Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat lebih dikenal dengan Krisis Global 2008 telah menyebabkan PHK besar-besaran hampir di seluruh belahan dunia. Data pemerintah Amerika Serikat yang dirilis pada bulan oktober 2008 menunjukkan jumlah pekerja yang di-PHK di Amerika serikat berjumlah 478 ribu orang. Pada perkembangan selanjutnya bulan Desember Walstreet kembali mengumumkan jumlah PHK mencapai 152.000 orang. Hal itu merupakan jumlah PHK terbesar yang melebihi estimasi yaitu 85.000 orang. Akibat lain dari Krisis tersebut adalah ditariknya bursa saham pada berbagi sektor investasi yang turut mempengaruhi rontoknya bursa saham dunia. Modjo, 2008. http:www.ahmadheryawan.com. Diakses tanggal 22 Februari 2009 Pukul 15:03 WIB . Indonesia pun menjadi salah satu negara yang terkena dampak dari krisis ekonomi global tersebut. Hal ini disebabkan karena Indonesia adalah negara dengan perekonomian terbuka, berperan aktif dalam perdagangan internasional. Produk-produk andalan ekspor Indonesia ke Amerika Serikat dan Eropa seperti tekstil, kopi, teh, menghadapi tantangan berat karena menurunnya permintaan yang sangat besar dari para pengusaha di Amerika Serikat dan Eropa. Permasalahannya adalah produk-produk tersebut di dalam negeri menyerap tenaga kerja yang sangat signifikan. Oleh karenanya, ancaman Pemutusan hubungan Universitas Sumatera Utara kerja PHK bukan merupakan sebuah ancaman tetapi telah menjadi kenyataan Piningit, 2009. http:www.google.co.id Diakses tanggal 6 Maret 2009 Pukul 18:53 WIB Merujuk pada angka angkatan kerja pada tahun 2008, akan terdapat peningkatan angka pengangguran antara 1–2 pada tahun 2009. Data-data awal juga mengindikasikan keseriusan persoalan yang ada. Badan Litbang Depnakertrans, misalnya, menunjukkan sudah terdapat sekitar 90.000 orang yang akan atau sudah terkena PHK hingga akhir Januari 2009 pada sektor formal. Ledakan pengangguran pada sektor formal dipastikan akan berdampak pada sektor informal serta mengikis pendapatan riil pekerja. Mereka yang diberhentikan pada sektor formal akan beralih profesi ke- sektor informal yang mengakibatkan penurunan produktivitas dan menekan tingkat upah. Kondisi ini akan merusak pasar kerja yang sudah dibangun selama 5 tahun terakhir. Pada saat ini, sekitar dua pertiga dari pekerja bekerja di sektor informal umumnya minim perlindungan dan memiliki produktivitas rendah. Melemahnya permintaan akibat krisis global akan meningkatkan rasio pekerja informal. Penurunan pasar kerja juga akan menghambat distribusi pendapatan domestik. Angka ketimpangan yang diukur oleh koefisien Gini sesungguhnya sudah memprihatinkan karena tertinggi selama hampir 30 tahun terakhir. Peningkatan kesempatan kerja akan sangat banyak terjadi di tengah arus PHK yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar dan berskala internasional tetapi dengan sistem kontrak. Para ekonom memperkirakan dan meramalkan Universitas Sumatera Utara bahwa pertumbuhan ekonomi dunia 2009 akan berasal dari tiga negara besar Asia yang memiliki pasar yang cukup besar yakni Cina, India, dan Indonesia. Pangsa pasar domestik Indonesia masih cukup besar jika dibandingkan dengan negara tetangga Indonesia dan dapat menopang pertumbuhan ekonomi dunia. Pasar di Indonesia masih jauh dari sempurna, masih membanjirnya produk impor baik yang legal maupun ilegal inilah yang membuat pasar menjadi tak sempurna walaupun dalam data BPS bulan Januari 2009, ekspor kita turun 9 , bukan berarti ini sinyal untuk menjadi sebuah negara proteksionis. Indonesia tentu tidak ingin sikap proteksionis yang dilakukan diikuti negara lain dan tentu saja akhirnya akan merugikan Indonesia sendiri. Sedangkan di Sumatera Utara Sebanyak 30 perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja PHK terhadap 5.627 pekerja hingga akhir tahun lalu. Alasannya, selain kesalahan yang dibuat pekerja, larangan berserikat, juga akibat krisis ekonomi. Data yang diperoleh dari Kelompok Pelita Sejahtera KPS menunjukkan, perusahaan yang melakukan PHK beralasan melakukan efisien, rata-rata perusahaanya bergerak di bidang industri. Misalnya saja mebel dan perusahaan sarung tangan. . Selain itu, dari catatan KPS, penyelesaian yang dilakukan selama ini tidak jelas. Di antaranya, 15 kasus yang terjadi tidak mendapatkan penyelesaian akhir. “Seperti PT Central Windu Sejati” yang melakukan PHK terhadap 2.000 pekerjanya. Perusahaan yang bergerak di sektor makanan itu menginginkan untuk mengubah status pekerja tetap menjadi status pekerja kontrak Universitas Sumatera Utara Data yang dihimpun Disnaker Kota Medan, periode Januari-Desember 2008, dari 256 perusahaan jumlah pekerja yang di-PHK mencapai 3.942 orang. Jumlah ini mengalami peningkatan karena pada periode yang sama, pada 2007, jumlah yang di-PHK mencapai 2.000-an orang. Sementara periode Januari 2009, tercatat jumlah pekerja yang di PHK sebanyak 34 orang Harja, 2009. http:www.medanbisnisonline.com. Diakses tanggal 22 Februari 2009 Pukul 15:30 . Data yang dipaparkan diatas hanya sebagian saja karena masih banyak korban PHK yang belum terdata karena para korban PHK masih banyak yang tidak melaporkan diri meraka kepada Disnaker. Kota Medan merupakan kota terpadat ke-3 setelah DKI Jakarta dan Surabaya yang tentu saja mempunyai banyak tenaga kerja. Kota Medan mempunyai kawasan industri yang disebut Kawasan Industri Medan KIM yang berada di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli. Kawasan industrilah yang paling banyak melakukan PHK karena dampak dari krisis global yang paling banyak adalah disektor industri. Masyarakat yang bekerja di Kawasan Industri Medan KIM umumnya adalah buruh. Pendidikan para buruh umumnya paling tinggi adalah Sekolah Menengah Atas SMA sehingga ketika terjadi pemutusan hubungan kerja PHK para buruh hanya akan mendapat pekerjaan yang sama bahkan lebih parah lagi mereka hanya menjadi buruh harian lepas dengan gaji yang sedikit dan resiko pekerjaan yang besar. Universitas Sumatera Utara Kawasan Industri Medan awalnya adalah kawasan industri yang berkembang pesat dimana menyerap banyak tenaga kerja kondisi inilah yang menyebabkan orang dari desa bermigrasi dan melamar pekerjaan ke Kawasan Industri Medan KIM. Saat itu untuk mendapatkan pekerjaan sangatlah mudah menyebabkan daerah pinggiran kawasan ini dihuni oleh banyak buruh salah satunya adalah Kelurahan Kota Bangun yang warganya kebanyakan adalah para buruh. Kondisi ini membawa dampak positif bagi masyarakat Kelurahan Kota Bangun dengan kehadiran buruh masyarakat dapat menambah pendapatan keluarga dengan membuka usaha kecil seperti warung kopi, kios, membuat kos- kosan atau rumah kontrakan. Interaksi yang terjadi dilingkungan para buruh, menyebabkan terjadinya peningkatan populasi penduduk di Kelurahan Kota Bangun karena banyak diantara buruh yang sudah menikah dan bermukim di Kelurahan Kota Bangun mempunyai VIII Lingkungan. Penuturan Bapak Arifin Sebagai tokoh masyarakat dan Kepala lingkungan I, Bapak Arifin melihat adanya pengaruh cukup besar dengan ditutupnya pabrik –pabrik misalnya PT. Glofindo sebuah pabrik sarung tangan, PT Growt Asia, PT Udang Mas dll, terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar pabrik. Hampir setiap keluarga di kawasan tersebut bekerja sebagai buruh dan warga mendapat penghasilan dari menyewakan kamar-kamar pada buruh. Satu kamar rata-rata menghasilkan Rp. 100.000,- – Rp. 200.000,- bulan. Dengan banyaknya pekerja industri yang di PHK otomatis banyak kamar yang kosong. Salah satu warga yang menyewakan kos-kosan adalah Bapak Jarmin yang mempunyai 6 kamar yang biasanya relatif penuh, sekarang hanya tinggal 4 Universitas Sumatera Utara kamar yang tersewa. Akibat krisis ini, penghasilan dari sewa kamarnya telah berkurang antara Rp. 300.000,- hingga Rp. Rp. 400.000,- per bulan. Menurut Jarmin, penutupan pabrik di wilayah ini juga berpengaruh terhadap pemilik angkot dan para pedagang kecil. Sebagai contoh, sebelum krisis ekonomi melanda kawasan industri, dari pukul 05.00 - 10.00 WIB pemilik angkot dapat menghasilkan Rp. 30.000,- Tetapi setelah pabrik tutup, mereka tidak dapat menghasilkan uang sebesar itu dipagi hari. Akibatnya penghasilan para supir angkot menurun dan para supir angkot kembali kepada jalur lama yaitu Belawan- Medan. Bapak Jarmin mulai risau mengenai kelangsungan pendidikan ketiga anaknya, meskipun anak tertua yang sudah lulus dari STM dan yang SMA sudah bisa membantu dengan bekerja sebagai buruh. Tetapi dengan bantuan anaknya tidak dapat menjamin kelangsungan keluarganya karena gaji yang mereka peroleh hanya sedikit yang bisa ditabung, sewaktu-waktu juga mereka dapat di PHK. Suatu saat Pak Jarmin menggadaikan rumahnya karena keinginan anak pertamanya ingin melamar menjadi anggota Tentara Nasional IndonesiaTNI tetapi kecelakaan di pabrik membuatnya menjadi cacat. Akibatnya uang yang sudah disediakan dipakai untuk berobat karena perusahaan tempat anaknya bekerja tidak mau memberikan tunjangan kesehatan. Kini harapan anak Pak Jarmin pupus sudah untuk menjadi anggotan TNI. Sisa uang dari penggadaian rumah dipakai istrinya untuk membuat usaha kecil-kecilan dengan mendirikan sebuah warung kecil dengan berjualan es dewer, goreng-gorengan dan mie. Dari hasil wawancara penulis dengan istri Pak Jarmin laba yang didapatkan dari Universitas Sumatera Utara berjualan tidaklah cukup untuk keperluan dapur karena sudah cukup banyak saingan. lebih parah lagi kos-kosan mereka sebagian telah dijual. Tingkat pendidikan anak Pak Jarmin hanya sampai pada tingkatan SMA hal ini disebabkankan karena biaya yang dibutuhkan sangat besar untuk melanjut keperguruan tinggi dan anaknya pun harus membantu perekonomian keluarga dengan bekerja sebagai buruh dipabrik-pabrik agar adiknya tetap dapat menamatkan sekolah ke Sekolah Menengah Atas karena dengan mempunyai ijazah SMA sudah mudah untuk melamar pekerjaan ke pabrik. Seorang warga lainnya yang berada di lingkungan I yaitu Bapak Jumirin yang juga terkena PHK menuturkan sebelum di PHK ia bekerja di PT. Glofindo salah satu pabrik besar di Kawasan Industri Medan waktu itu ia berpenghasilan cukup besar sehingga ia dapat membangun rumah sendiri. Dari pengamatan penulis rumah Pak Jumirin sudah permanen untuk ukuran buruh di Kelurahan Kota bangun misalnya lantainya sudah dikeramik, dindingnya sudah beton. Tetapi setelah pabrik ditutup, kondisi kehidupan Pak Jumirin sangat jauh berubah karena istri Pak Jumirin juga korban PHK dari perusahan yang sama, mereka sulit untuk mendapat pekerjaan yang baik karena alasan latar belakang pendidikan mereka dan umur yang sudah tua, jadi walaupun mereka memperoleh pekerjaan tidak lebih baik dari pekerjaan mereka sebelumnya. Beruntung anak-anaknya masih sekolah dasar jadi tidak membutuhkan biaya yang besar untuk biaya pendidikan. Universitas Sumatera Utara Pak Jumirin bercerita dulu kehidupan mereka sangat teratur misalnya, berangkat kerja jam 8 pagi dan pulang jam 5 sore.Setelah di PHK kehidupannyapun mulai terkatung – katung, dimana untuk mendapatkan pekerjaan baru sangatlah sulit. Hal ini disebabkan karena sistem dari perusahaan menggunakan sistim kontrak, apalagi latar belakang pendidikan Pak Jumirin yang rendah. Kondisi keluarga sangat memprihatinkan contohnya mereka yang biasanya membeli beras perkarung tetapi sekarang hanya membeli beras perkilo. Dari kasus ini tergambar penurunan pendapatan yang luar biasa dibanding dengan ketika pabrik-pabrik masih beroperasi. Salain cerita korban buruh diatas masih banyak kasus – kasus yang lain seperti buruh yang belum berkeluarga memilih untuk pulang kampung atau mencari pekerjaan lain kedaerah lain ataupun kota lain. Sedangkan kebanyakan yang berkeluarga memilih menetap dengan pertimbangan biaya untuk pindah dan modal yang dibutuhkan. Dari kasus diatas sungguh sangat memprihatinkan kondisi sosial ekonomi masyarakat korban PHK. Dari kasus diatas pemerintahpun sepertinya tidak dapat malakukan perbaikan yang signifikan, program yang dilakukan pemerintah seperti BLT bantuan langsung tunai Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM atau Kredit Usaha Rakyat KUR belum mampu mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat korban PHK. Untuk itu dibutuhkan suatu cara untuk tetap dapat bertahan hidup. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan diatas maka penulis merasa tertarik untuk melihat bagaimana kondisi kehidupan sosial ekonomi keluarga korban PHK dan strategi adaptasi apa yang dilakukan Universitas Sumatera Utara masyarakat korban PHK untuk itu penulis mengangkat judul sebagai berikut : “ Strategi Adaptasi Rumah Tangga Korban PHK Di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli Dalam Mempertahankan Sosial Ekonomi Keluarga “.

1.2 Perumusan Masalah