74 P
≤0,01 Tabel 19. Prevalensi terendah 0,11 terjadi pada peternakan dengan kelompok populasi 90 ribu ekor, selanjutnya berturut-turut hingga prevalensi
tertinggi pada peternakan dengan kelompok populasi 70-90 ribu ekor 2,61, 30-50 ribu ekor 6,85, dan 50-70 ribu ekor 16,22. Kebalikan dengan
sistiserkoidosis lalat, kejadian sistiserkoidosis kumbang jauh lebih tinggi di area yang beriklim basah P
≤0,01 yaitu sebesar 13,73 dibandingkan iklim kering sebesar 3,72. Pengamatan berdasarkan aspek struktur kandang menunjukkan
bahwa tingkat kejadian sistiserkoidosis kumbang lebih tinggi dengan bangunan kandang berstruktur
≤50 kayu 7,53 dibandingkan dengan 50 kayu 4,38. Tata laksana pemberian antelmintika pada ternak ayam juga sangat
mempengaruhi P ≤0,01 angka kejadian sistiserkoidosis kumbang. Hasil ini mirip
dengan sistiserkoidosis lalat, kejadiannya paling banyak 21,49 pada peternak yang memberikan antelmintika ketika masih pemeliharaan di liter, awal naik
kandang baterai, sebelum puncak produksi telur, dan secara periodik sekali dalam tiga bulan. Sebaliknya, dengan periode pemberian yang sama kecuali pemberian
secara periodik enam bulan sekali memiliki tingkat kejadian lebih rendah P ≤0,05
yaitu sebesar 1,34. Adapun angka kejadian yang paling rendah 1,29 terjadi pada peternak yang memberikan antelmintika sejak awal naik kandang baterai dan
sebelum puncak produksi telur. Tingkat kejadian sistiserkoidosis hampir sama 6,86 dan 6,65 pada pengobatan secara teratur setiap tiga bulan sekali dan
ketika diketahui ada infeksi. Pada penelitian ini periode pembuangan manur juga sangat mempengaruhi angka kejadian sistiserkoidosis P
≤0,01. Pembuangan manur secara tidak teratur menyebabkan tingkat kejadian yang paling tinggi
sebesar 9,60 dibandingkan dengan pembuangan secara otomatis 6,61 maupun secara berkala dua bulan sekali 1,29.
4.3.3 Faktor-faktor risiko yang diduga mempengaruhi tingkat kejadian
sistiserkoidosis pada kumbang A. diaperinus
Dugaan besarnya pengaruh faktor risiko terhadap kejadian sistiserkoidosis A. diaperinus disajikan pada Tabel 20 sampai 22. Faktor populasi ternak,
lingkungan, dan beberapa aspek tata laksana peternakan merupakan faktor yang
75
Tabel 20 Nilai Crude Odds-Ratio OR faktor populasi ayam terhadap kejadian sistiserkoidosis asal A. diaperinus.
Faktor risiko Infeksi
Tidak infeksi Koefisien
P Crude OR
N N
Populasi ayam ribu ekor : 30-50
27 6,85
367 93,15
1,00 50-70
116 16,22
599 83,78
0,968 0,000 2,63
70-90 19
2,61 708
93,39 −1,008
0,001 0,36 90
11 1,35
804 98,65
−1,682 0,000 0,19
Tabel 21 Nilai Crude Odds-Ratio OR faktor tipe iklim area peternakan terhadap kejadian sistiserkoidosis
asal A. diaperinus.
Faktor risiko Infeksi
Tidak infeksi Koefisien
P Crude OR
n n
Iklim : Basah
102 13,73 641 86,27 1,00
Kering 71
3,72 1837
96,28 −1,415
0,000 0,24
76 Tabel 22
Nilai Crude Odds-Ratio OR faktor struktur dan tata laksana kandang, pembuangan manur, pemberian antelmintika terhadap kejadian sistiserkoidosis A. diaperinus.
Faktor risiko Infeksi
Tidak infeksi Koefisien
P Crude OR
n n
Sistem kandang
: Tertutup
1 1,19
83 98,81
1,00 Terbuka
172 6,70
2395 93,30
−1,785 0,077 0,17
Struktur kandang
: 50 kayu
37 4,38
807 95,62
1,00 ≤50 kayu
136 7,53
1764 92,47
0,574 0,003
1,78
Pembuangan manur
: Setiap dua bulan sekali
18 15,8
96 84,2
1,00 Tidak teratur
154 6,3
2299 93,70
2,094 0,005
8,12
Otomatis 1
1,2 83
98,80 1,690
0,018 5,42
Pemberian antelmintik
: Pulet dan puncak produksi
2 1,29
153 98,71
1,00 Setiap tiga bulan sekali
27 6,86
367 93,14
1,728 0,019
5,63
Sebelum pulet, pulet, puncak produksi, tiga bulan sekali 75
21,49 274
78,51 3,042
0,000 20,94
Sebelum pulet, pulet, puncak produksi, enam bulan sekali 12
1,34 884
98,66 0,038
0,961 1,04
Jika ditemukan infeksi sestoda 57
6,65 800
93,35 1,696
0,019 5,45
77 mendukung terjadinya sistiserkoidosis A. diaperinus. Kumbang yang
dikumpulkan dari peternakan dengan kelompok populasi ternak sebanyak 50-70 ekor ayam memiliki peluang terinfeksi sistiserkoid sebanyak 2,63 kali lebih besar
P0,01 dibandingkan dengan kelompok populasi 30-50 ekor. Sedangkan pada kelompok populasi 70-90 ekor OR=0,36 dan 90 ekor OR=0,19 memiliki
risiko terinfeksi lebih kecil OR=0,24 Tabel 20. A. diaperinus di daerah bertipe iklim kering memiliki risiko sistiserkoidosis lebih rendah dibandingkan dengan
iklim basah P0,01. Kecuali faktor sistem kandang, semua aspek tata laksana peternakan yang diamati jelas mempengaruhi terjadinya sistiserkoidosis kumbang
yaitu struktur bangunan kandang, pembuangan manur, dan pemberian antelmintika Tabel 22. Bangunan kandang yang berstruktur kayu kurang dari
50 hampir dua kali OR=1,78 lebih banyak terjadi sistiserkoidosis kumbang P0,01 dibandingkan yang komponen kayunya 50. Jelas terlihat bahwa
pembuangan manur secara otomatis mengurangi kemungkinan kumbang terinfeksi sistiserkoid OR=5,42 jika dibandingkan dengan dua bulan sekali secara
periodik. Bagi peternak yang tidak teratur pembuangannya, kumbang A. diaperinus
berisiko terinfeksi sistiserkoid lebih besar OR=8,12 dibandingkan dengan pembuangan dua bulan sekali secara periodik Tabel 22.
Pemberian antelmintika sejak pemeliharan ayam kutuk di lantai liter yang berturut-turut dilanjutkan ketika awal naik kandang baterai, menjelang puncak
produksi telur, dan secara periodik setiap tiga bulan sekali meningkatkan peluang terinfeksi hingga 20 kali OR=20,94 dibandingkan dengan pemberian sejak ayam
kutuk dan menjelang puncak produksi P0,01. Kemungkinan terjadinya sistiserkoidosis P0,05 yang hampir sama pada pemberian antelmintik secara
periodik sekali dalam tiga bulan OR=5,63 dan ketika ada infeksi saja OR=5,45 Tabel 22.
4.3.4 Potensi kumbang