ekonomi. Kendati pun demikian, harus diakui bahwa pemanfaatan fungsi jaringan sosial masih bersifat karitatif, bukan merupakan solusi substansial untuk
mengatasi berbagai kesulitan sosial-ekonomi rumah tangga nelayan secara mendasar. Hal ini dikarenakan, faktor-faktor penyebab kesulitan memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari atau kemiskinan di kalangan masyarakat nelayan
sangat kompleks. Solihin. 2004. http:io.ppi-jepang.org. Diakses tanggal 7
september 2009
2.2 Sebab – sebab kemiskinan
Kemiskinan adalah sebuah kondisi kekurangan yang dialami oleh
seseorang atau keluarga. Batas garis kemiskinan itu ditentukan antara lain
kebutuhan pokok minimum untuk hidup. Dibidang perburuhan, terdapat ketentuan kebutuhan fisik minimum KFM yang dinilai dengan uang untuk seorang saja
atau seseorang dengan beberapa keluarga. Raharja, 1955: 145 Orang miskin adalah mereka yang tingkat pedapatannya dibaawah garis
kemiskinan, yang dalam Susenas ditentuka sebesar Rp 20.614,- per kapita per bulan daerah perkotaan dan Rp 13.295,- per kapita per bulan daerah pedesaan
untuk tahun1990. Sebenarnya ukuran ini juga berbeda dari satu propinsi kepropinsi lainnya. Batas miskin tertinggi untuk propinsi adalah untuk
Kalimantan Selatan sebesar Rp 26.208,-, sedangkan yang terendah adalah Lampung sebesar Rp 17.664,-
Kondisi kemiskinan disebabkan oleh beberapa faktor yang berbeda antara lain :
1. Kesempatan kerja.
Universitas Sumatera Utara
Seseorang miskin karena mengangur, sehingga tidak memperoleh penghasilan atau kalau bekerja tidak penuh, baik dalam ukuran hari, minggu, bulan
ataupun tahun. Hal yang kedua itu sering disebut gejala setengah menganggur disguised unemployment. Apabila orang bersangkutan memperoleh
pekerjaan dengan upah atau gaji yang memadai, maka orang tersebut terlepas dari kemiskinan.
2. Upah gaji dibawah standart minimum.
Seseorang bisa memiliki pekerjaan tertentu tetapi jika upahnya dibawah standart, sementara itu pengeluarannya cukup tinggi, maka orang tersebut
tergolong miskin. 3.
Produktivitas kerja yang rendah. Produktivitas kerja yang rendah. Lebih dari 60,0 insiden kemiskinan
terdapat disektor pertanian. Pada umumnya kemiskinan disektor ini disebabkan produktivitas yang sudah rendah.
4. Ketiadaan aset.
Dibidang pertanian, kemiskinan terjadi karena petani tidak memiliki lahan atau kesempatan untuk mengolah lahan. Disini terjadi perbedaan antara
pemilikan lahan dan penguasaan lahan. Petani yang memiliki lahan atau hanya memiliki lahan sempit belum tentu miskin asalkan mempunyai lahan garapan.
Hanya saja, dengan menyewa atau menyakap, pendapatan yan diterima tentu lebih kecil dibandingkan dengan pemilikan lahan.
Universitas Sumatera Utara
5. Diskriminasi.
Kemiskinan juga terjadi karena diskriminasi seks. Dari data upah diketahui bahwa penghasilan perempuan perbulan itu rata-rata 56, 0 saja dari
penghasilan laki-laki. Jika itu merupakan tambahan bagi penghasilan keluarga, maka penghasilan perempuan ikut mengangkat keluarga dari kemiskinan.
Tetapi bagi wanita yang belum kawin atau menjanda, maka hal itu berarti kemiskinan.
6. Tekanan harga.
Pendapatan yang rendah bukan hanya disebabkan karena rendahnya produktivitas, melainkan juga karena tekanan harga. Hal ini terutama berlaku
pada petani kecil pengrajin dalam industri rumah tangga. Tekanan harga juga bukan hanya disebabkan oleh mekanisme permintaan dan penawaran bebas,
tetapi juga disebabkan oleh pembili, penimbunan aturan tata niaga dan berbagai bentuk manipulasi.
7. Penjualan tanah.
Penjualan tanah baik tanah pertanian, pertambakan atau perumahan bisa menimbulkan kejatuhan dan akhirnya kemiskinan. Banyaka terdengar
informasi masyarakat tradisional menjual tanah untuk naik haji. Uang yang didapatkan cukup banyak tetapi karena dipakai untuk membayar ONH dan
bekal naik haji lainnya, orang trsebut bisa miskin. Penjualan tanah bisa disebabkan karena penjulan tanah yang cukup baik dengan tanah lain yang
ditukarkan dipinggiran, tetapi bisa juga terjadi akibat kompensasi penganguran. Raharja, 1955: 145
Universitas Sumatera Utara
1.6 Pemutusan Hubungan Kerja PHK