Pemeriksaan Morfologi Koloni Bakteri Pemeriksaan Mikroskopi
                                                                                Peningkatan  biaya  perawatan  dan  pengobatan  serta  pengafkiran  ternak  lebih  awal Seegers et al. 2003, Shim et al. 2004.
Selain  kondisi  lingkungan  dan  pengelolaan  peternakan  sebagai  faktor  utama penyebab  mastitis  subklinis  di  ketiga  peternakan,  faktor  penunjang  dari  sisi  ternak
juga  berperan  dalam  terjadinya  radang  mamae  ini.  Kondisi  kesehatan  ternak  yang kurang  baik,  lukalecet  pada  puting  susu  yang  diakibatkan  pemerahan  kasar,  lantai
kasar, lap yang kotor dan sikat yang keras, bentuk mamae yang sangat menggantung, serta mamae dengan lubang puting  yang terlalu lebar merupakan faktor predisposisi
terjadinya  mastitis  subklinis  dari  segi  ternak.  Disamping  itu  terdapat  pula  faktor penyebab mastitis subklinis dari segi mikroorganisme penyebab, diantaranya adalah
jenis  dan  jumlah  mikroorganisme  patogen.  Faktor-faktor  penyebab  tersebut  dapat berpengaruh terhadap kerusakan struktur dan gangguan fungsi kelenjar mamae pada
ruminansia yang terserang mastitis, sehingga berujung pada penurunan produksi susu pada induk pasca melahirkan Akers and Nickerson, 2011.
Kondisi  lingkungan  kandang  tempat  sampel  susu  diperoleh  maupun  sanitasi saat  pemerahan  dapat  diukur  dengan  menggunakan  beberapa  parameter  diantaranya
adalah jumlah mikroba. Rata-rata jumlah mikroba dalam sampel susu yang diperoleh dari daerah Cisurupan, Bayongbong dan Kunak disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2  Jumlah mikroba dalam sampel susu dari uji Total Plate Count TPC Asal sampel
Rata-rata jumlah mikroba cfuml Cisurupan
1.302.893 Bayongbong
1.300.987 Kunak
1.764.613
Data dari hasil tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata jumlah mikroba pada setiap  perwakilan  sampel  di  ketiga  wilayah  sangat  tinggi  karena  berada  diatas  nilai
kisaran normal total cemaran mikroba pada susu segar yaitu 10
6
cfuml sesuai dengan SNI  01-3141-1998.  Hal  ini  mendukung  data  dari  hasil  CMT  dimana  prevalensi
mastitis  subklinis  pada  peternakan  sapi  perah  di  ketiga  wilayah  sangat  tinggi,  yang dibuktikan  dengan  tingginya  rata-rata  jumlah  mikroba  pada  sampel  susu  yang
dikumpulkan  secara  aseptis  langsung  ditampung  dalam  tabung  steril.  Menurut Lukman dkk 2009 pencemaran dapat berasal dari mamae atau masuk melalui puting
susu.  Jumlah  mikroba  bertambah  dengan  adanya  cemaran  dari  tangan  dan  baju pemerah,  alat  perah  dan  lingkungan  kandang.  Jumlah  mikroba  dalam  susu  akibat
kontaminasi  melalui  udara  sekitar  100-1.500  koloniml  susu,  melalui  kontaminasi mamae  dan  sekitarnya  ditemukan  300-4.000  koloniml.  melalui  sanitasi  yang  buruk
pertambahan mikroba mencapai 500-15.000 koloniml. kontaminasi dari mamae yang sakit  mencapai  25.000  koloniml.  jumlah  mikroba  dalam  susu  akan  meningkat
melalui  kontaminasi  dari  peralatan  susu  sampai  dengan  lebih  dari  1.000.000 koloniml Lukman dkk. 2009.
                