KASUS INFORMAN II
5.2.1 Identitas Informan
Nama :
Ayuf Efendi Jenis kelamin
: Laki – laki
Usia :
47 Tahun Pendidikan terakhir
: SMEA N 1 Medan
Alamat rumah : Jl. Boksit Gg Abadi Kel Kota Bangun Kec
Medan Deli Agama
: Islam
Suku :
Sunda Jumlah anggota keluarga
: 4 Orang
5.2.2 Kondisi Sosial Ekonomi Informan II
Penulis mengenal informan II melalui informan I yaitu pada tanggal 29 Mei 2009. Pertemuan dengan informan II di awali ketika penulis sedang
melakukan wawancara dengan informan I, pada saat melakukan wawancara penulis bertemu dengan anak informan ke-II yang bernama Ade Yunita,
mendengar wawancara yang penulis lakukan dengan informan informan I. Ade yunita bertanya masalah apa yang sedang penulis bicarakan, penulis menjelaskan
bahwa penulis sedang mengumpulkan data tentang korban PHK, bagaimana strategi keluarga informan dalam mempertahankan sosial ekonomi keluarga
karena keluarga informan merupakan korban PHK, kemudian Ade Yunita berkata
Universitas Sumatera Utara
“ Bapak kami dirumah juga korban PHK tapi bapak masih diluar, bentar lagi datang kalau mau nanya bentar lagi saja, baiknya bapak itu” .
Sementara menunggu penulispun memulai pembicaraan dengan Ade Yunita, dari cerita yang penulis dapatkan Ade sudah berkeluarga dan mempunyai
2 orang anak dan suaminya bekerja sebagai supir truk di Kawasan Industri Medan. Tidak lama berselang akhirnya bapak saudari Ade datang dan langsung menuju ke
rumah, Ade pun bergegas meninggalkan kami untuk menemui ayahnya untuk memberitahukan bahwa penulis ingin melakukan wawancara dengan ayahnya.
Kurang lebih 10 menit Ade pun kembali dan berkata: “ bang kalau mau wawancara sekarang aja mumpung lagi jam makan siang
dan jam seginilah ayah biasa dirumah”. penulis meminta Ade untuk mengantar ke rumahnya. Ade langsung
memperkenalkan saya:
“ pak ini yang mau melakukan wawancara tadi’. Seperti biasanya adat timur ketika bertemu orang tua sayapun langsung menjabat
tangan dan menunjukkan rasa hormat kemudian memperkenalkan diri saya:
“Juli darto kata saya dan di balas bapak itu dengan menyebutkan namanya Ayuf”
Kemudian ia mempersilahkan saya duduk dan bertanya :
“Adik dari survey mana?”
Penulis menyadari bahwa anaknya belum memberitahukan identitas saya. Penulispun menjelaskan bahwa ingin melakukan penelitian di Kelurahan Kota
Bangun Kecamatan Medan Deli, tepatnya di lingkungan I tentang suka dukanya
Universitas Sumatera Utara
Korban PHK. Penulis meminta kesediaan bapak Ayuf agar bersedia menjadi informan penulis dan ia bersedia menjadi informan penulis.
Pembicaraan awalnya sangat kaku, karena pembicaraan terjadi hanya satu arah. Penulis menyadari belum ada ikatan emosional antara informan dengan
penulis karena merupakan pertemuan pertama, dengan menyodorkan 1 bungkus rokok, diharapankan suasana lebih rileks. Pembicaraanpun kembali dilanjutkan
dengan menggunakan catatan kecil. Dia bercerita sekarang dia hanya penarik ojek dan istrinya membuka warung kopi di depan PT. Pusri
Observasi yang penulis lihat ketika melakukan wawancara ada banyak anak kecil yang berkumpul di rumahnya, informan menceritakan bahwa mereka
sebagian adalah keponakannya, ia juga berkata bahwa deretan rumahnya adalah kebanyakan keluarganya mulai dari mertuanya, adik ipar dan abang ipar, sehingga
suasana rumahnya sangat ramai. Penulis kemudian membuat janji dengan informan dikeesokan harinya
untuk bertemu dipangkalan ojek dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada informan dan teman sepergaulannya. Wawancarapun berikutnya tidak membahas
masalah judul penulis tetapi masalah negara Indonesia, penulis sering berkunjung kerumah informan karena sebelumnya telah mendapat ijin dari informan.
Informan adalah seorang kepala rumah tangga yang baik, informan di
karunia 4 orang putri yang manis-manis. Kehidupan pun berjalan baik – baik saja walaupun duri-duri kecil melanda hal yang biasa dalam sebuah rumah tangga.
Informan adalah anak ke 3 dari 9 orang bersaudara, ketika masih muda informan tinggal di jalan M. Yamin Pasar 2 Medan. Informan bercerita ketika duduk
Universitas Sumatera Utara
dibangku SMEA informan merupakan salah satu murid yang berprestasi informan mengambil jurusan Tata Niaga.
Karena pintar akhirnya informan cukup dikenal oleh guru karena dia sering menjawab pertanyaan. Dari penuturan informan keluarganya termasuk
keluarga yang berkecukupan karena saudaranya semuanya menganyam pendidikan SMA dan pekerjaan orang tua informan adalah mandor di perusahaan
PT Cipta jaya. Setelah lulus dari SMEA, informan bekerja di bank BRI posisinya adalah sebagai cleaning services tetapi karena malas akhinya informan di PHK
karena sering tidak masuk kerja dan dia berkata:
“kalau dulu sabar aja bapak, sekarang sudah pegawai tetaplah bapak di kantor kan adanya jenjang kariernya kalau baik awak kan dipertimbangkan
orang itunya, untuk naik jabatan mungkin ga kayak sekarang inilah bapak serba susah”
Informanpun mulai menganggur, akhirnya ayahnya memasukkannya keperusahaan PT Cipta jaya sebuah perusahaan triplek tempat ayahnya bekerja.
Informan memulai hari kerjanya di perusahaan PT Cipta jaya. Besarnya arus permiintaan tenaga kerja di Kawasan Industri Medan menyebabkan
terjadinya migrasi dari desa ke kota, ada ribuan buruh yang tinggal di Lingkungan I. Banyak diantara buruh menemukan jodohnya ditempat kerja, salah satunya
adalah informan. Diperusahaan yang sama informan bertemu dengan seorang gadis manis dan dia jatuh hati, untungnya cinta informan tidak bertepuk sebelah
tangan, gayung pun bersambut hubungan itu pun semakin serius sehingga lamaran di layangkan oleh keluarga informan kepada keluarga ibu rosmini istri
informan, akhirnya merekapun sah menjadi suami istri yang bahagia.
Universitas Sumatera Utara
Saat baru menikah istri informan masih bekerja sebagai buruh dengan informan tetapi ketika anak pertama mereka lahir istri informan tidak bekerja lagi,
demi kebaikan bersama, istrinya cukup sebagai ibu rumah tangga saja untuk mengurus rumah dan anak-anaknya. Kini mereka mempunyai 4 orang anak I
bernama Ade Yunita berumur 24 tahun dan sudah mempunyai 2 orang anak, anak II bernama Fitria berumur 22 Tahun juga telah berkeluarga mempunyai 1 orang,
anak III bernama Ratika naik kelas 3 SMP sedangkan anak IV belum bersekolah bernama Halimatusadiah.
Pada saat itu gaji dari kepala rumah tangga dirasakan masih cukup sehingga mereka dapat menabung. Informan menuturkan kepada penulis sebelum
di PHK kehidupan keluarganya masih berkecukupan informan berkata:
“dulu masih kerja awak masih enak, gaji pokok diperusahaan sampai 1 juta itupun sebelum bapak di PHK tahun 2005, lain lagi jika awak ikut lembur bisa
sampai 2 juta. Sebelum krismon gaji bapak sudah termasuk besar makanya istri bapak dulu suruh berhenti aja “
dari penuturan informan sebelum di PHK makanan yang keluarga informan
konsumsi masih tergolong makanan yang enak, ia berkata paling tidak 2 kali seminggu mereka pasti makan daging yang lainnya ikan laut. Uang sekolah
anaknyapun jarang menungggak. sebelum PHK kehidupan informan berkecukupan mereka pun dapat membangun sebuah rumah tempat berteduh
walaupun semi permanen, lantainya masih disemen, dinding dari papan dan tidak terlalu besar.
Informan sudah 21 tahun bekerja di perusahaan tersebut, posisinya sebagai operator mesin. Krisis ekonomi yang masih melanda Indonesia pada
Tahun 2005 menjadi penyebab informan di PHK. Informanpun bercerita
Universitas Sumatera Utara
bagaimana keluarganya tetap bertahan, parahnya lagi ketika di PHK dia tidak mendapat pesangon sehingga uang tambahan modal untuk membuka usaha pun
tidak ada. Istrinya pun mengambil inisiatif untuk membuka usaha dengan berjualan
di pajak Brayan untuk menyokong pendapatan keluarga awalnya usaha itu berjalan dengan baik tetapi karena manejemen yang tidak baik mengakibatkan
usaha yang dimulai istrinya perlahan – lahan mengalami kebangkrutan, cara yang ditempuh istrinya adalah dengan meminjam uang agar usahanya tetap bisa
berjalan dengan bantuan pinjaman yang ia dapat usahanya dapat kembali berjalan. Tetapi tetap saja istri informan rugi karena meminjam uang kepada kreditur
bukan membawa dampak yang baik bagi proses usahanya tetapi menjadi masalah yang buruk, dimana utang yang sedikit demi sedikit kini sudah berubah menjadi
banyak. Istri informanpun dicari penagih utang mengakibatkan istrinya tidak dapat berjualan lagi dan mencoba bersembunyi dari para penagih utang terkadang
ia dapat menyembunyikan diri tapi terkadang ketahuan. Dari penuturan informan istrinya berhasil meminjam uang dari saudaranya.
Istri informan memulai usaha baru yaitu membuka warung kopi di dekat PT. Pusri yang tidak jauh dari rumah informan. Usahanya pun tetap dapat berjalan
karena lokasi dia berjualan merupakan tempat istrahat para supir-supir PT. Pusri. Dari observasi penulis istri informan merupakan seorang wanita yang cantik untuk
seumuran dia, mulai dari gaya berpakainnya juga kulitnya yang putih. Berbeda dengan informan yang kelihatan sudah tua. Informan menuturkan bahwa kondisi
keluarga mereka baik – baik saja dan seperti tidak ada masalah. Wawancara yang
Universitas Sumatera Utara
dilakukan penulis belum mampu untuk mendapatkan informasi rahasia keluarga informan.
Penulis kembali lagi kepada informan I, kedekatan Penulis dengan informan I yang sudah sangat dekat dimanfaatkan untuk mengupas tentang
kehidupan keluar informan karena penulis menemukan hambatan mengupas tuntas tentang kehidupan informan, informan hanya mau menceritakan tentang
kehidupan luar rumah tangganya. Penulis melihat ada suatu masalah yang disembunyikan oleh informan dan
ia tidak mau ceritakannya. Penulis bertanya kepada Key informan I karena ia teman dekat dari istri informan dan merupakan tempat curhat istri dari informan,
informan I berkata bahwa anak ke 4 dari informan merupakan hasil dari selingkuhan istrinya dengan supir truk PUSRI, tetapi informan tidak mengetahui
hal tersebut hanya informan I dan istrinya yang mengetahui hal tersebut. Sebelum anak ke 4 mereka lahir ibu Ani istri informan sering berangkat dari rumah pagi
dan pulang di larut malam dengan berbagai alasan dan informan tidak berani marah karena menurut cerita informan I, informan merupakan seorang suami yang
takut akan istri dan informan sering dimarahi dan dibentak oleh istrinya sehingga informan merasa tertekan batin dan tidak dapat berbuat apa–apa. Dari observasi
yang dilakukan jika bukan penulis yang memulai pembicaraan informan hanya diam dengan tatapan kosong. Kemudian informan I juga bercerita istri informan
berpacaran kembali dengan seorang supir truk. Akhirnya utang–utang ibu Ani dapat terlunaskan berkat bantuan dari
pacarnya, dari penuturan informan I istri informan akhirnya menjadi simpanan
Universitas Sumatera Utara
supir truk dan terkadang istri informan melakukan dengan orang lain. Sementara penghasilan informan setelah di PHK tidak menetap ia hanya menjadi penarik
ojek dengan penghasilan Rp 30.000 – 40.000,- hari, dan penghasilan rata – ratanya keluarga informan perbulan mencapai 1,3 juta, uang inilah dibagi untuk
kehidupan keluarganya. Sementara biaya pendidikan anaknya yang bersekolah di SMA Hang Tuah lumayan mahal yaitu Rp 120.000,- bulan, ditambah dengan
ongkos, uang jajan dan buku–bukunya mencapai kurang lebih Rp 500.000,- sisanya untuk kebutuhannya dan untuk kebutuhan keluarga misalnya untuk
membili beras dan sebagainya. informan berkata :
“ beli rokok sekarang tidak bisa lagi perbungkus, sekarang sudah ketengan itupun terkadang ngutang di warung, beda waktu masih kerja dulu rokok
bapak perbungkus itu pun Dji Sam Soe“ Informan juga bercerita ingin menyekolahkan anaknya ke perguruan
tinggi agar nasipnya tidak sama dengan dirinya tapi dengan keadaan yang sekarang dia tidak dapat berbuat apa–apa, dia hanya pasrah dengan kehidupannya
yang sekarang. Dari observasi penulis keluarga informan tidak melakukan penghematan dimana ketika penulis berkunjung dan bertanya menu makanan
mereka tidak berbeda sebelum mereka di PHK dan masih mengkonsumsi daging 2 kali seminggu dan penggunaan listrik pun tak ada penghematan dimana anak-
anaknya hanya menonton dirumah sehingga uang tagihan listrik mencapai ratusan ribu perbulan sedangkan air yang mereka gunakan mereka dapatkan gratis karena
perusahaan PT. Glofindo memberikan saluran air bersih kepada warga disekitar pabrik ini merupakan syarat karena rumah warga sekitar terkena dampak
pencemaran dari pabrik sarung tangan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Pengakuan informanpun mengejutkan penulis karena dia mengatakan lebih menikmati masa setelah PHK, bebas istrahat kapan dia mau, bisa makan kapan
dia mau, intinya di mengatakan tidak terikat lagi dengan rutinitas kerja yang harus berangkat pagi dan pulang sore. Itulah alasannya mengapa ia tetap memilih
menjadi tukang ojek. Untuk masalah kesehatan informan berkata tidak menyediakan alokasi
dana, ketika ada anggota kelurganya yang sakit maka mereka akan meminjam uang dari sanak keluarganya karena dengan penghasilan yang sedikit tidak banyak
yang dapat disisihkan untuk ditabung, sementara hasil dari warung istrinya juga hanya untuk kebutuhan dapur dan merawat anaknya untuk menambahi uang
sekolah anaknya, sampai saat ini kata informan belum ada anggota keluarganya yang mengalami penyakit yang mengkhawatirkan kalau ada anggota rumah yang
sakit hanya berobat ke Puskesmas dengan menggunakan jamkesmas cuma menunjukkan kartu jamskesmas dan membayar Rp 3000,-. Terkadang anaknya
yang sudah berkeluarga memberikan bantuan biaya kepada mereka. Beruntung keluarga ini sudah memiliki rumah sendiri sehingga tidak memerlukan biaya
pengeluaran lagi.
Universitas Sumatera Utara
KASUS INFORMAN III
5.3.1 Identitas Informan