34 A. diaperinus.
Karakterisasi protein WWE dilakukan dengan teknik elektroforesis menggunakan metode SDS-PAGE Bio Rad menurut Laemmli 1970 yang
dimodifikasi. Pada penelitian ini menggunakan 12 gel pemisah dan 4 gel pengumpul dalam Tris-HCl. Proses running selama 120 menit dengan arus listrik
bertegangan 40 volt12mA pada suhu kamar. Polipeptida yang digunakan sebagai standar berat molekul Sigma terdiri dari beta-galactosidase 116,0 kDa, bovine
serum albumin 66,2 kDa, ovalbumin 45,0 kDa, lactate dehydrogenase 35,0
kDa, REase Bsp981 25 kDa, beta-lactoglobulin 18,4 kDa, dan lysozyme 14,4 kDa. Pewarnaan pita-pita protein menggunakan pewarnaan perak. Penghitungan
estimasi berat molekul setiap fraksi protein sampel yang dapat diamati dengan membandingkan jarak migrasinya dengan jarak migrasi protein penanda.
3.8 Analisis Data
Jenis-jenis sestoda yang ditemukan pada setiap dan antar peternakan dianalisis secara deskriptif. Pengaruh faktor-faktor asal inang umur, kelompok
populasi, adanya ayam kutuk, dan ras ayam, tipe iklim, dan tata laksana peternakan sistem pemeliharaan terbuka dan tertutup, struktur bangunan
kandang, pemberian antelmintika, dan pembuangan manur terhadap kejadian
sestodosissistiserkoidosis di uji dengan Chi-square. Perbedaan derajat infeksi
serta distribusi infeksi setiap jenis sestoda antar peternakan dianalisis dengan uji T dan analisis ragam satu arah serta uji non parametrik Kruskal Wallis Sokal
Rohlf 1981. Adapun untuk mengetahui besarnya pengaruh dari faktor-faktor tersebut terhadap kejadian sestodosissistiserkoidosis dianalisis dengan regresi
logistik Hosmer Lemeshow 2000, Danardono 2006 dengan persamaan: Logit Pi =
β +
β
1
X
1
+ β
2
X
2
+ …………………. + β
k
X
k
Pi = peluang kejadian sestodosis memiliki nilai Y=1
jika terinfeksi sestodametasestoda, Y=0 jika tidak terinfeksi sestodametasestoda
X
1
sampai X
k
= faktor penjelas terhadap Y, yaitu faktor-faktor risiko yang mempengaruhi sestodosis
β
1
sampai β
k
= besarnya pengaruh X
1
sampai X
k
terhadap nilai Y faktor-faktor risiko terhadap sestodo- sis
β = konstanta
35 Gambar 2 Bagan alur pengumpulan sampel ayam, manur, dan serangga
tersangka inang antara. 1 Observasi sestodosis pada ayam. 2 Observasi sistiserkoidosis pada inang antara. 3 Observasi
telurproglotida gravid sestoda dalam manur.
Gambar 3 Bagan alur perlakuan setiap ekor sampel ayam dan manur. 1 Pengumpulan sestoda. 2 Pemeriksaan telur dalam tinja ayam.
3 Pemeriksaan telur dalam manur. 4 Identifikasi, penghitungan prevalensi, dan derajat infeksi sestoda lapangan. 5 Menghitung ttgt
infeksi lapangan. 6 Menghitung telur sestoda dalam manur.
ayam disembelih 5 gram manur
sestoda telur sestoda
telur sestoda Jenis
Prevalensi Derajat infeksi
ttgt telurgram manur
5 6
1 2
3
4 2
1
3
10 sampel peternakan ayam petelur komersial
ayam petelur tiap peternakan: 10 x 22 ekor
serangga tersangka inang antara:
81-491 ekor A. diaperinus dan 85-802 ekor M. domestica
sampel manur
36 Gambar 4 Bagan alur infeksi sistiserkoid lapangan pada ayam dan tikus
coba. 1 Pembedahan setiap jenis inang antara untuk mengum- pulkan sistiserkoid. 2 Infeksi sistiserkoid asal A. diaperinus
pada tikus coba. 3 Infeksi sistiserkoid asal A. diaperinus pada ayam coba. 4 Infeksi sistiserkoid asal M. domestica pada ayam
coba. 5 Identifikasi sestoda hasil infeksi coba.
Gambar 5 Bagan alur analisis profil protein WWE sistiserkoid dan sestoda
asal peternakan. 1 dan 2 Pengumpulan sestoda dari ayam. 3 dan 4 Pengumpulan sistiserkoid dari serangga. 5 Analisis profil protein
WWE sestoda dan sistiserkoid dengan Metode SDS-PAGE. 4
5 1
1
2 4
3
1 3
5 5
2
hasil analisis profil protein WWE dengan metode SDS-PAGE
4 M. domestica
sistiserkoid asal A. diaperinus
tikus coba ayam coba
identifikasi A. diaperinus
d i
sistiserkoid asal M. domestica
sestoda hasil infeksi sistiserkoid M. domestica
sestoda hasil infeksi sistiserkoid A. diaperinus
37
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Faktor-Faktor Risiko Infeksi Cacing Pita pada Ayam Ras