3 teratur. Oleh karena itu hanya melalui nekropsi akurasi diagnosis sestodosis dapat
tercapai. Kendala dalam teknik diagnosis ini menyebabkan sulitnya menentukan strategi pengobatan yang diantaranya mengakibatkan angka prevalensi sestodosis
tetap tinggi. Mengingat jangka waktu produktifitas ayam petelur relatif lama maka kerugian akibat penurunan produksi telur diduga sangat nyata. Kerugian tersebut
belum termasuk biaya pengobatan, kematian ternak yang rentan, dan menurunnya respon pertahanan tubuh secara umum terhadap serangan penyakit lain.
Kompleksitas biologi sestoda dengan jenis inang antara yang berperan, serta kesulitan-kesulitan di atas, maka pengendalian secara terpadu termasuk sanitasi
lingkungan kandang dan pengendalian inang antara perlu dipertimbangkan. Berbagai aspek yang terkait dalam kejadian sestodosis termasuk jenis-jenis
sestoda yang melibatkan jenis serangga tertentu dalam transmisinya pada ayam petelur komersial di Indonesia belum pernah dilaporkan secara ilmiah. Telaah jenis-
jenis sestoda dan prevalensi sestodosis, jenis serangga inang antara, serta faktor- faktor yang meningkatkan peluang terjadinya sestodosis pada penelitian ini pertama
dilakukan di Indonesia.
1.2 Tujuan Penelitian
1 Menemukan jenis sestoda serta mengukur derajat dan prevalensi
infeksinya pada ayam ras petelur.
2 Menemukan jenis serangga inang antara dan mengukur derajat serta
prevalensi infeksi sistiserkoidnya.
3 Membuktikan potensi serangga yang diduga sebagai inang antara
dengan cara infeksi coba pada serangga maupun ayam.
4 Mempelajari faktor-faktor risiko infeksi sestoda pada ayam ras
petelur.
5 Mempelajari teknik identifikasi sistiserkoid dengan membandingkan profil protein whole worm extract WWE cacing dewasa dengan
sistiserkoid yang ditemukan dari serangga.
4
1.3 Hipotesis
1 Ditemukan lebih dari satu jenis sestoda pada ayam ras petelur komersial.
2 Lalat Musca domestica dan kumbang Alphitobius diaperinus berpotensi sebagai inang antara sestoda pada ayam petelur komersial.
3 Tingkat kejadian sestodosis pada ayam ras petelur komersial dipengaruhi oleh faktor inang umur, ras, dan populasi, tipe iklim
area peternakan kering dan basah, serta manajemen sistem kandang, struktur kandang, pembuangan manur, dan pemberian
antelmintik. 4 Terdapat variasi profil protein sistiserkoid dari spesies sestoda yang
berbeda pada inang antara yang berbeda.
1.4 Manfaat Penelitian
Beberapa hal sangat berharga dapat dilakukan dari hasil penelitian ini: 1 Pengetahuan biologi sestoda khususnya cacing pita di Indonesia,
secara lengkap pada peternakan ayam ras petelur, termasuk pengetahuan prevalensi, derajat infeksi, jenis-jenis sestoda, serta
jenis-jenis inang antaranya. Pengetahuan ini merupakan informasi dasar di dalam menyusun strategi pengendalian cacing pita pada
ayam petelur. 2 Pengetahuan jenis serangga tertentu dalam transmisi infeksi sestoda
pada ayam petelur yang dipelihara dengan manajemen tertentu menjadi landasan pengendalian secara terpadu termasuk memperbaiki
menejemen. 3 Mengembangkan ”Inang Antara Model” untuk infeksi eksperimental
sehingga berbagai aspek pada masalah sestodosis unggas dapat diamati termasuk pengembangan metode diagnostik.
5
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sestoda cacing pita