Pengaruh Kecepatan Angin terhadap Suhu

akhir shift II Kedua yaitu pada pukul 18.00 Wib yang secara berangsur-angsur turun sampai dengan shift III Ketiga . Suhu tertinggi pada setiap lintasan ada pada lintasan ke 5 dan ke 6 pada setiap shiftnya karena pada lintasan tersebut terjadi perpindahan panas dari keenam lintasan lainnya dan sirkulasi udara yang rendah pada lintasan tersebut. Sedangkan suhu terendah terjadi pada saat shift III Ketiga di lintasan 1, hal ini disebabkan karena sirkulasi udara yang lebih baik dan terdapat ventilasi pada lintasan tersebut.

6.1.3. Pengaruh Kecepatan Angin terhadap Suhu

Dari kedelapan lintasan yang diteliti dan dari perhitungan pengaruh kecepatan angin terhadap suhu pada Tabel 5.20 sd Tabel 5.22 . maka dapat dilihat pada nilai korelasi untuk lintasan 1 sampai lintasan 8 bahwa pengaruh kecepatan angin terhadap waktu sangat lemah, pada lintasan 5 dan lintasan 6 pengaruh yang terjadi lemah sedangkan pada lintasan 1 pengaruh yang terjadi cukup kuat. Kecepatan angin pada kedelapan lintasan sangat kecil, pada lintasan 1 rata-rata kecepatan angin adalah 0.05 ms, pada lintasan 2 adalah 0.049 ms, pada lintasan 3 adalah 0.046 ms, pada lintasan 4 adalah 0.046 ms , pada lintasan 5 adalah 0.04 ms, pada lintasan 6 adalah 0.04 ms, pada lintasan 7 adalah 0.042 ms dan pada lintasan 8 adalah 0.046 ms. Kecepatan angin yang sangat rendah diakibatkan oleh kurangnya sirkulasi udara pada lantai produksi dan tidak terdapatnya ventilasi kecuali satu buah pintu pada lintasan satu yang menuju lantai packing . Kecepatan angin yang paling tinggi terdapat pada lantai 1, hal ini karena pada lintasan ini terdapat pintu dan kondisi lantai yang cukup kosong dibandingkan kedelapan lantai lain sehingga terjadi sirkulasi udara yang lebih baik. 6.1.4. Pengaruh Kelembaban terhadap Suhu Kelembaban relatif pada setiap lintasan masih berada pada zona nyaman yaitu bekisar antara 50 sampai 70. Pada Tabel 5.17 sd Tabel 5.19 dapat dilihat bahwa nilai korelasi yang diperoleh bertanda negatif, ini menandakan bahwa terjadi pengaruh yang tidak langsung antara kelembaban dan suhu pada kedelapan lintasan meskipun pengaruh yang terjadi cukup kuat. Rata-rata kelembaban yang terjadi pada kedelapan lintasan adalah, sebesar 65.27, dengan kelembapan tertinggi terjadi pada saat Shift III Ketiga pukul 03.00 wib – 05.00 wib sedangkan kelembapan terendah terjadi pada saat shift I Pertama pada pukul 13.00 Wib sd 15 Wib. Jika dibandingkan dengan perubahan suhu pada kedelapan lintasan maka dapat dilihat bahwa suhu dan kelembaban cenderung memiliki hubungan timbal balik, dimana ketika suhu naik maka kelembaban menurun dan demikian sebaliknya. 6.1.5. Analisis Fisiologi Pekerja Nilai mean vote dari kuisioner dapat dilihat pada Tabel 5.29. dimana pekerja di kedua operator lantai produksi memiliki keluhan yang meningkat dari sebelum sebelum bekerja dibandingkan dengan sesudah bekerja. Pada Gambar 5.15. sebelum bekerja Operator peeler masih merasakan kondisi panas yang netral 0.4 tetapi sesudah bekerja pekerja merasakan panas 1.708 dan Operator line sebelum bekerja merasakan kondisi yang cukup panas 0.67 dan sesudah bekerja merasakan panas Universitas Sumatera Utara 1.875, hal ini adalah akibat dari semakin meningkatnya suhu ruangan di lantai produksi. Apabila dibandingkan dengan Gambar 5.16. yang merupakan grafik mean vote untuk preferensi termal, sebelum bekerja operator peeler berharap suhu lebih sejuk 0.50 dan sesudah bekerja suhu yang diharapkan jauh lebih sejuk 1.167 dan operator line sebelum bekerja berharap suhu ruangan lebih sejuk 0.250 dan sesudah bekerja tetap berharap jauh lebih sejuk 1.67. Pada Gambar 5.17. grafik mean vote dari sensasi aliran udara terdapat perbandingan antara aliran udara yang diharapkan sebelum dan sesudah bekerja oleh kedua operator di lantai produksi. Operator peeler sebelum bekerja merasakan bahwa aliran udara yang cukup lemah -0.667 dan sesudah bekerja masih merasakan aliran udara yang kuat -1.167 sedangkan pekerja di operator line sebelum bekerja merasakan aliran udara yang cukup lemah -0.875 dan sesudah bekerja merasakan aliran udara yang lemah -1.250. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya sirkulasi udara di lantai produksi. Apabila kondisi ini dibandingkan dengan Gambar 5.18. yang merupakan grafik mean vote dari air flow preference maka pada grafik ini dilihat bahwa operator peeler sebelum bekerja berharap aliran udara lebih kuat 0.708 dan sesudah bekerja berharap aliran udara yang jauh lebih kuat 1.167 sedangkan operator line sebelum bekerja berharap bahwa aliran udara jauh lebih kuat 0.625 dan sesudah bekerja tetap berharap aliran udara yang jauh lebih kuat1.500. Kenyamanan termal yang dirasakan oleh pekerja di kedua lantai produksi hanya sedikit berbeda, apabila dilihat di Gambar 5.19. maka kenyamanan termal yang dirasakan oleh operator peeler sebelum bekerja adalah netral -0.2 sedangkan kenyamanan yang dirasakan sesudah bekerja adalah cukup tidak nyaman -1.292 hal ini tidak jauh berbeda dengan yang dirasakan oleh operator line dimana sebelum bekerja merasakan cukup tidak nyaman -0.750 sedangkan sesudah bekerja merasakan sangat tidak nyaman -1.500. Hal ini disebabkan oleh kondisi termal di area operator line yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan kondisi termal di area operator peeler. Lingkungan kerja yang baik akan mendukung kinerja dari pekerja ataupun kesehatan dari pekerja, pada Gambar 5.20. dilihat bagaimana efek lingkungan kerja yang dirasakan oleh pekerja di kedua lantai produksi. Operator peeler sebelum bekerja merasakan lingkungan kerja yang cukup mengganggu -0.625 dan sesudah bekerja merasakan lingkungan kerja yang mengganggu -1.332 sedangkan operator line sebelum bekerja merasakan bahwa lingkungan kerja cukup mengganggu -0.625 dan demikian pula sesudah bekerja -1.500. Pada Gambar 5.21., Gambar 5.22, Gambar 5.23 dan Gambar 5.24. dapat dilihat identifikasi kelelahan pekerja sebelum dan sesudah bekerja. Dari kedelapan lintasan yang dilihat bahwa pekerja mengalami kelelahan fisik yang meningkat dari sebelum dengan sesudah bekerja mulai dari sedikit lelah sampai sangat lelah. Kelelahan ini juga dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan kerja yang tidak mendukung, terkhusus untuk kedua lantai tersebut yang dapat mencapai suhu 37.70 o C dan 37.75 o C. 6.1.6. Analisa Hubungan antara Suhu Tubuh dengan Tekanan Darah Hubungan antara suhu tubuh dengan tekanan darah baik itu sistole maupun diastole dapat dilihat pada Tabel 5.2. Dari hasil pengukuran sebelum dan sesudah Universitas Sumatera Utara bekerja maka suhu tubuh pekerja dan tekanan darah semakin meningkat, hal ini mengindikasikan bahwa pekerja mengalami dehidrasi dimana pompa udara ke jantung semakin berkurang sehingga terjadi kekurangan elektrolit yang mengakibatkan peningkatan suhu tubuh. 6.1.7. Analisa Indeks Suhu Bola Basah ISBB Dari pengukuran yang dilakukan maka dapat dihitung nilai indeks suhu bola basah ISBB yang dapat dilihat pada Tabel 5.35., Tabel 5.36., Tabel 5.37, sedangkan rekapitulasi dari nilai ISBB kedelapan lintasan dapat diperoleh pada Tabel 6.1. berikut : Tabel 6.1. Nilai ISBB dari Kedelapan lintasan Produksi Lintasan Lintasan1 Lintasan2 Lintasan3 Lintasan4 Lintasan5 Lintasan6 Lintasan7 Lintasan8 ISBB o C 28.82 29.92 31.06 29.72 33.35 33.37 29.78 28.81 Sumber: Hasil Pengolahan Data Selanjutnya nilai indeks suhu bola basah hasil perhitungan dibandingkan dengan standar berdasarkan keputusan menteri Dinas Tenaga Kerja tentang iklim kerja yang terdapat di tempat kerja pada KEP.51MEN1999. Tabel 6.2. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja ISBB yang Diperkenankan Pengaturan waktu kerja setiap hari ISBB O C Beban Kerja Waktu Kerja Waktu Istirahat Ringan Sedang Berat Bekerja terus-menerus 8 jamhari - 30.0 26.7 25.0 75 kerja 25 istirahat 30.6 28.0 25.9 50 kerja 50 istirahat 31.4 29.4 27.9 25 kerja 75 istirahat 32.2 31.1 30.0 Sumber: KEP.51MEN1999 Catatan: 1. Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100-200 Kilo kalorijam 2. Beban kerja sedang membutuhkan kalori 200-350 Kilo kalorijam 3. Beban kerja berat membutuhkan kalori 350-500 Kilo kalorijam Beban kerja pekerja berdasarkan perhitungan kebutuhan energi pada Tabel 5.25. maka dikategorikan ke dalam beban kerja sedang. Nilai ISBB yang dibahas dari Tabel 6.1. adalah Persentase waktu kerja pekerja untuk operator peeler adalah 75 kerja dan 25 istirahat sedangkan untuk operator line adalah 50 kerja dan 50 istirahat. Universitas Sumatera Utara

6.1.8. Analisis Keseimbangan Panas dan Heat Stress Index