III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Teoritis
3.1.1. Analisis Kelembagaan dan Pembangunan Institutional Analysis and Development, IAD
Analisis ini digunakan untuk mengetahui siapa saja pihak-pihak yang terlibat di dalam sistem kelembagaan masyarakat adat Kasepuhan Cibedug dan peran yang
dijalankan serta aturan-aturan adat yang diterapkan pada Kasepuhan Cibedug. Teori dasarnya berangkat dari fungsi kelembagaan sebagai alat tool untuk mengarahkan,
mengharmoniskan, mensinergikan atau membatasi perilaku perilaku manusia human behavior
yang cenderung mementingkan diri sendiri, opportunistis, dan lain-lain Hidayat 2009. Perilaku manusia atau human behavior dapat diterangkan dengan
tiga teori Hidayat 2009, yaitu : 1 Ekonomi klasik neoklasik memandang perilaku manusia dipengaruhi oleh pasar, 2 Sosiologi dan politik melihat perilaku manusia
dari sudut pandang hirarki, dan 3 Ekonomi kelembagaan menerangkan perilaku manusia dengan teori permainan tidak bekerjasama non-cooperative game theory.
Dalam analisis kelembagaan dan pembangunan Institutional Analysis and Development
, IAD seperti dipaparkan Hidayat 2009, yang menjadi fokus analisis adalah perilaku manusia arena aksi Arena Action, AA. Arena aksi dapat berupa
suatu organisasi, masyarakat atau komunitas masyarakat petani, nelayan, pesisir, suatu bangsa, negara, dan lain-lain. Dalam Arena Action rule aturan memiliki
peran penting sebagai faktor untuk mengharmoniskan hubungan antara karakteristik fisik dunia dengan sifat masyarakat nature of community. Rule akan mewarnai pola
interaksi diantara individu dalam suatu arena yang terjadi. Pola ini seharusnya berjalan dinamis untuk terus berupaya mencari pola interaksi terbaik dalam suatu
situasi aksiarena. Attributes of physical world diartikan sebagai karakteristik fisik
26 dan transformasi dari sumberdaya alam dan lingkungan yang mempengaruhi
keterkaitan aksi dengan outcome dan pengetahuan aktor. Jika rule aturan yang mengatur aktor dimana aksi utamanya adalah pemanfaatan sumberdaya hutan, maka
aturan yang dibentuk harus disesuaikan dengan sifat fisik dari hutan itu sendiri. Kesalahan memahami karakteristik fisik akan kesalahan aturan main yang pada
gilirannya akan mempengaruhi hasil akhir outcome. Attributes of community didefinisikan sebagai norma perilaku, common understanding dari situasi aksiarena,
individual preferensi, dan alokasidistribusi sumberdaya di kalangan anggota komunitas yang dianggap penting dan mempengaruhi situasi aksi.
Dalam action arena atau arena aksi terdapat dua komponen Hidayat 2009 yaitu :
1. Situasi aksi action situation, merupakan ruang sosial social space tempat
individu-individu berinteraksi mempertukarkan barang dan jasa, terlibat dalam aktifitas pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam, memecahkan
permasalahan atau bersaing mengenai hal-hal yang setiap saat individu perbuat dalam arena. Situasi ini bersifat continous, dinamis dan berubah sehingga sulit
menentukan kapan suatu aksi mulai dan kapan berakhir. Situasi aksi meliputi komponen yang antara lain :
a. Partisipan, merupakan aktor yang telah berpartisipasi dalam situasi aksi.
b. Posisi, tempat dimana partisipan berperan dalam situasi aksi, bisa sebagai
bos, pekerja, pedagang, pengguna sumberdaya alam, dan lain-lain. c.
Aksi, kegiatan yang dapat dilakukan oleh partisipan, misalnya menebang kayu, menanami lahan kosong, mengkoservasi hutan, dan lain-lain.
27 d.
Potensial outcome, sesuatu yang dapat dihasilkan dari suatu dan dampak yang diakibatkan oleh aksi partisipan.
e. Fungsi transformasi, pemetaan aksi partisipan dengan outcome
f. Informasi, merupakan informasi yang tersedia bagi partisipan dimana
dengan informasi tersebut diharapkan partisipan dapat melakukan aksi yang benar dan dapat memprediksi dari outcome tersebut.
g. Biaya dan manfaat.
2. Aktor merupakan individu-individu yang terlibat dalam situasi aksi yang
memiliki proferensi, kemampuan memproses informasi, kriteria seleksi dan sumberdaya. Aktor meliputi komponen antara lain :
a. Preferensi, kesukaan atau kecenderungan aktor dalam merespon potensi
outcome yang terkadang sangat tergantung pada rasionalitasnya.
b. Kemampuan individu memproses informasi berdasarkan informasi yang
tersedia. c.
Individu selection criteria, kriteria yang dipakai oleh individu dalam membuat keputusan.
d. Sumberdaya individual, merupakan modal untuk dapat melakukan aksi.
Berdasarkan penjelasan diatas , maka dalam menganalisis kelembagaan pada masyarakat adat Kasepuhan Cibedug TNGHS dapat dilihat melalui Gambar 2
dibawah ini :
28
Gambar 2. Diagram Teknik Analisis Kelembagaan dan Pembangunan Institutional and Development Analysis Kasepuhan Adat Cibedug,
TNGHS 3.2.
Kerangka Operasional
Kawasan hutan di Jawa Barat terutama di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak selain menjadi kawasan pelestarian alam yang berfungsi
melestarikan keberadaan dari keanekaragaman hayati yang ada didalamnya juga dimanfaatkan sebagai sumber penghidupan bagi masyarakat yang berada di sekitar
kawasan taman nasional maupun masyarakat adat kasepuhan yang berada di dalam kawasan taman nasional. Bentuk pemanfaatannya berupa hasil hutan kayu dan non
kayu ataupun hasil dari jasa lingkungan dari hutan taman nasional tersebut, misalnya sebagai penghasil sumber air bersih.
Kondisi Karakteristik Hutan TNGHS
Attributes of physical world Alokasi SDH di masyarakat
adat kasepuhan Cibedug Attributes of community
Aturan-aturan, nilai adat-adat yang digunakan oleh
masyarakat adat kasepuhan Aktor atau pihak-pihak
masyarakat kasepuhan yang terlibat dalam penggunaan
SDH TNGHS Situasi aksi merupakan
daerah adat masyarakat kasepuhan Cibedug TNGHS
Arena aksi
Pola interaksi yang dibentuk
pattern of interaction
Hasil dan dampak yang
ditimbulkan dari arena aksi
di masyarakat kasepuhan
terhadap SDH TNGHS
Kriteria evaluasi
29 Masyarakat adat Kasepuhan Cibedug berdasarkan informasi dari penelitian
sebelumnya berada di dalam kawasan zona inti TNGHS Aprianto 2008. Masyarakat adat Kasepuhan Cibedug selain menempati kawasan zona inti untuk
bermukim, mereka juga melakukan pemanfaatan terhadap sumberdaya hutan didalam zona inti TNGHS. Bentuk pemanfaatan sumberdaya hutan SDH oleh masyarakat
adat Kasepuhan Cibedug menimbulkan kekhawatiran bahwa aktifitas yang mereka lakukan dapat menyebabkan terjadinya potensi perubahan kondisi sumberdaya hutan
TNGHS terutama didalam zona inti TNGHS yang secara aturan formal negara tidak sesuai dengan Undang-Undang No 41 Tahun 1999 Pasal 33 Ayat 1.
Sebagai masyarakat adat yang selalu memegang teguh tradisi leluhur secara turun-temurun, penentuan pembagian lahan SDH sudah tentu tidak dilakukan secara
sembarangan proses pengelompokkannya. Selain itu, dalam pengelompokkan lahan SDH tersebut masyarakat adat juga mengelompokkan SDH yang dijaga
keberadaannya oleh mereka yaitu dalam leuweung titipan hutan titipan sehingga timbul sebuah hipotesis apakah benar dengan keberadaan masyarakat adat kasepuhan
Cibedug didalam kawasan zona inti TNGHS menyebabkan kemungkinan dapat menimbulkan kerusakan terhadap sumberdaya hutan kawasan TNGHS.
Dengan menggunakan instrumen Institutional Analysis and Development IAD, penelitian ini akan coba menggambarkan bagaimana pembentukan aturan
main rule dan arena aksi yang terdapat di dalam masyarakat adat kasepuhan terhadap pemanfaatan yang dilakukan pada sumberdaya hutan serta potensi dampak
yang ditimbulkan dari arena aksi tersebut. Sistem pemanfaatan terhadap sumberdaya hutan yang dilakukan masyarakat adat Kasepuhan Cibedug selanjutnya dianalisis
30 menggunakan aturan formal perundang-undangan dengan tujuan melihat apakah
aturan adat Kasepuhan Cibedug sesuai dengan peraturan perundangan. Peraturan perundangan yang digunakan mencakup aspek masyarakat adat beserta hak-hak yang
didapat, aspek pemanfaatan kawasan hutan, aspek pemanfaatan sumberdaya hutan dan aspek sanksi. Peraturan perundangan yang digunakan yaitu dengan Undang-
Undang No 41 Tahun 1999, Peraturan Menteri Kehutanan No 56 Tahun 2006, Undang-Undang No. 5 Tahun 1990, Peraturan Menteri Agraria No. 5 Tahun 1999,
Peraturan Pemerintah No 28 Tahun 2011 dan Peraturan Pemerintah No 6 Tahun 2007.
Konsep Ko-manajemen juga menjadi bahan analisis sebagai pertimbangan untuk mengetahui apakah konsep ini bisa dijadikan rekomendasi pengelolaan di
TNGHS terhadap keberadaan masyarakat adat Kasepuhan Cibedug di dalam kawasan TNGHS dengan aktifitas pemanfaatan sumberdaya hutan yang dilakukan
tanpa mengurangi fungsi taman nasional sebagai kawasan pelestarian alam. Secara lebih jelas, uraian tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
31 Keterangan :
Lingkup Penelitian
Gambar 3. Diagram Alir Kerangka Berpikir Operasional
Tidak Merusak Hutan Taman Nasional
Gunung Halimun-Salak Balai Taman Nasional
Gunung Halimun-Salak
Masyarakat Adat Kasepuhan Cibedug
Resort Cibedug TNGHS
Pemanfaatan Sumberdaya Hutan
TNGHS
Pola Pemanfaatan Sumberdaya Hutan
berdasarkan Adat Kasepuhan Cibedug
Dasar Pengelolaan • UU No 41 Tahun 1999
• Permenhut No
56 Tahun 2006
• UU No 5 Tahun 1990 • Permen Agraria No 5
Tahun 1999 • PP No 28 Tahun 2011
• PP No 6 Tahun 2007
Sejalan dengan Aturan Formal Analisis
Kelembagaan dengan IAD
Tidak Sejalan dengan Aturan Formal Potensi Merusak Hutan
Ko-Manajemen Sebagai Salah Satu
Konsep Pengelolaan
Pengelolaan Sumberdaya Hutan TNGHS secara Lestari
Stakeholder terkait: a.
Pemerintah Desa Citorek Barat
b. LSM RMI
a. Menyampaikan
informasi mengenai urusan terhadap
pemerintah desa b.
Mendokumentasikan aturan adat yang ada di Kasepuhan
Cibedug Mengawasi
kawasan TNGHS dan menindak
pelanggaran yang ada di kawasan TNGHS
Mengelola
Dimanfaatkan
Perbandingan
IV. METODOLOGI PENELITIAN