Ikhtisar Marginalisasi Perempuan dalam Industrialisasi Pedesaan (Studi di Desa Cikarawang dan Desa Tarikolot, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

rumahtangga perempuan yang memiliki pendapatan tinggi. Ratio tersebut menunjukkan bahwa rumahtangga laki-laki dengan pendapatan tinggi lebih banyak dari rumahtangga perempuan dengan pendapatan tinggi. Dengan demikian, industrialisasi pedesaan telah menyebabkan pelebaran ketimpangan ekonomi antara rumahtangga laki-laki dan rumahtangga perempuan.

5.5 Ikhtisar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dugaan tidak terjadinya penyingkiran perempuan dari pekerjaan produktif dalam industrialisasi pedesaan didukung fakta empiris dengan banyaknya peluang usaha dan peluang kerja pada kedua desa penelitian. Adanya industrialisasi pedesaan membawa perubahan bagi kondisi perempuan ke arah yang lebih baik. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan persentase responden yang tidak bekerja produktif. Industrialisasi pedesaan membawa perbaikan bagi kondisi perempuan dalam sektor produktif. Akan tetapi, meskipun terjadi perbaikan kondisi perempuan, perempuan dalam industrialisasi pedesaan masih mengalami marginalisasi tipe 2 berupa pemusatan pada pinggiran pasar tenaga kerja. Hal ini ditunjukkan dengan persentase perempuan yang mengalami marginalisasi tipe 2 pada kedua desa penelitian adalah lebih dari 50 persen. Pemusatan pada pinggiran pasar tenaga kerja atau marginalisasi tipe 2 ini memiliki empat dimensi marginalisasi, yaitu status pekerjaan, curahan waktu, tunjangan yang diperoleh dari tempat kerja, serta imbalan yang diperoleh selama satu bulan. Hasil penelitian pada kedua desa penelitian menunjukkan bahwa dalam industrialisasi pedesaan, perempuan mengalami marginalisasi tipe 3 yang berupa feminisasi sektor produktif dan segregasi berdasarkan jenis kelamin. Industrialisasi pedesaan menyebabkan perempuan yang terpusat pada jenis pekerjaan di sektor pertanian pada masa pertanian, mengalami perubahan ke sektor industri. Pemusatan pada sektor industri tersebut tidak dialami oleh laki-laki, karena laki-laki terpusat pada jenis pekerjaan di sektor perdagangan. Adanya selisih laki-laki dan perempuan yang bekerja di sektor industri sebesar 20.1 persen menunjukkan terjadinya segregasi berdasarkan jenis kelamin. Industrialisasi pedesaan tidak membawa perbaikan kondisi bagi rumahtangga laki-laki dan perempuan. Hal tersebut ditunjukkan dengan peningkatan ratio rumahtangga laki-laki yang memiliki pendapatan tinggi dan rumahtangga perempuan yang memiliki pendapatan tinggi. Ratio tersebut menunjukkan bahwa rumahtangga laki- laki dengan pendapatan tinggi lebih banyak dari rumahtangga perempuan dengan pendapatan tinggi. Dengan demikian, industrialisasi pedesaan telah menyebabkan pelebaran ketimpangan ekonomi antara rumahtangga laki-laki dan rumahtangga perempuan. BAB VI LAPISAN SOSIAL DAN MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRIALISASI PEDESAAN Pada kedua desa penelitian ditemukan adanya perbedaan lapisan sosial. Perbedaan lapisan sosial ini didasari oleh perbedaan kepemilikan barang-barang berharga dari kedua desa tersebut. Adanya sistem pelapisan sosial tersebut membuat perbedaan dalam dunia kerja. Oleh karena itu, perbedaan tersebut membuat marginalisasi tidak hanya dialami oleh perempuan, tetapi dialami juga oleh responden yang berasal dari lapisan sosial tertentu. Dalam industrialisasi pedesaan, perempuan pada seluruh lapisan sosial mengalami sejumlah perubahan, khususnya dalam hal pekerjaan. Perubahan-perubahan tersebut terlihat dari penyingkiran dari pekerjaan produktif, pemusatan pada pinggiran pasar tenaga kerja, feminisasi sektor produktif dan segregasi berdasarkan jenis kelamin, dan pelebaran ketimpangan ekonomi antara rumahtangga laki-laki dan rumahtangga perempuan.

6.1 Penyingkiran dari Pekerjaan Produktif pada Lapisan Sosial