Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Keterangan : : Memiliki hubungan
: Variabel yang dideskripsikan dan diuji hubungannya : Variabel yang memiliki kaitan tetapi tidak diuji hubungannya
2.3 Hipotesis Penelitian
Marginalisasi Scott 1986 dalam Grijns dkk 1992
Penyingkiran dari pekerjaan
produktif Tipe 1
Pemusatan pada pinggiran
pasar tenaga kerja Tipe 2
Feminisasi sektor produktif dan
segregasi berdasarkan jenis kelamin Tipe 3
Pelebaran ketimpangan ekonomi antara rumah tangga dominan laki-laki yang bekerjadan rumah tangga dominan
perempuan yang bekerja Tipe 4 Struktur Lapisan
Sosial - Lapisan bawah
- Lapisan menengah - Lapisan atas
Industrialisasi Pedesaan
- Perubahan teknologi
- Sumber tenaga kerja
- Sumber modal
Pengambilan keputusan
rumahtangga
Peluang Usaha dan Peluang
Kerja Pola Alokasi Tenaga Kerja dalam
Rumahtangga Perempuan
untuk kegiatan
reproduktif Laki-laki
untuk kegiatan
reproduktif
Perempuan untuk
kegiatan produktif
Lak-laki untuk
kegiatan produktif
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, dapat disusun hipotesa yang akan digunakan dalam penelitian, yaitu:
1. Terjadi marginalisasi perempuan dalam industrialisasi pedesaan
a. Terjadi marginalisasi perempuan tipe 1
b. Terjadi marginalisasi perempuan tipe 2 c. Terjadi marginalisasi perempuan tipe 3
d. Terjadi marginalisasi perempuan tipe 4 2. Terjadi marginalisasi perempuan pada semua lapisan sosial
a. Perempuan pada lapisan bawah mengalami marginalisasi perempuan tipe 2, 3, dan 4
b. Perempuan pada lapisan menengah dan atas mengalami marginalisasi
perempuan tipe 1, 2, 3, dan 4 1.
Terdapat hubungan antara lapisan sosial dengan marginalisasi perempuan a.
Terdapat hubungan antara lapisan sosial dengan marginalisasi tipe 1 dalam industrialisasi pedesaan
b. Terdapat hubungan antara lapisan sosial dengan marginalisasi tipe 2 dan 3
2.4 Definisi Operasional
Pengukuran variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini akan dibatasi pada perumusan penjabaran masing-masing variabel tersebut secara
operasional. Variabel-variabel tersebut adalah: 1.
Struktur Pelapisan Sosial Ekonomi Pelapisan sosial ekonomi dalam masyarakat merupakan adanya pembagian
kategori yang mengacu pada status seseorang dalam masyarakat berdasarkan tingkat kepemilikan benda-benda berharga rumahtangganya dan tingkat
pendidikan yang ia miliki, sehingga menempati suatu posisi tertentu dalam masyarakat. Dalam penelitian ini akan digunakan struktur pelapisan
rumahtangga yang terdiri dari lapisan atas, menengah, dan bawah. Penentuan lapisan atas, menengah dan bawah dilihat dari kepemilikan benda-benda
berharga yang dimiliki oleh suatu rumahtangga. Lapisan Bawah
: responden yang memperoleh skor 25-35
Lapisan Menengah : responden yang memperoleh skor 36-45
Lapisan Atas : responden yang memperoleh skor 46-55
2. Pola Alokasi Tenaga Kerja Rumahtangga
Adanya pelapisan sosial ekonomi menyebabkan munculnya pembagian kerja. Dalam penelitian yang akan dilakukan, pembagian kerja terdiri dari kegiatan
produktif dan reproduktif. a.
Kegiatan Produktif merupakan kegiatan yang dapat menghasilkan uang. Contohnya berdagang, bekerja di pabrik, bertani untuk dijual, dan
sebagainya b.
Kegiatan Reproduktif merupakan kegiatan yang tidak menghasilkan uang. Contohnya mencuci pakaian anggota keluarga, menyapu lantai rumah
sendiri, mengurus anak, memasak, dan sebagainya. 3.
Marginalisasi a. Marginalisasi tipe 1 berupa penyingkiran perempuan dari sektor produktif
merupakan suatu bentuk pembedaan yang dialami oleh perempuan, dimana perempuan tidak memiliki akses untuk memasuki sektor produktif dan turut
menyumbang bagi
kontribusi ekonomi
rumahtangganya. Terjadi
marginalisasi tipe 1 berupa penyingkiran dari pekerjaan produktif jika kurang dari atau sama dengan 50 persen responden perempuan dari total
keseluruhan responden perempuan memiliki status bekerja yang dikategorikan sebagai bekerja produktif. Sementara itu, tidak terjadi
marginalisasi tipe 1 berupa penyingkiran dari pekerjaan produktif jika lebih dari 50 persen responden perempuan dari total keseluruhan responden
perempuan memiliki status bekerja yang dikategorikan bekerja produktif. b. Marginalisasi tipe 2 berupa pemusatan perempuan pada pinggiran pasar
tenaga kerja merupakan pemusatan perempuan pada pekerjaan-pekerjaan yang tergolong ke dalam pekerjaan pinggiran. Terjadi marginalisasi tipe 2
jika lebih dari 50 persen responden perempuan dari total keseluruhan responden perempuan memiliki pekerjaan pinggiran. Sementara itu, tidak
terjadi pemusatan pada pinggiran pasar tenaga kerja jika lebih dari 50 persen responden memiliki pekerjaan bukan pinggiran. Pekerjaan pinggiran
merupakan pekerjaan yang memiliki status rendah dengan tunjangan yang
rendah dan curahan waktu yang tinggi, namun upah yang diperoleh rendah, sedangkan bukan pekerjaan pinggiran adalah pekerjaan yang memiliki
status yang tinggi dengan tunjangan yang tinggi dan curahan waktu yang rendah, namun upah yang diperoleh tinggi.
1 Status pekerjaan : Pekerjaan pinggiran merupakan pekerjaan yang memiliki status pekerjaan yang rendah, yaitu
sebagai buruh atau tenaga kerja keluarga yang tidak dibayar. Status pekerjaan sebagai buruh
atau tenaga kerja keluarga yang tidak dibayar ini diberi skor 1. Di samping itu, bukan pekerjaan
pinggiran adalah pekerjaan yang memiliki status pekerjaan yang tinggi, yaitu sebagai
pengusaha pemilik usaha. Status pekerjaan sebagai pengusaha diberi skor 2.
2 Curahan waktu : Pekerjaan pinggiran adalah pekerjaan yang memiliki curahan waktu kerja yang tinggi,
sedangkan bukan pekerjaan pinggiran adalah pekerjaan yang memiliki curahan waktu yang
rendah. Menurut ketetapan BPS Badan Pusat Statistik, jam kerja normal seseorang yang
bekerja adalah 35 jamminggu. Jika responden menghabiskan waktu 35 jamminggu, maka
responden tersebut
dikatakan memiliki
pekerjaan pinggiran dan diberi skor 1. Jika responden
menghabiskan waktu
≤ 35 jamminggu, maka responden tersebut dikatakan
tidak memiliki pekerjaan pinggiran dan diberi skor 2.
3 Pendapatan : Responden yang memiliki imbalan ≥ jumlah
imbalan rata-ratabulan dari seluruh responden, dikatakan tidak berada pada pinggiran pasar
tenaga kerja dan diberikan skor 2, sedangkan responden yang memiliki imbalan jumlah
imbalan rata-ratabulan dari seluruh responden dikatakan berada pada pinggiran pasar tenaga
kerja dan diberikan skor 1. 4
Tunjangan : Responden
yang memperoleh tunjangan diberikan skor 2 pada
setiap jenis tunjangan yang diperoleh, maka apabila ia memperoleh semua tunjangan, ia akan
mendapatkan skor
maksimal, yaitu
36. Seseorang yang tidak memperoleh tunjangan
diberikan skor 1 pada setiap jenis tunjangan, maka apabila ia tidak memperoleh tunjangan
sama sekali, skor minimum yang ia peroleh adalah 18.
Jika responden memperoleh skor 18-27, maka responden tersebut masuk ke dalam kategori
tunjangan yang rendah dan dikatakan berada pada pinggiran pasar tenaga kerja, serta diberi
kode 1. Sementara itu, jika responden memperoleh skor 28-36, maka responden
tersebut masuk ke dalam kategori tunjangan yang tinggi dan dikatakan tidak berada pada
pinggiran pasar tenaga kerja, serta diberi kode 2.
Jika responden memperoleh total skor 4-5 dari keempat dimensi marginalisasi tersebut, maka responden tersebut dikatakan mengalami
marginalisasi tipe 2, yaitu pemusatan pada pinggiran pasar tenaga kerja. Akan tetapi, jika responden memperoleh total skor 6-8 dari keempat dimensi
marginalisasi, maka
responden tersebut
dikatakan tidak
mengalami marginalisasi tipe 2.
c. Marginalisasi tipe 3 berupa feminisasi sektor produktif dan segregasi
berdasarkan jenis kelamin, berarti adanya dominasi sektor pekerjaan yang dimasuki oleh tenaga kerja, dimana terdapat perbedaan yang menonjol pada
sektor pekerjaan yang dimasuki oleh laki-laki dan perempuan. Perbedaan
tersebut dilihat dari dominasi laki-laki dan perempuan pada sektor pekerjaan tertentu dengan selisih lebih dari atau sama dengan 20 persen.
d. Marginalisasi tipe 4 yaitu pelebaran ketimpangan ekonomi antara rumahtangga dominan laki-laki yang bekerja dan rumahtangga dominan perempuan yang
bekerja terjadi karena adanya marginalisasi tipe 1, 2, dan 3. Pelebaran ketimpangan ekonomi antara kedua jenis rumahtangga tersebut dapat dilihat dari
pendapatan rumahtangganya. Terjadi pelebaran ketimpangan ekonomi antara rumahtangga dominan laki-laki yang bekerja dan rumahtangga dominan
perempuan yang bekerja, jika ratio pendapatan rumahtangga laki-laki dan perempuan yang tinggi lebih dari 1.25 atau kurang dari 0.75. Ratio diperoleh
dari perhitungan rumah tangga dominan laki-laki yang bekerja dibagi rumahtangga dominan perempuan yang bekerja. Rumahtangga yang memiliki
pendapatan di bawah pendapatan rata-rata seluruh rumahtangga responden digolongkan ke dalam rumahtangga dengan pendapatan yang rendah, sementara
rumahtangga yang memiliki pendapatan di atas pendapatan rata-rata seluruh rumahtangga responden digolongkan ke dalam rumahtangga dengan pendapatan
yang tinggi. Rumahtangga yang memiliki jumlah laki-laki yang bekerja produktif lebih banyak dari jumlah perempuan yang bekerja produktif disebut
dengan rumahtangga dominan laki-laki yang bekerja dan diberi skor 1, sedangkan rumahtangga yang memiliki jumlah perempuan yang bekerja
produktif lebih banyak dari jumlah laki-laki yang bekerja produktif disebut rumahtangga dominan perempuan yang bekerja dan diberi skor 2.
BAB III PENDEKATAN LAPANG
3.1 Metode Penelitian