Definisi Bukti yang Cukup

melakukan penangguhan pengeluaran untukk barang yang melanggar hak cipta dan merek, sedangkan di Jepang, sesuai dengan kepentingan negaranya, tindakan penangguhan oleh Bea dan Cukai meliputi : hak cipta, merek, paten, desain circuit-layout, dan utility model. 77

c. Definisi Bukti yang Cukup

Bukti permulaan yang cukup mengenai adanya pelanggaran HaKI merupakan syarat mutlak sebelum mengambil keputusan untuk menangguhkan pengeluaran barang dari Kawasan Pabean, baik bagi Ketua Pengadilan NegeriPengadilan Niaga dalam passive action procedure maupun bagi pihak DJBC dalam active action procedure. Tentunya yang dimaksudkan dengan bukti yang cukup tadi adalah bukti permulaan yang cukup. Dan untukmemahami apa itu bukti-bukti permulaan yang cukup mengenai adanya pelanggaran hak atas merek atau hak cipta, kita perlu kembali kepada arti pelanggaran hak atas merek atau hak cipta. Pertama-tama yang perlu diuji atau diketahui adalah bukti kepemilikannya. Selanjutnya pengujian terhadap obyek pemilikannya atau barangnya. Pembuktian atas hak merek akan relative lebih mudah daripada atas hak cipta, karena pemilikannya merek didasarkan pada pendaftaran atau pengalihan hak sedangkan pemilikan hak cipta belum tentu didaftarkan. 77 Suherman, loc.cit. Universitas Sumatera Utara Karena itu terutama untuk yang tidak didaftarkan, pembuktian pemilikan atas hak cipta merupakan problem tersendiri. Mengenai pengujian atas barangnya objek pemilikannya. Dalam hal merek, terutama merek terkenal, bukti permulaan yang cukup bisa diperoleh dari data atau dokumen yang diajukan oleh pihak yang meminta penangguhan, yaitu bukti pemilikan hak yang dipunyai serta rincian dari keterangan yang jelas mengenai fisik barangnya. Namun dalam beberapa kejadian, mengenai merek ini dan terutama hak cipta, data atau dokumen yang diajukan belum memadai untuk dianggap sebagai bukti permulaan yang cukup tentang adanya pelanggaran. Dalam hal merek, masalah yang sering timbul adalah yang berkaitan dengan tingkatderajat kesamaan antara produk yang sejenis. Sedangkan dalam hak cipta, berkaitan dengan tingkat derajat kesamaan, baik di antara produk sejenis maupun antara produk yang satu dengan produk lain yang tidak sejenis misalnya kesamaan antara motif pada barang tekstil dengan motif pada lukisan. Dalam hal demikian, bukti permulaan yang cukup mungkin baru terpenuhi setelah melihat fisik barang. Masalahnya, bila bukti permulaan yang cukup baru terpenuhi setelah melihat fisik barang, tentunya akan timbul keraguan pada Ketua Pengadilan Negeri untuk memerintahkan penangguhan pengeluaran barang. Bahkan untuk pengujian atas tingkatderajat barang. Bahkan untuk pengujian atas tingkatderajat barang kesamaan barang yang tidak terlalu rumit, keraguan dapat timbul karena data barang pada dokumen impor tidak sejelas data Universitas Sumatera Utara barang pada bukti pemilikannya haknya. Secara umum, dokumen impor yang dapat diperoleh pemilik pemegang hak merek atau hak cipta adalah sebatas dokumen pengapalan atau manifest dengan uraian tentang barang yang kurang detail. Bukti permulaan yang cukup dapat diperoleh dengan membandingkan data pemilikan HaKI dengan data barang yang tercantum pada dokumen pengalan. Namun sering bukti permulaan yang cukup itu hanya dapat diperoleh setelah dilakukan penelitian pada dokumen imporekspor yang lebih detail, seperti invoice dan packing list, dan bahkan setelah melihat fisik barang. Berdasarkan kesulitan-kesulitan seperti disebutkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa active action procedure, yaitu penangguhan pengeluaran barang yang dilakukan oleh pejabat Bea dan Cukai karena jabatannya ex officio, sebenarnya akan lebih efektif dibandingkan dengan cara passive action procedure, yaitu penangguhan pengeluaran barang oleh Pejabat Bea dan Cukai berdasarkan perintah ketua pengadilan negeri pengadilan niaga atas permintaan pemilik pemegang HaKI.

d. Jumlah dan Bentuk Jaminan