkeling disekitar pantai, sebaliknya perairan dengan substrat dasar pasir merupakan daerah yang paling sesuai untuk kegiatan wisata ini. Kecerahan perairan dan kecepatan arus diberikan bobot yang sama karena peranan kedua parameter tersebut dianggap sama-sama penting. Kedua parameter tersebut juga dapat memberikan kenyamanan bagi para wisatawan yang ingin berperahu sambil menikmati keindahan terumbu karang atau ikan karang, dan ingin menikmati keindahan pemandangan alam daerah tersebut. Kedalaman perairan diberikan bobot paling kecil karena dianggap dapat diatasi oleh para pelaku wisata. Zona sangat sesuai S 1 tidak mempunyai faktor pembatas khusus yang menghambat kegiatan pariwisata pesisir, seluruh parameter fisik yang ada menjadikan daerah ini sangat sesuai untuk kegiatan wisata pesisir. Hasil overlay tiap parameter, didapatkan zona sangat sesuai S 1 disekitar Pantai Gapang, Jaboi dan Paya Keunekei. Zona sesuai S 2 mempunyai faktor pembatas yang agak serius untuk mempertahankan kegiatan wisata pesisir bagian laut. Faktor yang menjadi pembatas kawasan ini adalah kecerahan perairan yang masuk kategori tidak sesuai sampai sesuai. Wilayah yang termasuk kawasan adalah Pantai Ujung Paneh, Iboh, Gapang, Teluk Balohan, sepanjang pantai timur, Jaboi, Paya Keunekei, dan Lhong Angen. Zona sesuai bersyarat S 3 mempunyai faktor pembatas yang serius untuk kegiatan wisata pesisir. Faktor pembatas yang dimaksud adalah kedalaman perairan, kecerahan perairan dan substrat dasar perairan. Wilayah yang termasuk kategori ini adalah sepanjang pantai timur, Teluk Balohan, pantai barat, Teluk Sabang dan Pulau Klah. Zona tidak sesuai N mempunyai faktor pembatas yang permanent sehingga tidak sesuai dijadikan sebagai kawasan pariwisata pesisir. Zona tidak sesuai terlihat di sekitar Teluk Sabang, Anoi Itam, Teluk Balohan, Jaboi dan Lhong Angen. Luasan dari tiap-tiap kelas kesesuaian dapat dilihat pada Tabel 12, sedangkan peta kesesuaian pariwisata pesisir bagian darat dapat dilihat pada Gambar 21. Tabel 12. Luas kesesuaian zona potensial wisata pesisir bagian laut Kelas kesesuaian Jumlah sel Luas Ha Tidak sesuai N 3.654 328,86 Sesuai bersyarat S3 7.095 638,55 Sesuai S2 10.649 958,41 Sangat sesuai S1 418 37,62 5.3.2 Pariwisata bahari 5.3.2.1 Batimetri Parameter kedalaman merupakan syarat pendukung untuk kegiatan wisata selam. Kedalaman perairan berkaitan erat dengan kemampuan penyelaman seseorang dalam menikmati keindahan alam bawah laut. Kedalaman perairan juga berkaitan dengan kondisi ekosistem terumbu karang karena mempengaruhi intensitas cahaya yang berperan penting dalam aktivitas fotosintesis. Keberadaan ekosistem terumbu karang yang bagus akan menjadi daya tarik dalam melakukan kegiata wisata bahari. Penentuan kawasan potensial untuk wisata bahari dari segi kedalaman dibagi menjadi empat kelas kesesuaian yaitu 3-15 m, 16-20 m, 21-25 m, 3 dan 25 m. Kedalaman 3-15 m dikategorikan dalam lokasi yang sangat sesuai karena terumbu karang dapat tumbuh dengan baik, dan bagi penyelam pemula dapat menikmati keindahan terumbu karang maupun ikan karang pada kedalaman ini. Kedalaman 16-20 m dikategorikan lokasi yang sesuai karena masih dapat dijumpai terumbu karang dan juga berkaitan dengan kemampuan penyelam dalam melakukan penyelaman. 79 7 9 Gambar 20. Peta kesesuaian zona pariwisata pesisir bagian darat 80 8 Gambar 21. Peta zona kesesuaian pariwisata pesisir bagian laut Kedalaman 21-25 m dikategorikan dalam lokasi sesuai bersyarat, khusus bagi penyelam-penyelam profesional yang ingin melakukan selam gembira fun dive, walaupun terumbu karang yang ditemukan tidak terlalu beragam. Perairan dengan kedalaman 3 m lebih sesuai untuk melakukan snorkeling sedangkan perairan dengan kedalaman 25 m dikategorikan lokasi yang tidak sesuai untuk melakukan penyelaman. Menurut Nybakken 1998 sebagian besar terumbu karang dapat tumbuh pada kedalaman 25 m atau kurang dari kedalaman tersebut. Peta kesesuaian kedalaman dapat dilihat pada Gambar 22.

5.3.2.2 Substrat dasar perairan

Perairan dengan substrat dasar terumbu karang merupakan lokasi yang sangat sesuai untuk wisata selam. Para wisatawan melakukan wisata ini dengan tujuan untuk menikmati keindahan terumbu karang dan ikan karang yang ada di dalamnya. Pada penelitian ini terumbu karang hidup dikelaskan ke dalam kategori yang sangat sesuai S 1 karena terumbu karang hidup dapat memberi kepuasan keindahan alam bawah laut dengan masih banyaknya ikan karang yang berasosiasi dengan terumbu karang. Terumbu karang mati dikelaskan ke dalam kategori yang sesuai bersyarat S 3 karena daerah ini masih dapat memberi keindahan walaupun interaksi biota yang ditemukan tidak terlalu beragam. Lokasi dengan substrat berpasir dikategorikan ke dalam lokasi yang tidak sesuai N karena tidak dapat memberi kepuasan keindahan bawah laut bagi para penyelam. Adapun peta kesesuaian substrat perairan dangkal untuk wisata bahari dapat dilihat pada Gambar 23. 82 8 2 Gambar 22. Peta kesesuaian kedalaman Pulau Weh, NAD 83 8 3 Gambar 23. Peta kesesuaian substrat dasar perairan di Pulau Weh, NAD

5.3.2.2 Kecerahan perairan

Kecerahan perairan merupakan parameter yang paling penting dalam kegiatan pariwisata bahari dan diberikan bobot paling tinggi karena parameter ini sangat menentukan baik bagi kegiatan wisata ini ataupun untuk ekologi terumbu karang. Perairan yang jernih dan didukung oleh kondisi lingkungan yang baik memungkinkan terumbu karang dapat tumbuh sangat baik. Perairan yang jernih akan memberi kepuasan bagi para penyelam karena dapat menikmati keindahan bawah laut dengan jelas dan pada jarak pandang yang cukup jauh. Kecerahan perairan 15 m merupakan lokasi yang sangat ideal untuk aktivitas wisata bahari.

5.3.2.3 Kecepatan arus

Kecepatan arus merupakan salah satu pertimbangan yang cukup penting dalam melakukan aktivitas wisata bahari. Kecepatan arus yang relatif kecil dapat berdampak sangat baik bagi para penyelam, baik dari segi kenyamanan maupun keselamatan para penyelam. Parameter wisata bahari dari segi kecepatan arus dapat diatasi oleh para penyelam profesional yang ingin menikmati keindahan bawah laut. Dalam penentuan zona potensial wisata bahari, parameter kecepatan arus dikelaskan menjadi 4 kelas yaitu sangat sesuai S 1 jika S1≤0,17, kelas sesuai S 2 jika 0,17S2 ≤ 0,34, kelas sesuai bersyarat S 3 jika 0,34S3 ≤ 0,51, kelas tidak sesuai N jika N0,51.

5.3.2.4 Tutupan terumbu karang hidup

Berdasarkan survei ekologi terumbu karang di Pulau Weh-Propinsi NAD 2006 yang dilakukan oleh Wildlife Conservation Society WCS, pengamatan terumbu karang dilakukan pada dua kedalaman yaitu 3 m dan 8 m. Pada kedalaman 3 meter persentase penutupan karang tertinggi ditemukan pada stasiun Benteng yaitu sebesar 68,5, sedangkan penutupan karang terendah ditemukan pada stasiun Lhok Weng yaitu sebesar 7,75. Pada kedalaman 8 m persentase pentupan karang tertinggi ditemukan pada stasiun Batee Meuronon yaitu sebesar 67,5, sedangkan penutupan karang terendah ditemukan pada stasiun Lhong Angen 2 yaitu sebesar 8,75. Benteng merupakan kawasan “panglima laut”, dimana masyarakat setempat tidak diperbolehkan menggunakan jaring dan bahan peledak dalam melakukan penangkapan ikan karena masyarakat setempat percaya bahwa penggunaan jaring dan bahan peledak merupakan penyebab kerusakan terumbu karang WCS, 2006. Menurut Gomes and Yap 1998 persentase penutupan karang pada daerah ini masih tergolong baik. Persentase penutupan karang pada stasiun Batee Meuronon juga tergolong baik karena daerah ini masuk dalam kawasan wisata yang ditetapkan sebagai daerah perlindungan habitat, ekosistem, maupun spesies yang terdapat di dalamnya. Semakin banyak jumlah genus yang ditemukan maka semakin beragam genus terumbu karang tersebut, sehingga dapat disimpulkan lokasi tersebut masih dalam keadaan baik. Lokasi dengan keanekaragaman tinggi dapat menarik perhatian para wisatawan yang memiliki hobi menyelam. Keanekaragaman ikan juga bergantung pada keanekaragaman karang dan persentase penutupan karangnya. Semakin banyak spesies terumbu karang yang ditemukan maka keanekaragaman terumbu karang dan persentase penutupan karang semakin tinggi dan spesies ikan yang ditemukan juga tinggi. Tutupan terumbu karang baik merupakan lokasi yang sangat disukai oleh ikan karang karena terumbu karang tersebut merupakan habitat, tempat berlindung, tempat mencari makan dan berkembang biak oleh spesies ikan karang. Secara lebih jelas persentase penutupan karang dan derivatnya untuk tiap lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 4.

5.3.2.5 Jenis ikan karang

Jenis ikan karang merupakan salah satu parameter penting dalam melakukan aktivitas wisata bahari. Ikan-ikan karang yang hidup berasosiasi dengan terumbu karang dapat memberikan keindahan alam bawah laut serta menarik perhatian para wisatawan. Beberapa jenis ikan karang yang dominan ditemukan di lokasi penelitian adalah berasal dari famili Acanthuridae, Chaetodontidae, Labridae, Pomancentridae, Scaridae, dan Serranidae. Keenam famili ikan tersebut ditemukan pada setiap lokasi penelitian. Kelompok ikan dari famili pomancentridae, Labridae, Scaridae menggunakan ekosistem terumbu karang sebagai tempat hidupnya semenjak masa juvenil. Mereka menggunakan bentuk- bentuk pertumbuhan karang sebagai tempat untuk mempertahankan diri atau berlindung dari predator Sale, 1991. Jumlah famili ikan yang ditemukan di lokasi penelitian sebanyak 40 famili dengan 316 spesies ikan. Jumlah spesies ikan tertinggi ditemukan pada stasiun Rubiah Sea Garden yaitu sebanyak 100 spesies, sedangkan jumlah ikan terendah ditemukan pada stasiun Batee dong yaitu sebanyak 17 spesies. Jenis ikan karang merupakan salah satu daya tarik alam bawah laut yang dapat dinikmati oleh para wisatawan. Semakin banyak spesies ikan yang ditemukan di lokasi wisata akan menjadikan daerah tersebut banyak diminati oleh para wisatawan. Jumlah dan spesies ikan karang di Pulau Weh secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6.

5.3.2.6 Jenis terumbu karang dan biota yang berasosiasi

Genera karang keras yang ditemukan pada transek penelitian sebanyak 42 genus yang didominasi oleh Acropora, Porites dan Heliopora karena ditemukan pada tiap lokasi penelitian. Jumlah genus karang keras paling banyak ditemukan pada lokasi Rubiah Sea Garden dan Ujung Serawan, yaitu masing-masing sebanyak 21 genus. Rubiah Sea Garden dan Ujung Seurawan termasuk dalam kawasan wisata yang mendapat perlindungan habitat, ekosistem, maupun spesies yang terdapat di dalamnya sehingga kondisi terumbu karang pada daerah tersebut tergolong baik. Hal ini dibuktikan oleh banyaknya spesies ikan karang yang ditemukan yaitu sebanyak 100 spesies pada Rubiah Sea Garden dan 93 spesies pada Ujung Seurawan. Kondisi ikan karang dapat dilihat dari kondisi habitatnya terumbu karang, jika kondisi habitatnya baik maka jumlah spesies ikan karang yang ditemukan juga tinggi atau sebaliknya. Jumlah genus terumbu karang pada masing-masing lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 24. 5 10 15 20 25 An oi H ita m B a Ko pr a B at ee M eu ro no n B en te ng Be ur aw an g G ap an g Ja bo i Lh ok W en g Lh on g An gi n 1 Lh on g An gi n 2 Lh on g An gi n 3 Pu la u Kl ah R ub ia h C ha nn el R ub ia h S ea G ar de n Su m ur T ig a U ju ng K ar eu ng U ju ng S eu ke U ju ng S eu ra w an Pu la u Se ul ak o Pu la u Ib oh Lh ok Ib oh P an ta i K as ih Ba te d on g Lokasi penelitian J u m la h g e n u s k a ra n g k e ra s 3 meter 8 meter Gambar 24. Grafik jumlah total genus karang keras pada lokasi penelitian. Biota-biota yang berasosiasi dengan terumbu karang ditemukan sebanyak 23 spesies yang tersebar pada lokasi penelitian. Data jenis karang dan biota yang berasosiasi dapat dilihat pada Lampiran 5.

5.3.2.7 Analisis kesesuaian zona potensial wisata bahari

Zona potensial wisata bahari didapat melalui proses overlay beberapa peta tematik yaitu kedalaman perairan, tutupan terumbu karang hidup, jenis terumbu karang dan biota yang berasosiasi, jenis ikan karang, substrat dasar perairan, kecepatan arus dan kecerahan perairan. Pemberian bobot pada setiap parameter didasarkan pada tingkat kepentingan untuk kegiatan wisata bahari. Kecerahan perairan diberikan bobot paling tinggi karena keberadaannya dianggap sangat berpengaruh bagi berlangsungnya kegiatan wisata tersebut. Kecerahan yang tinggi dapat memberikan jarak pandang yang jelas bagi penyelam, juga menentukan dengan baik pertumbuhan ekologi terumbu karang. Kedalaman perairan merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan terumbu karang, tetapi terdapat pengecualian bagi perairan jernih. Perairan yang jernih dapat menunjukkan sampai sejauh mana penetrasi cahaya matahari dapat menembus kolom perairan, yang dibutuhkan oleh terumbu karang dalam proses fotosintesis. Kedalaman perairan dan kecepatan arus diberikan bobot paling kecil karena dapat ditutupi oleh parameter lain, juga dapat diatasi oleh para pelaku wisata. Kecepatan arus tidak menjadi kendala bagi para penyelam profesional yang ingin menikmati keindahan alam bawah laut. Parameter tutupan terumbu karang hidup, jenis terumbu karang dan biota yang berasosiasi, jenis ikan karang dan substrat dasar perairan diberikan bobot yang sama karena keberadaannya dianggap sama-sama penting dalam menentukan keindahan alam bawah laut. Hasil overlay ketujuh parameter tersebut menghasilkan 4 kelas kesesuaian yaitu kelas sangat sesuai S 1 , sesuai S 2 , sesuai bersyarat S 3 dan tidak sesuai N. Zona sangat sesuai tidak mempunyai faktor pembatas khusus yang menghambat kegiatan wisata bahari, seluruh parameter fisik membuat daerah ini sangat ideal dijadikan sebagai lokasi wisata bahari. Zona sangat sesuai terletak di sepanjang pantai timur, Jaboi, Paya Keunekei, pantai barat, Pulau Rubiah dan Pulau Klah. Zona sesuai mempunyai faktor pembatas yang agak serius untuk mempertahankan kegiatan wisata bahari. Faktor pembatas yang ditemukan dalam hubungannya dengan penentuan lokasi wisata bahari adalah tutupan terumbu karang hidup, jenis ikan karang, jenis terumbu karang dan biota yang berasosiasi kurang. Wilayah yang termasuk dalam zona ini adalah sebagian pantai timur, Jaboi, Paya Keunekei, Lhong Angen, Pulau Rubiah dan Teluk Lho Pria Laot. Zona sesuai bersyarat mempunyai faktor pembatas serius untuk pengembangan kegiatan wisata. Faktor pembatas daerah ini antara lain kedalaman perairan, substrat dasar perairan, tutupan terumbu karang hidup, jenis ikan karang, jenis terumbu karang dan biota yang berasosiasi kurang. Zona sesuai bersyarat terlihat di pantai timur, Jaboi, Paya Keunekei, Lhong Angen, Teluk Balohan dan Teluk Sabang. Zona tidak sesuai mempunyai faktor pembatas yang permanen, semua parameter memiliki keterbatasan untuk pengembangan zona potensial wisata bahari. Zona ini terletak di sekitar Pantai Iboh, Pantai Gapang, Pulau Klah, Teluk Sabang, Pantai Kasih, Teluk Balohan dan Jaboi. Luasan dari tiap-tiap kelas kesesuaian dapat dilihat pada Tabel 13 dan peta kesesuaian pariwisata pesisir bagian darat dapat dilihat pada Gambar 25. Tabel 13. Luas kesesuaian zona potensial wisata bahari Kelas kesesuaian Jumlah sel Luas Hektar Tidak sesuai N 4.423 398,07 Sesuai bersyarat S3 6.104 549,36 Sesuai S2 6.253 562,77 Sangat sesuai S1 5.036 453,24

5.4 Sarana dan prasarana pariwisata

Pulau Weh memiliki potensi alam yang dapat menarik minat para wisatawan baik keindahan panorama laut maupun daratannya. Di Pulau Weh ada beberapa lokasi yang sudah dijadikan sebagai daerah objek wisata seperti Pulau Rubiah yang menjadi taman wisata alam laut, Pantai Ujung Paneh, Pantai Iboh, Gapang, Ujung Asam, Tapak Gajah, Sumur Tiga, Benteng, Anoi Itam, Ujung Meudoro, Paya Keunekai, dan Lhong Angen. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian zona potensial wisata pesisir dan wisata bahari tidak semua lokasi tersebut memenuhi syarat dijadikan sebagai lokasi wisata. Beberapa lokasi seperti Pantai Lhong Angen dengan keindahan pemandangan alamnya belum bisa dikatakan ideal sebagai lokasi wisata pesisir maupun wisata bahari. Kekayaan terumbu karang dan ikan karang yang kurang beragam, tata guna lahan yang belum dikelola secara maksimal, aksebilitas yang masih sangat kurang menjadikan daerah ini kurang ideal dijadikan sebagai lokasi wisata. 91 9 1 Gambar 25. Peta kesesuaian zona pariwisata bahari di Pulau Weh, NAD Sarana dan prasarana pariwisata sangat diperlukan untuk menambah tingkat kenyamanan dan kepuasan para wisatawan. Kondisi jalan merupakan salah satu infrastruktur penting dalam menunjang kegiatan pariwisata. Fasilitas jalan sebagai sarana penghubung antardaerah cukup memadai, namun ada beberapa kondisi jalan yang masih kurang baik. Kondisi jalan yang menghubungkan Pelabuhan Balohan dengan pusat kota sudah baik, sedangkan ruas jalan yang menghubungkan daerah pusat kota dengan daerah wisata Iboh dan Gapang cukup baik. Namun, masih terdapat beberapa ruas jalan di lereng bukit yang rusak dan harus memerlukan perbaikan karena sangat berpotensi longsor. Sarana penginapan yang tersedia untuk mendukung kegiatan wisata antara lain pondok-pondok penginapan di sekitar pantai Iboh yang dibangun oleh masyarakat setempat, bungalow di sepanjang pantai dan terdapat beberapa hotel di Gapang dan pusat kota. Sabang memiliki dua pelabuhan yaitu Pelabuhan Teluk Sabang yang terletak di utara Pulau Weh dan Pelabuhan Balohan yang terletak di sebelah selatan Pulau Weh. Perhubungan laut sebagai sarana transportasi berperan penting sebagai penghubung Sabang dengan daratan Aceh. Adapaun peta sarana dan prasarana wisata dapat dilihat pada Gambar 26.

5.5 Tingkat kerentanan Pulau Weh