4.3. Ugamo malim
Ugamo malim menurut keyakinan para penganut Agama malim adalah sebuah agama yang telah ada di tanah batak sejak dari dahulu kala sebelum
masuknya agama-agama besar yang berasal dari Eropa dan Negara lainnya. Ugamo Malim adalah sebuah agama yang menjalankan inti ajaran dalam
menjalankan hubungan dengan Mulajadi Nabolon Tuhan. Hal ini senada dengan yang diucapkan oleh bapak Monang Naipospos bahwa:
“Parmalim adalah agama asli masyarakat batak, seperti halnya agama lain yang berada di tempat lain, seperti agama kejawen di jawa, sunda wiwitan
di Bandung dan lain sebagainya. Parmalim meyakini tuhan yang satu dan hanya pola penyembahannya saja yang berbeda” wawancara pada oktober
2010.
Kronologis perkembangan Ugamo Malim yang diyakini oleh penganut agama Malim adalah sebuah rentetan peristiwa pada jaman dahulu kala. “Raja Uti
dikenal menerima amanah mengajarkan Hamalimon dan pola penyembahan terhadap Mulajadi Nabolon. Beliau juga menerima amanat “Harajaon” pertama
sekali di tanah Batak walaupun tidak dilakukan secara terlembaga. Raja Uti dianugerahi Mulajadi Nabolon “Mula ni Harajaon na marsuhi ni ampang naopat”.
parmalim.com. kemudian hal ini di sampaikan kepada Raja Sisingamangaraja I yang kemudian mulai di aplikasikan dalam kerajaan Batak. Diceritakan bahwa,
“Sisingamangaraja menerima wejangan dari Raja Uti untuk pelaksanaan amanah “maningahon” harajaon, patik, uhum, hamalimon. Harajaon “na marsuhi ni
ampang naopat” tetap menjadi landasan pelaksanaannya.Parmalim.com.
Universitas Sumatera Utara
Pada saat ini pemahaman tentang apa itu ugamo Malim sudah sangat jauh berkembang daripada dulu pada saat awal kemunculannya. Menurut penuturan
dari Ihutan, bapak Marnangkok naipospos “Parmalim adalah sebuah agama yang mendorong manusia untuk
menghindari kematian di balik kematian dan menuju kehidupan di balik kehidupan, maksud dari pernyataan ini adalah bahwa Parmalim
mendorong manusia untuk hidup secara baik di dunia, karena di kehidupan selanjutnya bekal yang kita bawa di dapat dalam kehidupan sebelumnya.
Parmalim mengedepankan nilai kesopanan dalam kehidupan, artinya dalam hidup kita harus selalu menjunjung tinggi nilai kebaikan, tidak
curang dan berbuat jahat kepada sesama”. wawancara pada oktober 2010.
Dari kutipan wawancara tersebut terlihat bahwasanya pemahaman mengenai agama dalam masyarakat Parmalim bukan hanya berupa Dogma dan
alasan orangtua, maksudnya karena orangtuanya Parmalim maka anaknya parmalim, wawancara tersebut menunjukkan bahwasanya seperti halnya agama-
agama besar lainnya yang memiliki sejarah , para penganut Parmalim juga mengetahui dan paham betul asal-usul agamanya dan perjuangan para pendiri
agamanya sampai sekarang. Untuk mempertahankan agamanya para pemimpin agama sadar betul tidak
boleh hanya mengandalkan doktrin dan pemaksaan kepada anak-anak mereka, jadi pemahaman dan nilai-nilai agama ditanamkan dari sejak lahir dan dituntun
terus sampai besar, bahkan Ulupunguan di tiap cabang memiliki tanggung jawab
Universitas Sumatera Utara
khusus untuk terus menuntun apabila ada anggota yang mengalami kondisi tidak baik.
Penganut Parmalim diajarkan untuk menjaga nilai kesopanan dengan sangat tinggi, terus hidup dengan baik dan terus menjaga dirinya dari perbuatan
yang dilarang oleh agama.
4.4. Ugasan Torop