Jenis-jenis sestoda Sestoda Parasitik pada Ayam Ternak

10 Pintner 1913 dalam: Wardle McLeod 1951. Pseudoapolisis terjadi pada kelompok sestoda yang memiliki porus uteri. Telur yang telah matang dikeluarkan melalui porus uteri ketika cacing masih berada dalam usus inang tanpa destrobilisasi terlebih dahulu kecuali setelah uterusnya relatif kosong. Siklus berikutnya adalah tertelannya telur sestoda oleh inang antara kemudian menetas di dalam usus membebaskan onkosfer. Aktivasi penetasan dipengaruhi oleh aktivitas muskular untuk menggerakkan kait-kait embrio secara mekanik merobek lapisan dinding telur. Mekanisme penetasan ini juga dipengaruhi secara kimiawi, umumnya reaksi ensimatik baik yang berasal dari inang antara maupun parasit itu sendiri Silverman 1954; Smyth McManus 1989; Read et al. 1951; Heyneman 1959. Onkosfer yang telah bebas akan melakukan penetrasi ke dalam mukosa usus inang antara kemudian bermigrasi melalui sistem sirkulasi disertai perkembangan yang progresif hingga menjadi larva infektif bagi inang definitif. Tempat terakhir larva infektif adalah jaringan organ atau bagian tubuh lainnya pada inang antara vertebrata atau rongga tubuh inang antara invertebrata. Kelangsungan hidup selanjutnya adalah transmisi pasif melalui inang definitif yang menelan jaringanorgan inang antara yang mengandung metasestoda. Seperti halnya proses penetasan telurnya, faktor-faktor fisikokimiawi yang khas pada setiap jenis inang definitif akan mempengaruhi keberhasilan evaginasi protoskoleks metasestoda ekskistasi hingga menempel pada mukosa usus, proglotidisasi, tumbuh dan berkembang menjadi sestoda dewasa.

2.2 Sestoda Parasitik pada Ayam Ternak

2.2.1 Jenis-jenis sestoda

Sekurang-kurangnya 10 famili sestoda diketahui dapat menginfeksi berbagai jenis unggas Wardle McLeod 1952; Yamaguti 1959. Telah dikenal sekitar 1400 spesies sestoda menginfeksi unggas liar maupun domestik Junker Boomker 2007. Sestoda yang sering ditemukan pada ayam ternak tergolong dalam famili Davaineidae, Paruterinidae, Dilepididae, dan Hymenolepididae Tabel 1. Spesies dari Famili Anoplocephalidae pernah ditemukan pada burung merpati Dehlawi 2006. Telah dilaporkan 10 genus, diantaranya Raillietina dari 11 Tabel 1 Spesies sestoda yang umum ditemukan pada ayam ternak. No Famili Spesies Inang antara 1 Hymenolepididae Hymenolepis carioca Lalat, kumbang H. cantaniana Kumbang Fimbriaria fasciolaris Kopepoda 2 Davaineidae Davainea proglottina Siput Raillietina echinobothrida Semut R. tetragona Lalat, semut R. cesticillus Lalat, kumbang R. magninumida Semut Cotugnia digonopora Tidak diketahui 3 Dilepididae Choanotaenia infundibulum Lalat, kumbang Amoebotaenia cuneata Cacing tanah 4 Paruterinidae Metroalisthes lucida Belalang Sumber: Permin Hansen 1998. famili Davaineidae paling sering ditemukan dan merupakan sestoda yang dominan menginfeksi unggas liar maupun piaraan termasuk ayam ternak Abdelqader et al. 2008; Adang et al. 2008; Ahmed Sinha et al. 1993; Amr et al. 1988; Hassouni dan Belghyti 2006; Irungu et al. 2004; Ketaren 1992; Kuney 1997; Kurkure et al. 1998; Luka Ndams 2007; Magwisha et al. 2002; Mcjunkin et al. 2003; Mpoame 1995; Muhaerwa et al. 2007; Mungube 2007; Mushi et al. 2000; Poulsen et al. 2000; Samad et al. 1986; Schou et al. 2007; Siahaan 1993; Terregino et al. 1999; Wilson et al. 1994; Yadav Tandon 1991. Seperti disajikan pada Tabel 1 bahwa kisaran jenis inang antara sestoda ayam cukup luas tergantung pada spesies sestoda. Serangga adalah jenis inang antara yang lebih dominan berperanan Gabrion et al. 1976; Soulsby 1982; Gordon Whitfield 1984; Merzaakhmedov 1985; Mohammed et al. 1988; Adams 1996; Kuney 1997; Permin Hansen 1998; O’Callaghan et al. 2003. Proglotida gravid yang keluar bersama tinja ayam akan tertelan oleh inang antara stadium dewasa atau larva yang cocok, dan selanjutnya berkembang menjadi larva infektif sistiserkoid. Ayam terinfeksi 12 setelah menelan inang antara yang mengandung sistiserkoid. Diawali dengan penempelan bagian skoleksnya attachment pada mukosa intestin ayam, selanjutnya tumbuh proglotidisasi dan berkembang menjadi cacing pita dewasa.

2.2.2 Patofisiologi infeksi dan gejala klinis