Total prevalensi dan derajat infeksi sestodosis

46 Tabel 2 Distribusi infeksi oleh jenis-jenis genus sestoda pada setiap peternakan. No Peternakan Ayam terinfeksi n ayam Raillietina Choanotaenia Hymenolepis 1 Leuwisadeng 22 13,64 0,00 0,00 2 Nanggung 22 0,00 0,00 0,00 3 Cigudeg 22 19,05 9,52 0,00 4 Kemang 23 39,13 0,00 0,00 5 Parung 22 25,00 20,00 0,00 6 Cibinong 22 5,00 20,00 0,00 7 Ciseeng 14 42,86 0,00 7,14 8 Gunung Sindur 22 0,00 0,00 0,00 9 Rumpin A 11 0,00

9.09 0,00

10 Rumpin B 22 0,00 31,82 0,00 TOTAL 202 58,70 39,13 2,17 setiap peternakan dengan tingkat kejadian terendah berturut-turut sebesar 5 dan 9,09 dan tertinggi sebesar 42,86 dan 31,82. Adapun infeksi Hymenolepis hanya ditemukan pada satu peternakan dengan tingkat kejadian 7,14. Secara keseluruhan infeksi jenis Raillietina secara nyata dipengaruhi oleh sistem kandang, periode pengangkatan tinja, dan waktu pemberian antelmintika P0,05. Sedangkan jenis Choanotaenia dan Hymenolepis tidak dipengaruhi ketiga faktor tersebut kecuali pengaruh faktor pemberian antelmintika.

4.1.4 Total prevalensi dan derajat infeksi sestodosis

Infeksi sestoda ditemukan pada delapan dari 10 peternakan contoh dengan tingkat kejadian yang sangat berbeda P0,05 antar peternakan. Dari kedelapan peternakan yang terinfeksi sestoda, infeksi paling rendah sebesar 9,09 terjadi di Rumpin A dan tertinggi sebesar 50 di Parung Tabel 2. Secara umum prevalensi infeksi sestoda sangat dipengaruhi oleh tata laksana peternakan, periode pengangkatan tinja, dan waktu pemberian antelmintika P0,05. Walaupun tampak perbedaan yang nyata pada tingkat kejadiannya, namun rataan derajat infeksi antar peternakan tidak berbeda. 47 Tabel 3 Total prevalensi dan rataan derajat infeksi sestoda pada setiap peternakan No Peternakan PREVALENSI DERAJAT INFEKSI Sestoda per Ayam n ayam Sestodosis 1 Leuwisadeng 22 13,64 0,77±2,62 2 Nanggungung 22 0,00 3 Cigudeg 22 31,82 1,55±3,84 4 Kemang 23 39,13 17,91 ± 53,95 5 Parung 22 50,00 5,27±8,13 6 Cibinong 22 27,27 5,86 ± 21,48 7 Ciseeng 14 42,86 4,07±6,70 8 Gunung Sindur 22 0,00 9 Rumpin A 11 9,09 0,27±0,91 10 Rumpin B 22 31,82 1,90±4,49 TOTAL 202 24,75 4,01±20,26 Derajat infeksi dari seluruh sampel ayam berkisar antara 3-256 cacing per ekor ayam. Ayam dari peternakan Kemang memiliki rataan derajat infeksi paling tinggi yaitu sebanyak 17,91±53,95 cacing. Rataan derajat infeksi terendah sebesar 0,27±0,91 cacing terdapat di peternakan Rumpin A Tabel 3. 4.1.5 Pengaruh faktor-faktor ayam, lingkungan, dan tata laksana terhadap prevalensi dan derajat infeksi sestodosis Sampel ayam yang terkumpul dari 10 peternakan berasal dari berbagai variasi umur, populasi, dan ras ayam serta adanya pemeliharaan kutuk. Faktor lingkungan dan tata laksana bervariasi dalam hal tipe iklim, waktu pembuangan manur, serta tipe kandang dan pemberian antelmintika. Tidak semua faktor yang diamati berpengaruh secara nyata terhadap sestodosis maupun derajat infeksinya Tabel 4, Gambar 12 dan 13. Pada penelitian ini umur ayam P0,01, tipe iklim lokasi peternakan P0,05, serta tata laksana kandang P0,01 mempengaruhi tingginya tingkat prevalensi sestodosis. Sestodosis lebih banyak 37,00 terjadi pada ayam berumur 50 minggu dengan derajat infeksi paling tinggi sebesar 7,70±28,34 cacing. Adapun yang berumur 20 minggu dan 20 minggu hanya 48 Tabel 4 Prevalensi sestodosis menurut faktor inang umur, populasi, ras, Iklim, dan tata laksana peternakan sistem dan struktur kandang, pemberian antelmintika, pembuangan manur, dan pemeliharaan ayam kutuk. No Faktor n ayam Prevalensi Derajat infeksi ekor total infeksi 1 Ayam Umur minggu 20 58 6 10,34 0,21 ± 0,79 20-50 44 7 15,91 0,64 ± 2,19 50 100 37 37,00 7,70 ± 28,34 Populasi ribu ekor ≤ 65 ribu ekor 77 11 14,29 0,70 ± 2,54 65 ribu ekor 125 39 31,20 6,05 ±25,50 Ras Hisex , loghman 67 20 29,85 7,88 ±32,40 Hisex 11 1 9,09 0,27 ± 0,90 Isa Brown 80 20 25,00 1,66 ± 4,30 Lochman 44 9 20,45 3,32 ±15,34 2 Lingkungan Tipe iklim Basah 66 10 15,15 0,77 ± 2,72 Kering 136 40 29,41 5,58 ±24,49 3 Tata laksana Sistem kandang Tertutup 33 1 3,03 0,09 ± 0,52 Terbuka 169 49 28,99 4,78 ±22,07 Struktur kandang 50 kayu 191 49 25,65 4,23 ±20,81 ≤50 kayu 11 1 9,09 0,27 ± 0,90 Pemberian antelmintika Pulet dan puncak produksi 22 6 27,27 5,86 ±21,48 Jika ditemukan infeksi sestoda 55 19 34,55 2,93 ± 6,15 Setiap 3 dan 6 bulan sekali 125 25 20,00 4,16 ±23,86 Memelihara kutuk Tidak ada kutuk 92 26 28,26 5,77 ±27,70 Ada kutuk 110 24 21,82 2,54 ±10,53 Pembuangan manur Sekali dalam sebulan 22 6 27,27 5,86 ±21,48 Tidak teratur 169 43 25,44 4,01 ±20,78 Otomatis elektrik 11 1 9,09 0,27 ± 0,90 Faktor risiko secara nyata dan sangat nyata mempengaruhi tingkat prevalensi sestodosis. 49 Gambar 12 Prevalensi sestodosis menurut faktor inang umur, populasi, dan ras ayam dan iklim basah dan kering. 50 Gambar 13 Prevalensi sestodosis menurut faktor tata laksana peternakan sistem dan struktur kandang, pemberian antelmintika, waktu pembuangan manur, dan adanya pemeliharaan kutuk. 51 terinfeksi sebanyak 10,34 dan 15,91 dengan derajat infeksi lebih rendah yaitu berturut-turut sebanyak 0,21±0,79 dan 0,64±2,19 cacing. Angka prevalensi yang lebih tinggi 29,41 juga terjadi pada peternakan yang terletak di daerah yang bertipe iklim kering dibandingkan yang beriklim basah 15,15. Pengaruh yang nyata juga ditunjukkan oleh peternakan dengan sistem kandang terbuka. Tata laksana kandang dengan sistem ini ternyata menyebabkan kejadian infeksi yang sangat tinggi yaitu 28,99 dibandingkan dengan sistem tertutup hanya 3,03. 4.1.6 Faktor-faktor risiko yang diduga mempengaruhi tingkat kejadian Sestodosis Faktor risiko infeksi parasit adalah semua faktor yang secara nyata meningkatkan peluang terjadinya transmisi stadium infektif parasit sehingga menyebabkan inang sakit. Satu faktor dengan faktor yang lainnya saling berkaitan satu sama lain dalam mendukung terjadinya penyakit. Pendugaan tingkat risiko kejadian infeksi sestoda melalui nilai Odds-Ratio OR yang disajikan pada Tabel 5 sampai dengan Tabel 9. Faktor asal inang yang berpengaruh nyata terhadap risiko terjadinya sestodosis pada penelitian ini adalah ayam yang berumur 50 minggu memiliki risiko terinfeksi sestoda sebesar 5,09 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ayam yang berumur 20 minggu P0,01 Tabel 5. Ueta dan Avancini 1994 menyatakan bahwa ayam petelur komersial yang dipelihara pada kandang baterai dapat terinfeksi sestoda di sepanjang umur produktif. Dalam hal aplikasi antelmintika ternyata peternakan dengan prevalensi sestodosis paling tinggi pemberian antelmintika tidak teratur. Walaupun menggunakan jenis obat yang berbeda secara selang-seling ternyata satu diantaranya sama sekali tidak efektif untuk eliminasi sestoda. Walaupun hasil analisis faktor pemberian antelmintika dan pembuangan manur tidak menunjukkan pengaruh yang nyata, namun nilai korelasinya mendekati nyata. Dengan demikian kedua faktor tersebut perlu diperhatikan dalam mempengaruhi terjadinya sestodosis. Banyak faktor yang dapat meningkatkan infeksi cacing parasit saluran pencernaan antara lain tata laksana yang buruk Ashenafi Eshetu, 2004. Peternakan yang populasi ayamnya 65 ribu ekor memiliki risiko terinfeksi 2,72 kali lebih besar dibandingkan dengan peternakan yang populasinya ≤ 65 ribu ekor P0,01 Tabel 5. Demikian pula dengan faktor iklim 52 dan tata laksana kandang. Pada area peternakan yang bertipe iklim kering berisiko infeksi 2,33 kali lipat dari iklim basah P0,05 Tabel 6. Tata laksana kandang dengan sistem kandang terbuka 13,07 kali lebih besar risiko infeksinya dibandingkan yang tertutup P0,05 Tabel 7. Pemilihan sistem kandang yang harus memperhatikan faktor risiko yang lain karena secara alami faktor-faktor risiko tersebut saling mempengaruhi. Faktor agro-ekologi di antaranya faktor perbedaan iklim juga mempengaruhi infeksi sestoda Retnani et al., 2000; Mond et al ., 2001. Di daerah dataran tinggi dengan suhu lebih rendah berpeluang infeksi lebih rendah Eshetu et al., 2001, mungkin disebabkan terhambatnya perkembangan stadium awal larva infektif. Keberadaan dan jumlah stadium sistiserkoid dalam tubuh inang antara Mond et al.; 2001 menggambarkan tingkat kejadian sestodosis pada ayam di tempat dan waktu tertentu. Kepadatan populasi inang serta sumber infeksi antar peternakan berbeda-beda. Oleh karena itu faktor- faktor biotik maupun abiotik yang meliputi inang, parasit, serta lingkungan yang mendukung terjadinya transmisi sangat berpengaruh terhadap prevalensi sestodosis. Nilai crude OR adalah menunjukkan pengaruh masing-masing faktor risiko sebagai faktor tunggal terhadap terjadinya sestodosis Tabel 5, 6, dan 7. Adapun nilai adjusted OR adalah pengaruh faktor-faktor risiko sebagai multi faktor terhadap terjadinya sestodosis Tabel 8. Hasil penghitungan menunjukkan bahwa ayam berumur 50 minggu memiliki risiko terinfeksi 5,58 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang berumur 20 minggu, sedangkan dengan umur 20-50 minggu walaupun lebih tinggi risikonya namun tidak nyata Tabel 8. Tabel 9 adalah hasil analisis dengan menambahkan faktor antelmintika walaupun faktor tersebut tidak menunjukkan korelasi yang nyata terhadap kejadian infeksi. Nilai adjusted OR pada Tabel 9 menggambarkan pengaruh yang hampir sama dengan nilai crude OR. Perubahan nilai OR pada adjusted OR terjadi karena perubahan keterkaitan atau variasi faktor-faktor risiko Tabel 8 dan 9. 53 Tabel 5 Nilai Crude Odds-Ratio OR faktor inang umur, berat badan, populasi, dan ras terhadap kejadian infeksi sestoda Faktor risiko Infeksi Tidak infeksi Koefisien P Crude OR N N Umur ayam : 20 minggu 6 10,34 52 89,66 1,00 20-50 minggu 7 15,91 37 84,09 0,494 0,407 1,64 50 minggu 37 37,00 63 63,00 1,627 0,001 5,09 Berat badan : 50 24,75 152 75,25 0,001 0,004 1,00 Populasi ayam : ≤ 65 ribu ekor 11 14,29 66 85,71 1,00 65 ribu ekor 39 31,20 86 68,80 1,001 0,008 2,72 Ras : Hisex dan Lochman 20 29,85 47 70,15 1,00 Hisex 1 9,09 10 90,91 −1,448 0,180 0,24 Isa Brown 20 25,00 60 75,00 −0,244 0,511 0,78 Lochman 9 20,45 35 79,55 −0,503 0,273 0,60 Tabel 6 Nilai Crude Odds-Ratio OR faktor iklim basah dan kering terhadap kejadian infeksi sestoda Faktor risiko Infeksi Tidak infeksi Koefisien P Crude OR n n Iklim: Basah 10 15,15 56 84,85 1,00 Kering 40 29,41 96 70,59 0,847 0,030 2,33 54 Tabel 7 Nilai Crude Odds-Ratio OR faktor tata laksana peternakan terhadap kejadian infeksi sestoda Faktor risiko Infeksi Tidak infeksi Koefisien P Crude OR n n Sistem kandang : Tertutup 1 3,03 32 96,97 1,00 Terbuka 49 28,99 120 71,01 2,570 0,013 13,07 Struktur kandang : 50 kayu 49 25,65 142 74,35 1,00 ≤50 kayu 1 9,09 10 90,91 −1,238 0,243 0,29 Pembuangan manur : Sekali dalam 2 bulan 6 27,27 16 72,73 1,00 Tidak teratur 43 25,44 126 74,56 −0,094 0,853 0,91 Otomatis 1 9,09 10 90,91 −1,321 0,252 0,27 Pemberian antelmintika : Pulet dan puncak produksi 6 27,27 16 72,73 1,00 Jika ditemukan infeksi sestoda 19 34,55 36 65,45 0,341 0,539 1,41 Sekali dalam 3 dan 6 bulan 25 20,00 100 80,00 −0,405 0,443 0,67 Memelihara kutuk : Tidak ada kutuk 26 28,26 66 21,82 1,00 Ada kutuk 24 21,82 86 78,18 −0,344 0,292 0,71 55 Tabel 8 Nilai adjusted Odds-Ratio OR faktor risiko umur, berat badan, dan populasi ayam, iklim, dan sistem kandang terhadap tingkat kejadian sestodosis Faktor risiko Infeksi Tidak infeksi Koefisien P Adjusted OR n n Umur ayam : 20 minggu 6 10,34 52 89,66 1,00 20-50 minggu 7 15,91 37 84,09 1,279 0,068 3,60 50 minggu 37 37,00 63 63,00 1,719 0,007 5,58 Berat badan 50 24,75 152 75,25 0,000 0,628 1,00 Populasi ayam : ≤ 65 ribu ekor 11 14,29 86 85,71 1,00 65 ribu ekor 39 31,20 66 68,80 −19,625 0,997 0,00 Iklim : Basah 10 15,15 56 84,85 1,00 Kering 40 29,41 96 70,59 20,944 0,997 1,24.10 9 Sistem kandang : Tertutup 1 3,03 120 96,97 1,00 Terbuka 49 28,99 32 71,01 21,463 0,997 2,09.10 9 56 Tabel 9 Nilai adjusted Odds-Ratio OR faktor risiko umur dan berat badan ayam, iklim, serta tata laksana sistem kandang dan pemberian antelmintika terhadap tingkat kejadian sestodosis. Faktor risiko Infeksi Tidak infeksi Koefisien P Adjusted OR n n Umur ayam : 20 minggu 6 10,34 52 89,66 1,00 20-50 minggu 7 15,91 37 84,09 1,209 0,104 3,35 50 minggu 37 37,00 63 63,00 1,621 0,013 5,06 Berat badan 50 24,75 152 75,25 0,000 0,576 1,00 Iklim : Basah 10 15,15 56 84,85 1,00 Kering 40 29,41 96 70,59 1,320 0,012 3,75 Sistem kandang : Tertutup 1 3,03 120 96,97 1,00 Terbuka 49 28,99 32 71,01 3,304 0,002 27,24 Pemberian antelmintika : Pulet dan puncak produksi 25 27,27 16 72,73 1,00 Jika ditemukan sestoda 6 34,55 36 65,45 0,547 0,393 1,73 Sekali dalam 3 dan 6 bulan 19 20,00 100 80,00 0,402 0,523 1,50 57

4.2 Potensi Lalat