2. Secara Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan
manfaat bagi: Pemerintah khususnya pihak DJBC, para importir, eksportir, serta pelaku bisnis atau praktisi di bidang HaKI dan masyarakat luas sebagai konsumen
produk HaKI.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan oleh peneliti di perpustakaan Universitas Sumatera Utara diketahui bahwa penelitian tentang
“Perlindungan HaKI Dikaitkan dengan Kepabeanan berdasarkan UU No. 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas UU nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan” belum
pernah dilakukan dalam pendekatan dan perumusan masalah yang sama, walaupun ada beberapa topik penelitian tentang Perlindungan HaKI tapi jelas berbeda. Jadi
penelitian ini adalah asli karena sesuai dengan asas-asas keilmuan yaitu jujur, rasional, obyektif dan terbuka. Sehingga penelitian ini dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah dan terbuka atas masukan serta saran-saran yang membangun sehubungan dengan pendekatan dan
perumusan masalah.
Universitas Sumatera Utara
F. Kerangka Teori dan Konsepsional 1. Kerangka Teori
Teori hukum alam atau adakalanya disebut juga sebagai hukum moral biasanya digunakan sebagai landasan moral atau tuntutan untuk melindungi kekayaan
intelektual.
14
Gagasan dasarnya adalah bahwa kekayaan intelektual merupakan milik sang kreator. Oleh karena itu pengambilan dengan tidak memberikan kompensasi
bagi pemiliknya adalah suatu tindakan yang tidak dapat dibenarkan karena melanggar ajaran moral yang baik karena dalam ajaran moral biasanya diwujudkan dengan
doktrin: jangan mencuri atau jangan mengambil apa yang bukan milikmu.
15
Disamping itu, karena pencipta telah memperkaya masyarakat melalui ciptaannya, pencipta memiliki hak untuk mendapatkan imbalan yang sepadan dengan
nilai sumbangannya. Jadi hak cipta, memberi hak milik eksklusif atas suatu karya pencipta. Hal ini berarti mempertahankan hukum alam dari individu untuk
mengawasi karya-karyanya dan mendapat kompensasi yang adil atas sumbangannya kepada masyarakat.
16
Individu yang menciptakan sebuah musik atau karya seni harus memiliki hak untuk mengawasi penggunaannya dan mendapat kompensasi atas
penjualannya, tidak lebih dari seorang petani yang mendapat keuntungan dari tanamannya.
17
14
Lihat Agus Sardjono, loc.cit.
15
Ibid. Glenn P. Butterton menggunakan kalimat: “you should not take the property of another without permission”. Kalimat tersebut dikemukakan oleh Butterton dalam mengawali
pembicaraan mengenai norma hubungan antara norma sosial dengan HaKI.
16
Hendra Tanu Atmadja, Hak Cipta Musik Atau Lagu, Cet. 1, Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003, hal. 19.
17
Ibid., hal. 20.
Universitas Sumatera Utara
John Locke, seorang filsuf Inggris terkemuka abad ke-18, di mulai dengan asumsi bahwa ”every Man has a Property in his own Person”, mengantarnya kepada
suatu pemikiran, bahwa kerja individu juga menjadi milik individu itu sendiri.
18
Dengan alasan apa orang memperoleh hak milik melalui kerja? Jawabannya terletak pada tujuan dari Tuhan. Tuhan memerintahkan orang-orang untuk bekerja agar
mereka dapat menikmati kesenangan hidup: menikmati makanan, papan, sandang dan cara hidup yang nyaman. Locke tidak berasumsi bahwa semua orang tertarik akan
kerja; kerja hanya ditujukan bagi mereka ”yang rajin dan yang rasional saja”, yang diberikan Tuhan kepada mereka.
19
Locke mengusulkan bahwa hak milik merupakan imbalan yang adil untuk orang-orang yang rajin. Argumentasi ini menjadi titik awal
dari justifikasi utilitarian.
20
Untuk kebanyakan orang teori hukum alam hanya semata-mata sebagai titik awal dan merupakan justifikasi terbatas untuk HaKI. Sebagai alternatif bagi proposisi
terhadap hukum alam orang harus bergantung pada justifikasi utilitarian dalam hal perlindungan hak-hak kekayaan tidak berwujud.
21
Dalam teori pembangunan ekonomi, teori utilitarian dikembangkan menjadi reward theory. Teori yang berakhir
ini mendalilkan bahwa apabila individu-individu yang kreatif diberi insentif berupa hak eksklusif, maka hal ini akan merangsang individu-individu lainnya untuk
18
H.D. Effendy Hasibuan, Perlindungan Merek Studi Mengenai Putusan Pengadilan Indonesia dan Amerika Serikat, Cet. 1, Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, 2003, hal. 17.
19
Atmadja, op. cit., hal. 20-21.
20
Ibid.
21
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
berkreasi.
22
Sehingga berdampak pada pembangunan ekonomi dan kesejahteraan sosial yang akan semakin meningkat pula.
Selain teori-teori mengenai hak kekayaan intelektual yang telah disebutkan diatas, yaitu teori hukum alam dan teori utilitarian, maka ada empat teori lainnya
yang juga mempengaruhi perkembangan hukum HaKI:
23
1. The exchange-for-secrecy rationale, menyebutkan bahwa tanpa hak yang sah
legal right yang dapat mencegah pihak lain melakukan peniruan terhadap penemuan atau ciptaannya, maka pencipta akan tergoda untuk berupaya
merahasiakan ciptaannya. Jika hal ini dilakukannya, maka akan ada pihak- pihak tertentu secara diam-diam berupaya untuk meniru atau menjiplaknya,
dan kemudian memperbanyak penemuan dan ciptaan tersebut. Di samping itu, tak satu orang pun yang dapat menggunakan idenya untuk mendorong batas
pengetahuan lebih lanjut. Meskipun hak eksklusif telah mengorbankan banyak biaya, tetapi biaya yang besar itu dengan sendirinya akan terkompensasi
dengan terungkapnya inovasi atau ciptaan tersebut. 2.
The quality-control principle,menurut prinsip ini, hak eksklusif dianggap sebagai metode untuk melindungi inovasi dan ciptaan begitu diedarkan.
Dengan memberikan kekuasaan kepada pemegang hak untuk mengontrol penggunaan inovasi atau ciptaan tersebut, hak eksklusif memungkinkan
22
Agus Sardjono. op.cit., hal. 26. Lihat juga Atmadja, ibid., hal. 24. David Bainbrige mengatakan bahwa seseorang yang mencurahkan waktu dan usaha untuk mencipta suatu karya harus
diberikan kesempatan untuk mendapat imbalan secara ekonomis, dengan demikian akan mendorong orang-orang itu menjadi kreatif. Bagi seorang pencipta, keahlian mencipta bukan saja merupakan
kelebihan atau anugerah dari Tuhan, melainkan keahlian itu menjadi sumber penghidupannya.
23
Atmadja, op.cit., hal. 24-26.
Universitas Sumatera Utara
pemegang hak mempertahankan integritas. Pemegang hak dapat, misalnya menggunakan haknya untuk pihak-pihak lain melakukan penyimpangan atau
perusakan terhadap karyanya, yang menurunkan kredibilitas dan kualitas karya tersebut.
3. The prospecting theory, memiliki beberapa elemen untuk mempromosi
kualitas. Teori ini menganjurkan satu nilai dalam sistem hak eksklusif adalah yang berpusat pada penelitian. seperti seorang penambang yang mempunyai
klaim atas tambangnya; hak eksklusif yang dimiliki pemegang hak memiliki insentif untuk sepenuhnya mengembangkan ide-idenya. Dan karena ada
pihak lain ingin mendapatkan karya tersebut, ia harus mendapat otoritasi terlebih dahulu. Pemegang hak memperoleh pengetahuan yang komprehensif
tentang bagaimana karya itu dikembangkan, dan sekaligus membantu memelihara “pasar yang teratur” dalam pertumbuhan lebih lanjut.
4. The profit-incentive theory, telah memberi pengaruh yang sangat dominan
terhadap pembentukan hukum hak kekayaan intelektual, terutama di Amerika Serikat, karena telah mengambil pendekatan utilitarian. Teori ini ingin
membuktikan bahwa eksklusivitas diperlukan untuk melindungi para innovator dan pencipta dari serangan penjiplak atau peniru. Perlindungan ini
perlu diberikan, karena biaya peniruan atau penjiplakan jauh lebih rendah dibandingkan dengan biaya, waktu dan tenaga yang telah dikorbankan untuk
mencipta. Demikian juga dengan para penjiplak atau pembonceng gelap freerider, yang dapat menguasai pasar secara keseluruhan atas produk-
Universitas Sumatera Utara
produk tersebut, dan mencegah pencipta atau innovator mendapatkan kembali biaya yang telah dikeluarkan dalam rangka menghasilkan penemuan dan
penciptaan tersebut. Karena kebanyakan inventor atau pencipta tidak dapat memberikan pelayanan servis mereka kepada masyarakat, sehingga inovasi
dan penciptaan tidak dapat mencapai hasil yang optimal tanpa adanya eksklusivitas tersebut. Tentu saja, pemerintah dapat memberikan solusi
terhadap masalah pemboncengan gelap freerider itu dengan cara mensubsidi usaha-usaha inovatif tersebut, namun, karya-karya eksklusif biasanya lebih
unggul, karena mekanisme pasar memberikan imbalan, banyak atau sedikit, yang memberi manfaat kepada masyarakat melalui penemuan tersebut.
Dalam Deklarasi Universal tentang Hak-hak Asasi Manusia juga ditekankan bahwa setiap individu berhak untuk turut serta dengan bebas dalam kehidupan
kebudayaan masyarakat serta menikmati kesenian dan kemajuan ilmu pengetahuan dan sekaligus mendapatkan manfaatnya. Seiring dengan hak tersebut diatas, tercermin
adanya suatu pengakuan universal atas hak dari setiap individu terutama terhadap kepentingan-kepentingannya yang perlu diberi perlindungan baik yang bersifat moral
maupun yang bersifat materi yang diperoleh dari ilmu pengetahuan dan seni, dimana ia menjadi penciptanya.
24
24
Lihat Article 27 1 1948 Declaration of Human Rights yangberbunyi: “Everyone has the right freely to participate in the culture life of the community, to enjoy the arts and to share in
scientific, advancement and its benefits; Everyone has the right to protection of the moral and material interest resulting from any scientific, literary of artistic production of which he is the author”. Article
27 2 1948 Declaration of Human Rights yang berbunyi: “Everyone has the right freely to participate in the culture life of the community, to enjoy the arts and to share in scientific advancement and its
benefits”
Universitas Sumatera Utara
2. Konsepsional
Untuk memudahkan dalam memahami tulisan ini maka dibuatlah definisi operasional, sebagai berikut:
Hak cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis
setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut perundang- undangan yang berlaku.
25
Untuk kepastian hukum, hak cipta dianggap lahir atau timbul sejak suatu karya cipta diumumkan, yaitu tersedia untuk dinikmati oleh umum. Pada prinsipnya
Hak Cipta diperoleh bukan karena pendaftaran, tetapi dalam hal terjadi sengketa di pengadilan mengenai Ciptaan yang terdaftar serta apabila pihak-pihak yang
berkepentingan dapat membuktikan kebenarannya, hakim dapat menentukan Pencipta yang sebenarnya berdasarkan pembuktian tersebut.
26
Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai Pemilik Hak Cipta, atau pihak yang menerima hak tersebut dari pencipta atau pihak lain yang menerima lebih lanjut
dari pihak yang menerima hak tersebut,
27
antara lain berdasarkan pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian tertulis, atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan
25
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, LN No. 85 Tahun 2002, TLN No. 422, Pasal 2 ayat 1.
26
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, LN No. 85 Tahun 2002, TLN No. 422, Penjelasan Pasal 5 ayat 2
27
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, LN No. 85 Tahun 2002, TLN No. 422, Pasal 1 butir 1.
Universitas Sumatera Utara
perundang-undangan.
28
Hak khusus tersebut meliputi hak-hak untuk mengumumkan atau memperbanyak, termasuk kegiatan menerjemahkan, mengadaptasi,
mengaransemen, mengalihwujudkan, menjual, menyewakan, meminjamkan, mengimpor, memamerkan, mempertunjukkan kepada public, menyiarkan, merekam
dan mengkomunikasikan Ciptaan kepada publik melalui sarana apa pun.
29
Maka pelanggaran hak cipta muncul manakala terjadi penggunaan hak khusus tersebut oleh pihak yang tidak memiliki hak. Sanksi atas pelanggaran tersebut berupa
hukuman badan danatau denda serta pemusnahan barang bukti, disamping ganti rugi berdasarkan gugatan perdata. Ciptaan yang dilindungi di Indonesia sebagaimana
diuraikan dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra, yang mencakup:
1. buku, program computer, pamphlet, perwajahan lay out karya tulis
yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain; 2.
ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu; 3.
alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
4. lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
5. drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan dan pentonim;
28
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, LN No. 85 Tahun 2002, TLN No. 422, Pasal 3 ayat 2.
29
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, LN No. 85 Tahun 2002, TLN No. 422, Penjelasan Pasal 2 ayat 1.
Universitas Sumatera Utara
6. seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni
kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan; 7.
arsitektur; 8.
peta; 9.
seni batik; 10.
fotografi; 11.
sinematografi; 12.
terjemahan, tafsiran, saduran, bunga rampai. Database, dan karya seni dari hasil pengalihwujudan.
Sementara itu yang dimaksudkan dengan Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka susunan warna, atau kombinasi dari
unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.
30
Hak atas merek adalah hak khusus yang diberikan Negara kepada pemilik merek yang didaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu dan
menggunakan sendiri merek tersebut atau memberi izin kepada seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk menggunakannya.
31
Berbeda dengan hak cipta, hak atas merek lahirtimbul karena diberikan oleh Negara dan berdasarkan pendaftaran. Hak atas merek yang dilindungi di Indonesia adalah
30
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, LN No. 110 Tahun 2001, TLN No. 4131, Pasal 1 ayat 1.
31
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, LN No. 110 Tahun 2001, TLN No. 4131, Pasal 3.
Universitas Sumatera Utara
yang terdaftar danatau yang belum terdaftar tetapi merupakan merek terkenal. Pelanggaran merek Trademark Infringement adalah pemakaian secara tidak sah
suatu merek yang menyerupai merek dari pemilik yang sah, termasuk merek dagang, merek jasa, merek kolektif dan sertifikat merek dengan menciptakan suatu persamaan
yang membingungkan bagi para konsumen.
32
Sanksi atas pelanggaran tersebut adalah berupa hukuman badan dan denda, serta pemusnahan barang bukti. Disamping itu
ganti rugi berdasarkan gugatan perdata.
G. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif yang berarti bahwa penelitian ini mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengn permasalahan yang dibahas dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder. Digunakannya pendekatan yuridis normatif, dengan pertimbangan masalah
yang diteliti berkisar pada keterkaitan suatu peraturan dengan peraturan lainnya dan bagaimana aplikasinya dalam masyarakat.
1. Tipe atau Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu membuat perencanaan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta.
33
Penelitian ini memberikan gambaran situasi perlindungan impor-ekspor barang hasil pelanggaran HaKI di
Indonesia, kemudian dilakukan analisis terhadap permasalahan tersebut berdasarkan
32
Hasibuan, op.cit., hal. 22.
33
Sumadi, Metode Penelitian, Jakarta: CV Rajawali, 1998, hal. 19.
Universitas Sumatera Utara
peraturan perundang-undangan yang berkaitan, TRIPs dan pendapat-pendapat para ahli yang digunakan sebagai pisau analisis.
2. Sumber Data Penelitian Data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder diperoleh dari penelitian kepustakaan Library Research:
34
1. Bahan hukum primer, yaitu Undang-Undang Dasar 1945, Peraturan
Perundang-undangan, dan Yurisprudensi; 2.
Bahan hukum sekunder, yaitu buku teks, laporan penelitian, artikel ilmiah, makalah, jurnal dan laporan penelitian;
3. Bahan hukum tersier, yaitu sebagai pedoman untuk mengkaji bahan primer
dan sekunder yang diperoleh dari kamus, bibliogragi, dan ensiklopedia. 3. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data ialah teknik atau cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Metode atau teknik menunjuk suatu
kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, ujian,
dokumen dan lainnya.
35
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara studi kepustakaan dilakukan untuk mengumpulkan data
34
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: Wali Press, 1990, hal. 14-15.
35
Riduan, Metode Teknik Menyusun Tesis, Bandung : Bina Cipta, 2004, hal. 97.
Universitas Sumatera Utara
sekunder melalui pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan,
literatur-literatur, tulisan-tulisan para pakar hukum, bahan kuliah, dan
putusan-putusan pengadilan yang berkaitan dengan penelitian ini. 4. Analisis Data
Pengolahan, analisis dan konstruksi data penelitian hukum normatif dapat dilakukan dengan cara melakukan analisis terhadap kaedah hukum dan
kemudian konstruksi dilakukan dengan cara memasukkan pasal-pasal ke dalam kategori-kategori atas dasar pengertian-pengertian dasar dari sistem hukum
tersebut.
36
Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan yang berupa peraturan perundang-undangan, putusan-putusan pengadilan, dan studi
wawancara dengan beberapa informannarasumber di Kantor Bea dan Cukai di Medan, dan data juga diperoleh dari dokumen-dokumen atau arsip-arsip dari
para narasumber di Kantor Bea dan Cukai di Medan tersebut serta hasil wawancara diolah dan dianalisis berdasarkan metode kualitatif.
36
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Grafindo, 2006, hal. 225.
Universitas Sumatera Utara
BAB II IMPLEMENTASI AGREEMENT ON TRADE RELATED ASPECTS OF
INTELLECTUAL PROPERTY RIGHTS THE TRIPS AGREEMENT DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG KEPABEANAN
INDONESIA
A. Tinjauan tentang Perdagangan Internasional GATTWTO
1.
Pengertian Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional timbul akibat dari interpendensi atau kesaling- tergantungan antara satu negara dengan negara lainnya. Namun bukan berarti suatu
negara yang berdaulat tergantung sepenuhnya pada negara berdaulat lainnya, melainkan suatu situasi dan kondisi dimana semuanya saling membutuhkan, saling
memerlukan untuk mempertahankan keseimbangan politis dan ekonomis, dan tentu pula dalam rangka pemenuhan kepentingan masing-masing negara.
37
Satu negara mungkin mempunyai keunggulan komparatif comparative advantage, terhadap
negara lain atau bahkan keunggulan mutlak absolute advantage¸untuk itu diperlukan hubungan hukum antar negara yang meliputi individu-individu,
perusahaan-perusahaan, dan atau pemerintah. Pendapat ini adalah salah satu alasan yang menjelaskan mengapa penting perdagangan internasional.
Hubungan ini membutuhkan instrumen hukum yang bersifat supra nasional yang dibuat oleh dua negara atau lebih dan masing-masing negara tidak saja menaati
37
AF Elly Erawaty, Hukum Ekonomi Internasional, Bandung: FH Parahyangan, 1998, hal32.
Universitas Sumatera Utara