Karakterisasi Protein Antigenik Permukaan SGB dengan SDS PAGE
memenuhi kriteria sifat-sifat Streptococcus sp tersebut dan presentasi kehadiran bakteri ini dalam sampel dari tiap daerah disajikan dalam Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3 Presentasi kehadiran Streptococcus sp pada susu dengan uji Katalase negatif
Asal sampel
Jumlah sampel susu
CMT positif
Jumlah sampel mengandung
Streptococcus
sp
Presentasi kehadiran
Streptococcus
sp Cisurupan
92 14
15.22
Bayongbong 72
16 22.22
Kunak 66
27 40.90
Dari Tabel 3. dapat diketahui bahwa presentasi kehadiran Streptococcus sp tertinggi terdapat pada sampel susu yang berasal dari Kunak yaitu sebesar 40.90, disusul
oleh sampel dari Bayongbong sebesar 22.22, dan sampel dari Cisurupan sebesar 15.22. Streptococcus sp merupakan bakteri yang umum diduga sebagai agen
patogen penyebab penyakit pada kebanyakan hewan vertebrata Chanter 1997. Malinowski et al. 2006 berhasil mengisolasi Streptococcus sp. sebagai agen mastitis
terbanyak 15,7 dari sampel susu dengan nilai Jumlah Sel Somatic JSS antara
200.000-2000.000 selml.
Uji CAMP merupakan presumptive test dalam mengidentifikasi bakteri S. agalactiae
Darling 1975, Facklam et al. 1979. Hasil dari 57 isolat yang diuji dengan uji CAMP didapatkan sebanyak 34 isolat 59,6 memperlihatkan hasil uji
CAMP positif sedangkan 23 isolat 40,4 lainnya menunjukkan hasil uji CAMP negatif Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah isolat Streptococcus agalactiae dari uji CAMP Hasil uji CAMP
Jumlah Persentase
Positif Negatif
34 23
59,6 40,4
Total n 57
100
Isolat yang menunjukkan hasil CAMP positif membentuk zona hemolisis seperti anak panah arrowhead pada media BAP diantara biakan Staphylococcus
aureus dan isolat yang diuji, sedangkan hasil uji CAMP negatif tidak menunjukkan
perubahan apapun pada media BAP seperti yang terlihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Hasil uji CAMP positif zona bening seperti anak panah dibagian tengah BAP, dan CAMP negatif tidak ada hemolisis dibagian paling atas dan
paling bawah.
Fenomena yang terjadi pada uji CAMP karena adanya interaksi antara faktor CAMP yang dihasilkan isolat yang diuji dalam hal ini Streptococcus agalactiae
dengan produk ekstraseluler berupa β-lysin stpahylococcal yang dihasilkan oleh
Staphylococcus aureus -hemolisis sehingga hemolisis pada media BAP semakin
jelas karena daya hemolisis yang ditimbulkan meningkat Hansen and Sørensen
2003 .
Bahan vaksin yang dipilih adalah Streptococcus agalactiae karena merupakan salah satu agen utama penyebab mastitis subklinis pada sapi perah dan dapat
menyebabkan kerugian ekonomi untuk industri susu Keefe et al. 1997, Keefe 1997. Hasil studi Estuningsih dkk 2002 menyebutkan bahwa 83 isolat bakteri yang
diisolasi dari 3 area di pulau Jawa, seluruhnya teridentifikasi sebagai Streptococcus agalactiae.
Sesuai dengan hasil isolasi bakteri yang dilakukan Supar dan Ariyanti 2008 dari sampel susu kuartir di daerah Bandung, Bogor dan Sukabumi diperoleh
60,6 Streptococcus agalactiae sebagai bakteri dominan penyebab mastitis