Geologi dan tanah Kondisi pasang surut Kondisi iklim Pulau Weh

4.2. Kondisi fisik Pulau Weh 4.2.1 Topografi Keadaan topografi kota Sabang terdiri dari 3 daratan rendah, 10 daratan bergelombang, 35 berbukit sampai bergunung, dan 52 merupakan daerah terjal BPS, 2003. Pantai yang dimiliki Pulau Weh umumnya pantai yang tinggi dan curam dengan kedalaman laut secara alami cukup dalam. Kemiringan lebih dari 25 di Kota Sabang hampir meliputi 40 luas kota. Di daerah Pulau Weh bagian barat dan di tengah-tengah pulau bagian timur merupakan daerah yang berbukit dan bergelombang dengan kemiringan lebih dari 15. Kawasan Pelabuhan Sabang sendiri memiliki topografi relatif datar di sepanjang pantai Teluk Sabang yang membentang dari arah timur ke barat, sementara kira-kira sejauh 2 km ke arah utara, topografi kawasan mulai berbukit-bukit BPKS, 2005.

4.2.2 Geologi dan tanah

Kondisi geologis Pulau Weh terdiri dari 70 batuan vulkanis, 27 batuan sedimen, dan 3 endapan aluvial BPS, 2003. Pulau Weh termasuk sebuah pulau gunung api muda yang berada pada jalur arogen Sunda yang membentuk kerucut-kerucut gunung api seperti G.Leumo Matee, Semereuguh dan Kulam yang terdiri dari lava bersifat andesitis-dasitis. Aktivitas tektonik masa lalu mengakibatkan terbentuknya zona graben Teluk Sabang-Balohan maupun Lhok Pria Laot Dirasutisna dan Hasan, 2005. Jenis tanah pada kawasan Kota Sabang didominasi oleh jenis tanah latosol yang terdiri dari latosol cokelat, latosol cokelat kemerahan, latosol merah, dan asosiasi latosol cokelat kemerahan dengan laterit air tanah. Berdasarkan pengamatan di lapangan, diketahui Pulau Weh sebagian besar dikelilingi bukit dan di sepanjang pantai penuh dengan batu-batuan. Substrat sekeliling pantai berupa pasir putih dan pecahan karang, sedangkan Pantai Anoi Itam merupakan satu- satunya pantai yang berpasir hitam.

4.2.3 Kondisi pasang surut

Tipe pasang surut di Pulau Weh dianalisis menggunakan bilangan Formzahl, yaitu dengan memasukkan konstanta pasut K1, O1, M2, dan S2 yang diperoleh dari konstanta pasut DISHIDROS stasiun Sabang. Berdasarkan perhitungan diperoleh konstanta pasut sebesar 1, jadi tipe pasut Pulau Weh adalah tipe campuran dominan ganda dimana terjadi 2 dua kali pasang dan 2 kali surut pada rentang waktu 24 jam dengan amplitudo berbeda. Selama tahun 2006 pasang tertinggi terjadi pada bulan September yaitu sebesar 202,42 cm dan pasang terendah terjadi pada bulan Maret yaitu sebesar 16,28 cm. Grafik ramalan pasut selama tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 1.

4.2.4 Kondisi iklim Pulau Weh

Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca pada suatu tempat yang dihitung secara periodik dalam jangka waktu yang panjang. Dua komponen yang sangat berpengaruh terhadap iklim adalah curah hujan dan suhu udara. Oleh karena itu iklim sangat berpengaruh terhadap tipologi keadaan alam dan lingkungan serta pola pengelolaan sumberdaya suatu wilayah. Keadaan iklim di lokasi penelitian termasuk iklim tropis yang dipengaruhi oleh dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan lazimnya jatuh pada bulan September sampai Februari. Musim kemarau terjadi pada bulan Maret hingga bulan Agustus. Curah hujan rata-rata per tahun di Pulau Sabang mencapai 2.468,5 mmtahun, dengan angka terendah pada bulan April sebesar 42,4 mm dan angka tertinggi pada bulan Desember sebesar 395,3 mm. Pada bulan September dan Oktober terjadi peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan Bappeda, 2004. Data iklim Pulau Weh tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Data iklim Pulau Weh tahun 2006 Angin Bulan Curah Hujan mm Suhu Udara ° C Tekanan udara rata- rata mb Kelembaban udara rata- rata Kecepatan Knot Arah Januari 394,7 25,8 1.011,0 89 8 Timur Februari 290,1 26,4 1.011,1 89 9 Timur Maret 201,3 26,7 1.010,0 86 7 Timur April 42,4 27,1 1.010,0 83 9 Barat Mei 229,8 27,2 1.010,3 81 9 Barat daya Juni 265,2 27,3 1.010,2 83 10 Barat daya Juli 51,4 27,6 1.010,3 84 12 Barat daya Agustus 74,5 27,7 1.010,4 85 9 Barat daya Sepetember 226,7 26,3 1.011,1 90 7 Barat daya Oktober 123,4 26,4 1.012,2 90 6 Barat daya November 173,7 26,0 1.010,9 94 6 Timur Desember 395,3 25,9 1.011,1 93 9 Timur Sumber: BMG, 2006

4.3 Kondisi pariwisata