BAB VI LAPISAN SOSIAL DAN MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM
INDUSTRIALISASI PEDESAAN
Pada kedua desa penelitian ditemukan adanya perbedaan lapisan sosial. Perbedaan lapisan sosial ini didasari oleh perbedaan kepemilikan barang-barang
berharga dari kedua desa tersebut. Adanya sistem pelapisan sosial tersebut membuat perbedaan dalam dunia kerja. Oleh karena itu, perbedaan tersebut membuat
marginalisasi tidak hanya dialami oleh perempuan, tetapi dialami juga oleh responden yang berasal dari lapisan sosial tertentu.
Dalam industrialisasi pedesaan, perempuan pada seluruh lapisan sosial mengalami sejumlah perubahan, khususnya dalam hal pekerjaan. Perubahan-perubahan
tersebut terlihat dari penyingkiran dari pekerjaan produktif, pemusatan pada pinggiran pasar tenaga kerja, feminisasi sektor produktif dan segregasi berdasarkan jenis kelamin,
dan pelebaran ketimpangan ekonomi antara rumahtangga laki-laki dan rumahtangga perempuan.
6.1 Penyingkiran dari Pekerjaan Produktif pada Lapisan Sosial
Penyingkiran dari pekerjaan produktif dilihat dari status bekerja responden. Status bekerja dibedakan menjadi bekerja produktif dan tidak bekerja produktif. Tidak
bekerja produktif berarti penyingkiran dari pekerjaan produktif karena memasuki sektor reproduktif yang dianggap sebagai pekerjaan perempuan. Dengan adanya industrialisasi
pedesaan, diduga perempuan lapisan bawah tidak mengalami marginalisasi tipe 1 yang berupa penyingkiran dari pekerjaan produktif, karena kepala keluarga pada lapisan
bawah tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar rumah tangganya. Di samping itu, perempuan lapisan menengah dan lapisan atas diduga mengalami marginalisasi tipe 1,
karena perempuan lapisan menengah dan atas segala kebutuhannya mampu dicukupi oleh kepala keluarga dalam rumah tangga tersebut, sehingga perempuan pada umumnya
bekerja pada kegiatan reproduktif. Rendahnya persentase responden yang mengalami marginalisasi tipe 1
menunjukkan bahwa marginalisasi tipe 1 berupa penyingkiran dari pekerjaan produktif pada lapisan sosial tidak terjadi dalam industrialisasi pedesaan. Hal ini dapat terlihat
dari data hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pada desa pertanian hanya terdapat
9.1 persen responden perempuan yang berasal dari lapisan bawah, 9.1 persen responden
perempuan yang berasal dari lapisan menengah, dan 12.5 persen responden perempuan dari lapisan atas mengalami marginalisasi tipe 1. Di samping itu, pada desa industri,
marginalisasi tipe 1 dialami oleh 8.7 persen responden perempuan yang berasal dari lapisan bawah, sedangkan responden perempuan pada lapisan menengah dan atas tidak
mengalami marginalisasi tipe 1. Namun demikian, tidak terdapat responden laki-laki yang mengalami marginalisasi tipe 1 pada kedua desa penelitian. Data selengkapnya
disajikan dalam Tabel 18 di bawah ini.
Tabel 18. Jumlah dan Persentase Responden Laki-laki dan Perempuan yang Mengalami Marginalisasi Tipe 1 menurut Lapisan Sosial dan Tipe Desa, 2011
Lapisan Sosial Desa Pertanian
Desa Industri Industrialisasi
Pedesan L
P L
P L
P
Bawah Jumlah
0.0 1
20.0 0.0
2 16.7
0.0 + 1
- 3.3 Persentase
Menengah Jumlah
0.0 1
14.3 0.0
0.0 0.0
- 1 - 14.3
Persentase Atas
Jumlah 0.0
1 33.3
0.0 0.0
0.0 - 1
- 33.3 Persentase
Keterangan : + menunjukkan peningkatan jumlah dan atau persentase responden yang mengalami marginalisasi tipe 1
- menunjukkan penurunan jumlah dan atau persentase responden yang mengalami marginalisasi tipe 1
Meskipun pada kedua desa penelitian terdapat responden perempuan yang mengalami marginalisasi, akan tetapi industrialisasi pedesaan telah membawa
perubahan kondisi yang lebih baik bagi perempuan lapisan bawah, menengah dan atas. Perubahan kondisi tersebut ditunjukkan oleh adanya penurunan persentase responden
perempuan lapisan bawah, menengah dan atas yang mengalami marginalisasi tipe 1. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tidak terjadi marginalisasi tipe 1 pada lapisan
bawah, menengah dan atas dalam industrialisasi pedesaan. Tidak terjadinya marginalisasi tipe 1 dalam industrialisasi pedesaan disebabkan
oleh tingginya biaya hidup yang harus dipenuhi, sehingga memaksa responden, baik dari lapisan bawah, menengah, maupun atas, untuk memasuki sektor produktif untuk
dapat memperoleh imbalan yang besar yang pada akhirnya dapat mencukupi biaya hidup yang semakin tinggi.
Apabila dianalisis hubungan antara lapisan sosial dengan marginalisasi tipe 1, maka dapat disimpulkan bahwa: 1 Tidak terdapat hubungan antara lapisan sosial
dengan marginalisasi perempuan tipe 1 di desa pertanian, 2 Tidak terdapat hubungan
antara lapisan sosial dengan marginalisasi perempuan tipe 1 di desa industri, dan 3 Dalam industrialisasi pedesaan, tetap tidak terdapat hubungan antara lapisan sosial
dengan marginalisasi tipe 1 Tabel 19.
Tabel 19. Jumlah dan Persentase Responden Perempuan menurut Lapisan Sosial, Marginalisasi Tipe 1 dan Tipe Desa, 2011
Lapisan Sosial Desa Pertanian
Desa Industri TM
M Total
TM M
Total
Bawah Jumlah
4 80.0
1 20.0
5 100.0
83.3 2
16.7 12
100.0 Persentase
Menengah Jumlah
6 85.7
1 14.3
7 100.0
2 100.0
0.0 2
100.0 Persentase
Atas Jumlah
2 66.7
1 33.3
3 100.0
1 100.0
0.0 1
100.0 Persentase
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa perempuan pada lapisan bawah, menengah, maupun atas tidak mengalami marginalisasi. Hal tersebut ditunjukkan oleh
rendahnya persentase perempuan yang mengalami marginalisasi. Terjadinya marginalisai tipe 1 pada seluruh lapisan sosial ini menunjukkan tidak adanya hubungan
antara lapisan sosial dengan marginalisasi perempuan tipe 1.
6.2 Pemusatan pada Pinggiran Pasar Tenaga Kerja