Patofisiologi infeksi dan gejala klinis

12 setelah menelan inang antara yang mengandung sistiserkoid. Diawali dengan penempelan bagian skoleksnya attachment pada mukosa intestin ayam, selanjutnya tumbuh proglotidisasi dan berkembang menjadi cacing pita dewasa.

2.2.2 Patofisiologi infeksi dan gejala klinis

Derajat infeksi ringan oleh nematoda gastrointestinal pada ayam dapat ditolerir tubuh tanpa mempengaruhi kesehatannya. Sebaliknya jika terinfeksi berat akan terjadi kompetisi dalam pemenuhan kebutuhan standar nutrisi untuk kelangsungan hidup inang-parasit Smith et al. 2005. Dampak yang lain adalah kelemahan umum dan menurunnya daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit lain Small 1996. Sebagian besar tulisan menganggap bahwa infeksi oleh sestoda sangat sedikit mempengaruhi kesehatan hewan bahkan terabaikan. Sejumlah sestoda yang berukuran besar dapat menyebabkan penyumbatan lumen usus inang. Variasi spesies sestoda menunjukkan perbedaan patogenitasnya. Studi yang berkaitan dengan patofisiologi sestodosis secara tepat khususnya pada unggas masih belum banyak dilaporkan. Ketepatan studi tersebut mutlak harus didukung oleh infeksi eksperimental, sedangkan selama ini hanya berdasarkan kajian infeksi alami di lapangan yang merupakan infeksi campuran baik cacing jenis lain maupun kausa selain cacing. Kesulitannya adalah beragamnya jenis sestoda yang dapat menginfeksi ayam disertai dengan kespesifikan inang antaranya. Kerusakan patologis yang umum ditemukan pada infeksi cacing secara alami adalah enteritis yang bersifat akut sampai kronis tergantung derajat infeksinya Fischer Say 1989. Perlukaan awal oleh infeksi sestoda karena penempelan skoleks dengan kait-kaitnya baik pada bagian rostelum maupun batil hisapnya bahkan penetrasi jauh ke dalam kripta mukosa usus. Davaineidae adalah famili yang dominan menginfeksi ayam. Ciri umum yang mudah untuk mengenal famili ini adalah adanya kait-kait pada rostellum maupun batil hisapnya. Infeksi berat oleh kelompok ini menyebabkan peradangan hemoragis disertai nekrosa mukosa usus, kadang-kadang meninggalkan nodul- nodul perkejuan yang tampak dari permukaan serosa apabila ayam dinekropsi. Nodul-nodul intestinal tersebut tampak enam bulan setelah ayam diinfeksi dengan 200 sistiserkoid R. echinobothrida. Perubahan nyata gambaran histopatologi 13 akibat infeksi R. echinobothrida adalah enteritis hiperplastik kataral dengan pembentukan granuloma pada area penempelan skoleks Nadakal et al. 1973 terutama pada kasus infeksi berat. Enteritis bisa meluas, diikuti dengan diare, kurus, gejala paling umum lesu dan nafsu makan menurun. Infeksi oleh tiga ekor R. tetragona pada ayam petelur berumur tiga minggu menunjukkan adanya lesi di intestin, fokal erosi pada epitel, enteritis, dan akumulasi limfosit terutama di sekitar skoleks yang masuk ke dalam lamina propria Saeed 2007, Salam et al. 2009. Dari gambaran klinis dan patologinya, sekurang-kurangnya sestodosis menimbulkan gangguan fungsi penyerapan nutrisi yang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan, penurunan berat karkas maupun produktivitas termasuk produksi telur. Defisiensi nutrien terutama protein menyebabkan gangguan pertahanan tubuh sehingga inang lebih rentan terhadap infeksi. Pada ayam muda menyebabkan kekerdilan dan kematian tinggi Dharmendra Pande 1963 dalam: Wasito et al. 1994. Infeksi oleh spesies R. echinobothrida menyebabkan penurunan haemoglobin, hematokrit, jumlah butir sel darah merah, protein serum, serta peningkatan butir sel darah putih Samad et al. 1986.

2.2.3 Prevalensi sestodosis pada ayam ternak