17
2.3. Kelembagaan Masyarakat Adat
Institution atau lembaga didefinisikan sebagai aturan-aturan, norma-norma
dan bentuk-bentuk konsensus sosial lainnya yang sifatnya kokoh yang mengatur individu Sanim et al 2006. Aturan-aturan tersebut dibuat untuk menghambat
kemungkinan munculnya perilaku oportunistis dan sewenang-wenang dalam interaksi kehidupan manusia. Ostrom 1986 menyebutkan kelembagaan dapat
diartikan sebagai menetapkan aturan-aturan kerja yang digunakan untuk memutuskan siapa yang dapat dipilih untuk membuat keputusan suatu arena,
tindakan-tindakan apa saja yang diizinkan atau yang dibatasi, kesatuan aturan- aturan apa yang akan digunakan, prosedur apa saja yang harus diikuti, informasi
apa yang harus dan tidak harus disediakan, dan akibat apa yang harus diberikan terhadap individu bergantung dari tindakan mereka.
Menurut North 1990 dalam Sanim et al 2006, secara umum kelembagaan memiliki dua pengertian penting, yaitu : pertama, kelembagaan
diartikan sebagai aturan main the rules of the game. Sebagai aturan main, kelembagaan berupa aturan baik formal maupun informal, yang tertulis dan tidak
tertulis mengenai tata hubungan manusia. Kedua, kelembagaan sebagai suatu organisasi yang memiliki hierarki. Sebagai suatu organisasi, ada beberapa
stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan sumberdaya termasuk hutan.
Kelembagaan juga dapat diartikan sebagai instrumen yang mengatur hubungan antar orang atau kelompok masyarakat melalui hak dan kewajibannya dalam
kaitannya dengan pemanfaatan sumberdaya. Suatu kelembagaan dicirikan oleh tiga hal utama, yaitu : 1 hak-hak
kepemilikan property rights, yang berupa hak atas benda materi maupun non
18 materi, 2 batas yuridiksi yurisdictional boundary, untuk menentukan siapa dan
apa yang tercakup dalam kelembagaan suatu masyarakat, dan 3 aturan representasi rule of representation atau perangkat yang menentukan mekanisme
pengambilan keputusan organisasi Shaffer dan Schmid dalam Pakpahan 1989 dalam Sanim 2006. Fungsi dasar dari suatu lembaga adalah 1 memfasilitasi
kerjasama diantara orang-orang, 2 melindungi hak otonomi individu, dan 3 mencegah dan memecahkan konflik yang mungkin terjadi dalam kerjasama.
Suatu lembaga yang efektif akan mampu memprediksi perilaku dari pihak- pihak yang melakukan kerjasama karena dengan adanya lembaga tersebut
ketidakpastian menjadi berkurang. Adanya kemampuan dalam memprediksi perilaku tersebut selanjutnya akan menimbulkan adanya kepercayaan atau saling
percaya dari masing-masing pihak yang artinya timbul rasa aman diantara pihak yang bekerjasama sehingga akhirnya kerjasama yang terjadi menjadi lebih
produktif. Kriteria lembaga yang efektif antara lain adalah : 1 mudah dipahami atau harus sesederhana mungkin, 2 fair atau bersifat adil, 3 relatif stabil
sepanjang waktu, dan 4 enforced atau aturan diberlakukan Sanim et al. 2006. Berdasarkan studi literatur seperti pada penelitian Ramli 2007,
kelembagaan yang dibangun di masyarakat adat di Indonesia pada umumnya relatif sama. Pada setiap sistem adat tersebut terdapat pimpinan tertinggi dan
dibantu oleh wakil-wakil yang ada dibawahnya. Contohnya adalah masyarakat adat Baduy. Dalam pimpinan adat Baduy dipimpin oleh seorang puun lalu dalam
menjalankan tugasnya, puun dibantu oleh sejumlah wakil seperti girang seurat dan jaro tangtu. Girang seurat membidangi masalah keamanan sedangkan untuk
19 jaro tangtu
selain sebagai wakil puun juga berperan sebagai juru bicara untuk hubungan-hubungan luar.
2.4. Kolaboratif Manajemen Sumberdaya dan Lingkungan