Karakteristik Responden Desa Cikarawang .1 Kondisi Demografis

Selain itu, terdapat juga usaha pada sektor jasa yang telah dilakukan warga di Desa Cikarawang. Kegiatan tersebut dilakukan dalam bentuk jahit-menjahit, mobil angkutan, warnet, ojek, penggilingan gabah dan pengolahan tanah pertanian, yaitu melalui penyewaan kerbau atau traktor tangan. Pada sektor perdagangan, di daerah ini beberapa warga telah menjadi pengumpul hasil pertanian yaitu ubi jalar dan ubi kayu untuk di jual di Pasar Induk Kramatjati, dan industri pengolahan pangan. Sebagian warga ada yang menjadi pedagang sayur-mayur, kacang-kacangan, bakso, mie ayam, maupun produk-produk lain serta ada yang membuka warung di rumah.

1.1.4 Karakteristik Responden

Responden pada Desa Cikarawang merupakan lima belas laki-laki dan lima belas perempuan usia produktif 15-59 tahun yang tinggal di RW 03. Tiga puluh persen responden memiliki tingkat pendidikan tamat SMA, sehingga pendidikannya dikatakan tinggi. Akan tetapi, jika dibedakan menurut jenis kelamin, dapat dilihat adanya perbedaan antara tingkat pendidikan perempuan dan laki-laki. Responden laki-laki memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi daripada responden perempuan. Terdapat 40.0 persen responden perempuan yang memiliki tingkat pendidikan tidak tamat SD, sedangkan responden laki-laki tidak ada. Sementara itu, terdapat 53.3 persen responden laki-laki yang tamat SMA, tetapi hanya 6.7 persen reponden perempuan. Responden pada Desa Tarikolot merupakan lima belas orang laki-laki dan lima belas orang perempuan usia produktif 15-59 tahun yang tinggal di RW 07. Sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan tamat SMP. Akan tetapi, jika dibedakan menurut jenis kelamin, dapat dilihat adanya perbedaan tingkat pendidikan yang dialami responden laki-laki dan perempuan Tabel 5. Tabel 5. Jumlah dan Persentase Responden menurut Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan dan Tipe Desa, 2011 Tingkat Pendidikan Desa Cikarawang Desa Tarikolot L P L P Tidak tamat SD Jumlah 0.0 6 1 Persentase 40.0 6.7 20.0 Tamat SD Jumlah 2 4 3 3 Persentase 13.3 26.7 20.0 20.0 Tidak tamat SMP Jumlah Persentase 1 0.0 6.7 0.0 0.0 Tamat SMP Jumlah Persentase 3 1 4 7 20.0 6.7 26.7 46.7 Tidak tamat SMA Jumlah Persentase 1 6.7 0.0 0.0 0.0 Tamat SMA Jumlah Persentase 8 1 5 4 53.3 6.7 33.3 26.7 Tidak tamat DiplomaS1 Jumlah Persentase 0.0 0.0 0.0 0.0 Tamat DiplomaS1 Jumlah 1 2 2 1 Persentase 6.7 13.3 13.3 6.7 Sumber : Catatan Kantor Desa Cikarawag dan Kantor Desa Tarikolot tidak diterbitkan, 2010 Sebagian besar responden Desa Cikarawang bekerja sebagai buruh, yaitu buruh tani, buruh bengkel, buruh pengupas ubi, dan pembantu rumah tangga. Di samping itu terdapat juga responden yang bekerja sebagai pengusaha atau pemilik usaha, seperti pemilik warung kelontong, maupun pengusaha kue dari hasil-hasil pertanian yang ada. Banyaknya jenis industri yang terdapat di Desa Tarikolot memungkinkan responden untuk memasuki sektor industri. Jenis industri yang terdapat di Desa Tarikolot adalah industri garmen, sehingga banyak responden perempuan yang telah memasuki sektor industri. Hal ini dikarenakan jenis pekerjaan pada industri garmen membutuhkan ketelitian dan ketekunan, sesuai dengan stereotype yang ada pada perempuan. Selain itu, tumbuhnya industri-industri besar di desa ini membuka peluang usaha bagi responden yang tidak memiliki kesempatan memasuki sektor industri. Peluang tesebut dimanfaatkan dengan membuka berbagai jenis usaha yang memenuhi kebutuhan masyarakat desa, mulai dari warung sembako, rumah makan, penjual pulsa, pemilik dealer motor, dan tukang ojek. Pada penelitian di desa pertanian, juga diketahui adanya pelapisan sosial yang terdiri dari lapisan bawah, menengah, dan atas. Terdapat enam orang responden laki- laki yang berasal dari lapisan bawah, empat orang laki-laki dari lapisan menengah, dan lima orang dari lapisan atas. Di samping itu juga terdapat lima orang responden perempuan yang berasal dari lapisan bawah, tujuh orang dari lapisan menengah, dan tiga orang dari lapisan atas Tabel 6. Tabel 6. Jumlah dan Persentase Responden menurut Jenis Kelamin dan Lapisan Sosial di Desa Cikarawang, 2011 Jenis Kelamin Lapisan Sosial Total Bawah Menengah Atas Laki-laki Jumlah 6 40.0 4 26.7 5 33.3 15 100.0 Persentase Perempuan Jumlah 5 33.3 7 46.7 3 20.0 15 100.0 Persentase Sumber : Wawancara dengan lima Ketua RT di RW 03 Desa Cikarawang, 2011 Selain itu, penelitian pada desa industri juga menunjukkan adanya pelapisan sosial yang terdiri dari lapisan bawah, menengah, dan atas. Terdapat sebelas orang responden laki-laki yang berasal dari lapisan bawah, dua orang dari lapisan menengah, dan dua orang dari lapisan atas. Adapun responden perempuan pada lapisan bawah sebanyak dua belas orang, dua orang dari lapisan menengah, dan satu orang dari lapisan atas Tabel 7. Tabel 7. Jumlah dan Persentase Responden menurut Jenis Kelamin dan Lapisan Sosial di Desa Tarikolot, 2011 Jenis Kelamin Lapisan Sosial Total Bawah Menengah Atas Laki-laki Jumlah 11 73.3 2 13.3 2 13.3 15 100.0 Persentase Perempuan Jumlah 12 80.0 2 13.3 1 6.7 15 100.0 Persentase Sumber : Wawancara dengan enam Ketua RT di RW 07 Desa Tarikolot BAB V MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRIALISASI PEDESAAN Marginalisasi perempuan dalam dunia kerja merupakan hal yang sangat sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, adanya industrialisasi pedesaan telah membawa sejumlah perubahan bagi kaum perempuan untuk dapat keluar dari pembedaan-pembedaan yang ada dalam masyarakat. Untuk melihat adanya perubahan yang dialami kaum perempuan tersebut, dilakukan penelitian pada dua desa dengan corak yang berbeda. Desa pertama adalah Desa Cikarawang yang masih bercorak pertanian, dengan 41.6 persen penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian, dan desa kedua adalah Desa Tarikolot yang berada di lingkungan industri, dimana 96.2 persen penduduknya bermata pencaharian sebagai buruh atau karyawan. Menurut Scott 1986 dalam Grijns dkk 1992, marginalisasi terdiri dari empat tipe: 1 Penyingkiran dari pekerjaan produktif yang berarti hilangnya kesempatan untuk memberikan kontribusi ekonomi dalam pendapatan keluarga, 2 Pemusatan pada pinggiran pasar tenaga kerja, dimana seseorang yang dapat memasuki sektor produktif dan memperoleh imbalan dari pekerjaannya mengalami marginalisasi dalam hal status pekerjaan sebagai buruh ataupun pekerja keluarga yang tidak dibayar, curahan waktu yang tinggi lebih dari 35-40 jamminggu dengan imbalan yang rendah, serta adanya pembedaan dalam mendapatkan tunjangan, 3 Feminisasi sektor produktif dan segregasi berdasarkan jenis kelamin. Marginalisasi tipe 3 ini dapat dilihat dari jenis pekerjaan yang dimiliki seseorang. Misalnya, untuk sektor pertanian, laki-laki memiliki akses yang lebih tinggi daripada perempuan karena sektor pertanian dipandang merupakan pekerjaan yang berat dan kotor sehinga cocok untuk laki-laki. Demikian juga dengan sektor indutri yang menuntut pendidikan yang tinggi, yang biasanya tidak dimliki perempuan. Dengan demikian, pada akirnya perempuan terkonsentrasi pada sektor perdagangan dan jasa yang tidak menuntut pendidikan tinggi, dan 4 Pelebaran ketimpangan ekonomi yang dialami seseorang sebagai dampak dari adanya marginalisasi tipe 1, 2, dan 3.

5.1 Penyingkiran dari Pekerjaan Produktif Marginalisasi Tipe 1