Jumlah di atas menggambarkan betapa besarnya kerugian dibidang perdagangan itu sendiri maupun kerugian negara jika pembajakan merupakan hal yang “wajar” dan
“dibiarkan” di negeri ini.
b. keterbatasan-keterbatasan Dalam Pelaksanaan Peran Kepabeanan di
bidang HaKI
Walaupun secara umum institusi kepabeanan dapat berperan penting dalam perlindungan HaKI, perlu juga diperhatikan beberapa keterbatasan, yaitu:
96
1 Di banyak negara keterlibatan institusi kepabeanan dalam perlindungan
terhadap HaKI merupakan suatu tugas yang baru diatur dalam perundang- undangan, sehingga banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam
pelaksanaannya. Sebelum permasalahan pemalsuan dan pembajakan menjadi masalah serius dalam perdagangan internasional, perundang-
undangan HaKI di banyak negara tidak melibatkan kepabeanan untuk dapat melakukan perlindungan HaKI.
2 Aparat kepabeanan sendiri disibukkan dengan pengawasan wilayah yang
luas dan pelayanan terhadap kelancaran perdagangan internasional yang semakin meningkat volumenya. Kepabeanan harus menangani bermacam-
macam kepentingan dan prioritas dengan prasarana yang terbatas, ini berarti bahwa disamping peranan dalam perlindungan HaKI, kepabeanan
juga harus memperhatikan kepenhtingan penegakan hukum di bidang lain
96
Ibid, hal.5.
Universitas Sumatera Utara
misalnya narkotika, larangan pembatasan, commercial fraud dan lainnya.
3 Sesuai dengan kondisi dan kepentingan masing-masing, kebijaksanaan,
prosedur dan praktek penegakan hukum di bidang HaKI berbeda-beda di tiap negara. Ruang lingkup dan tingkat kewenangan yang diberikan
kepada institusi kepabeanan berbeda di tiap negara walaupun terhadap standar perlindungan minimal yang diatur dalam TRIPs.
Dengan adanya keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh Bea dan Cukai maka diharapkan dapat segera dicarikan solusinya dengan dipikirkan secara bersama-
sama pihak yang terkait, agar dapat mengatasi keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh Institusi kepebeanan yaitu Direktorat Bea dan Cukai sehingga dapat
mengatasi masalah-masalah yang terjadi yang dari hari kehari memperlihatkan modus operandi yang semakin canggih.
c. Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan mengenai Keterlibatan Bea dan
Cukai dalam Melaksanakan Perlindungan HaKI
Berdasarkan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan atau ratifikasi Agreement Establishing The World Trade Organization, maka Pemerintah
Indonesia harus menindaklanjuti ketentuan perdagangan internasional tersebut perjanjian multilateral berdasarkan putaran Uruguay atau GATT. Salah satu
ketentuan itu adalahPersetujuan tentang Aspek-Aspek Dagang HaKI Agreement on
Universitas Sumatera Utara
Trade Related Aspects of Intellectual Property Right TRIPs seperti hak cipta, merek dan paten.
Organisasi kepabeanan
sedunia World Customs Organization WCO,
merekomendasikan bahwa penyiapan perundangan nasional yang melibatkan kepabeanan dalam penegakan hukum di bidang HaKI, perlu untuk di perhatikan
beberapa hal, yaitu:
97
1 Peranan kepabeanan harus dirumuskan secara tepat agar intervensi yang
dilakukan tidak terhambat arus perdagangan barang-barang asli pada kenyataannya, sangat sulit untuk mencapai keseimbangan antara
penegakan hukum yang efektif dengan pemberian kemudahan bagi barang-barang yang sah.
2 Sesuai tujuan pada ketentuan mengenai penegakan hukum dalam TRIPs,
yaitu memastikan adanya tindakan penegakan hukum yhang efektif, dengan tetap menjaga agar tidak terjadi hambatan pada perdagangan yang
‘legitimate’. 3
Peranan kepabeanan hanyalah membantu pelaksanaan penegakan hukum di bidang HaKI. Pihak kepabeanan memrlukan bantuan pemilik hak, yang
paling bertanggung jawab dalam melakukan tindakan-tindakan dalam
97
Ibid., hal.6.
Universitas Sumatera Utara
melindungi haknya, antara lain dengan cara mendaftarkan haknya dan memberitahukan kepada pihak kepabeanan.
4 Jumlah sumber daya kepabeanan yang dialokasikan bagi penegakan
hukum di bidang HaKI tidak sama di tiap-tiap negara. 5
Setiap pelanggaran HaKI berkaitan dengan barang-barang impor atau ekspor hendaknya dikenai sanksi yang sama beratnya dengan sanksi yang
di kenakan terhadap pelanggaran HaKI yang terjadi di dalam negeri. Hal ini dapat kita lihat bahwa kepabeanan berperan dalam penegakan hukum
khususnya tentang kepabeanan, dan yang lebih khusus lagi mengenai pelanggaran HaKI, hal ini bisa menjadi perhatian serius dari Kepabeanan di Indonesia dalam
menegakkan hukum.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV KENDALA JURIDIS YANG DIHADAPI OLEH DIREKTORAT JENDERAL
BEA DAN CUKAI DALAM MENERAPKAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DI INDONESIA DAN
UPAYA UNTUK MENGATASINYA
A. Lingkup Tugas dan Kewenangan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Berdasarkan kesepakatan GATT tentang perdagangan bebas internasional dan perdagangan bebas regional seperti ASEAN Free Trade Area AFTA, Asia-Pacific
Economic Cooperation APEC maka peran Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam mengumpulkan kontribusi anggaran negara dan sektor tarif bea masuk semakin
berkurang. Namun tantangan-tantangan baru muncul karena Direktorat Jenderal Bea dan Cukai merupakan kunci pokok pelaksana berbagai kebijaksanaan pemerintah.
Tantangan-tantangan tersebut melebar ke bidang-bidang seperti perlindungan hak atas kekayaan intelektual, limbah-limbah berbahaya, spesies-spesies yang terancam
punah, narkotika, senjata api, dan lain sebagainya. Tugas bea dan cukai di tiap-tiap negara prinsipnya adalah sama yaitu:
98
1. Memberikan perlindungan kepada negara dan masyarakat dan
masuknya barang-barang berbahaya; 2.
Memberikan perlindungan kepada industri-industri dan persaingan barangbarang yang diimpor sejenisnya;
98
Permana Agung, “Imp1ementsi dan Pasca Undang-Undang No 10 Tahun 1995,” Makalah disampaikan pada Seminar Tentang Sistem dan Prosedur Ekspor-Impor Era Undang-Undang No. 10
Tahun 1995, Jakarta 9, Januari 1996, hal. ii.
Universitas Sumatera Utara