tempat peribadatan di tingkat cabang, dan juga memiliki tugas mengelola Ugasan Torop di wilayah yang di ketuainya.
Dari segi adminstarasi, Ulupunguan mempunyai tugas, pertama; melaporkan secara resmi seluruh anggotaa di cabangnya secara berkala kepada
pimpinan pusat orang yang baru masuk karena lahir atau berpindah agama. Kedua; melaporkan jumlah iuran keuangan yang bersumber dari anggota,
misalnya Ugasan Torop, Adat Marama, Samba Hamauliateon dan lain-lainnya. Ketiga; melaporkan keadaan perkembangan cabang terutama dalam hal
pengamamalan agama dan hambatan-hambatan lainnya.
4.1.1. Pelembagaan Ugamo Malim
Ugamo diartikan suatu kumpulan orang yang melakukan aksi membentuk hubungan dengan Penciptanya. Raja Mulia selaku orang yang menerima amanah
untuk mendirikan Hamalimon sedikit ragu atas kemampuannya, hingga suatu saat beliau ditemui oleh seorang sosok yang kumal. Sosok ini menagih janji untuk
melembagakan hamalimon yang disebut UGAMO MALIM. Ketika Raja Mulia hendak mengucapkan kata pernyataannya siapa diri yang menemuinya, beliau
spontan menghentikan dan mengenalkan diri “Nasiakbagi” tidak memiliki harajaon, dan harta benda serta kampung halaman.
Raja Mulia bersedih, karena harus memperkenalkannya “sahabatnya” didepan umum disebut sahabat, namun dalam pengakuannya adalah sebagai
Universitas Sumatera Utara
guru, raja dan MALIM seperti, teman pedagang, teman main judi dan lain sebagainya. Para pengikutnya menyebut Nasiakbagi lebih terhormat menjadi
“Raja Nasiakbagi”. Pada saat itu apa yang diamanatkan Sisingamangaraja XII sebelumnya itu juga dituntut pelaksanaannya.
Munculnya Raja Nasiakbagi semakin menguatkan keyakinan Raja Mulia Naipospos akan pesan yang telah diamanatkan Raja Sisingamangaraja
sebelumnya. Raja Nasiakbagi menyerahkan konsep pengorganisasian dan ajaran Ugamo Malim sesuai dengan apa yang diterimanya dari Raja Sisingamangaraja.
Raja Nasiakbagi selalu menolak apabila dirinya dianggap sosok Raja Sisingamangaraja XII ataupun penjelmaannya. Beliau selalu mengatakan bahwa
Sisingamangaraja sudah berada disisi Mulajadi Nabolon.
Gayus Hutatahean seorang pengikut Ugamo Malim
dengan semangatnya menyebarkan informasi bahwa Raja Sisingamangaraja XII hidup
dan jalan bareng dengan Raja Mulia Naipospos, hal ini menyebabkan dia ditangkap pemerintah Belanda dan dibuang. Sejak itu tidak ada yang berani
membicarakan Raja Sisingamangaraja.
Penjajah dan kroninya mencurigai langkah Raja Mulia dan sosok “Nasiakbagi” dan melakukan fitnah dan pengejaran. Raja Mulia dipenjara
beberapa kali karena tidak menyebut siapa sebenarnya yang menyebut dirinya Nasiakbagi itu.
Universitas Sumatera Utara
Lambat laun setelah melihat pola pengajaran dan pengorganisasian yang dilakukan Raja Mulia sudah mapan, akhirnya “Raja Nasiakbagi”
meninggalkannya.
Tantangan dan kekerasan banyak dihadapi selama mengembangkan Ugamo Malim. Berbagai tudingan dan sebutan dilontarkan tidak dijawab. Ada
yang menyebut mereka sama dengan kelompok Parhudamdam, ada yang menyebut Parsitengka ada yang menyebut Agama Sempalan dari berbagai
Agama, ada yang menyebut Animisme, ada yang menyebut Sipelebegu atau Pelbegu. Sebagian lagi menyebut mereka Parugamo, dan ada yang menyebut
Parsiakbagi. Semua sebutan itu tidak dibantah, karena mereka yang berkuasa saat itu lebih dominan diterima publik. Ada kepentingan mereka untuk
memberikan stigma buruk kepada kelompok ini agar tidak ada yang mengikuti atau bila mungkin ditinggalkan para pengikutnya.Karena mereka adalah par-
Ugamo Malim maka lebih lajim disebut menjadi Parmalim.
Mereka sering dipaksa memberikan sumbangan pembangunan gereja. Pernah mezbah persembahan Parmalim di Hatinggian dirampas dan dirobohkan
atas perintah Raja Ihutan yang diangkat Penjajah. Pemerintah kolonial akhirnya memberi izin kepada Kelompok Parmalim yang dipimpin Raja Mulia Naipospos
untuk mendirikan BALE PASOGIT tempat peribadatan di Hutatinggi yang dikeluarkan controleur van Toba tahun 1921.
Universitas Sumatera Utara
Pada saat Raja Mulia mulai memimpin umat Parmalim pengaplikasikan Ugasan Torop lebih di maskimalkan lagi dari yang sebelumnya. Karena
sebelumnya Raja Nasiakbagi sudah mengajarkan untuk mendirikan Ugasan Torop. Maka, setiap tahun masing-masing warga mengumpulkan sejumlah
tertentu padi atau uang dalam lumbung kas. Tujuannya menyantuni kehidupan warga yang tidak mampu. Yatim piatu dan warga miskin dijamin oleh harta
bersama ini. Yang kurang mampu didak diwajibkan memberikan hingga kehidupannya semakin baik, namun mempunyai hak yang sama.
Ugasan Torop merupakan salah satu sumber utama keuangan organisasi agama Malim yang berasal dari anggota Parmalim itu sendiri. ada semacam
keharusan walaupun tidak wajib bagi setiap keluarga parmalim untuk membayar iuran yang diserahkan kepada pimpinan pusat agama Malim setiap tahunnya.
Dalam bahasa batak Ugasan Torop adalah “barang milik orang ramai”, sedangkan dalam istilah agama Malim, Ugasan Torop berarti “harta milik
bersama seluruh warga Parmalim”. Adapun Ugasan Torop dipergunakan untuk keperluan dana untuk urusan Organisasi, pembangunan gedung beserta
perawatannya serta dana untuk keperluan sosial seperti menolong warga Parmalim jika ditimpa musibah yang tergolong berat. Disamping itu dan Ugasan
Torop juga dikeluarkan untuk membantu keluarga warga Parmalim yang sangat miskin lebih-lebih lagi jika tidak mempunyai usaha apa-apa. Bentuk bantuan itu
bisa merupakan uang tunai, ataupun dalam bentuk padi.
Universitas Sumatera Utara
Pimpinan Pusat Ihutan
Sekretaris Bendahara
Pimpinan Cabang Ulupunguan
Sekretaris bendahara
Pimpinan Cabang Ulupunguan
Sekretaris bendahara
Pimpinan Cabang Ulupunguan
Sekretaris bendahara
Struktur Organisasi Agama Malim
4.1.2. Sejarah Berdirinya Ugasan Torop