14 2.
Zona rimba, adalah bagian taman nasional yang karena letak, kondisi dan potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan
zona pemanfaatan. 3.
Zona pemanfaatan, adalah bagian dari taman nasional yang letak, kondisi dan potensi alamnya, yang terutama dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata
alam dan kondisijasa lingkungan lainnya. 4.
Zona lain yang terdiri dari zona tradisional, zona rehabilitasi, zona religi, budaya dan sejarah serta zona khusus.
Dalam penentuan tata batas zonasi taman nasional, tidak hanya dilakukan oleh pihak balai taman nasional saja tetapi melibatkan pihak-pihak lain yang
berkaitan seperti Pemerintah Daerah Pemda setempat, Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, Kelompok Masyarakat dan Mitra Kerja. Begitu pula dalam
hal pengelolaan, memang pihak Balai Taman Nasional yang memiliki wewenang penuh dalam mengelola kawasan taman nasional tetapi dalam hal kebijakan yang
menyangkut kawasan juga turut melibatkan pihak-pihak lain yang berkaitan seperti yang disebutkan diatas.
2.2 Masyarakat Adat
Masyarakat adat memiliki kearifan lokal dan pengetahuan tradisi yang bermanfaat bagi penetapan dan pengaturan fungsi hutan Poerwanto, 2000.
Poerwanto 2000 juga menyebutkan bahwa kearifan lokal ini merupakan salah satu dari pola adaptasi yang dikembangkan oleh masyarakat adat agar mampu
memanfaatkan lingkungan sekitar demi kepentingannya baik untuk memperoleh bahan pangan, menghindari diri dari bahaya serta dapat dikatakan juga sebagai
bentuk penjagaan dengan ekosistemnya agar tetap dapat mempertahankan
15 hidupnya. Istilah masyarakat adat menjadi populer sejak beberapa aktivis LSM
dan masyarakat melakukan pertemuan yang diorganisir oleh Wahana Lingkungan Hidup Indonesia WALHI di Tanah Toraja pada tahun 1993. Pertemuan
menyepakati masyarakat adat adalah kelompok masyarakat yang memiliki asal- usul leluhur secara turun temurun di wilayah geografis tertentu serta memiliki
sistem nilai, ideologi, ekonomi, politik, budaya, sosial dan wilayah sendiri Sangaji 2001.
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional No 5 Tahun 1999 disebutkan masyarakat hukum adat adalah
sekelompok orang yang terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai warga bersama suatu persekutuan hukum karena kesamaan tempat tinggal ataupun atas
dasar keturunan. Menurut UN Economic and Social Council, masyarakat adat atau tradisional adalah suku-suku dan bangsa yang karena mempunyai kelanjutan
historis dengan masyarakat sebelum masuknya penjajah di wilayahnya, menganggap dirinya berbeda dari kelompok masyarakat lain yang hidup di
wilayah mereka. Dalam Peraturan Menteri Kehutanan No 56 tahun 1996, masyarakat adat yang terdapat di dalam kawasan taman nasional disebut sebagai
kelompok masyarakat yang mempunyai pengertian sebagai sekumpulan orang yang karena kondisi kesejarahan, ikatan ekonomi, religi, sosial dan budaya yang
hidup dan tinggal secara bersama-sama dalam wilayah tertentu. Kearifan lokal dalam terminologi budaya seperti yang disebutkan Warren
1991 dalam Wahyu 2007 dapat diinterpretasikan sebagai pengetahuan lokal yang berasal dari budaya masyarakat yang unik, mempunyai hubungan dengan
alam dalam sejarah yang panjang, beradaptasi dengan sistem ekologi setempat,
16 bersifat dinamis dan selalu terbuka dengan tambahan pengetahuan baru. Secara
lebih spesifik, kearifan lokal dapat diartikan sebagai suatu pengetahuan yang unik, yang berasal dari budaya atau masyarakat setempat yang dapat dijadikan dasar
pengambilan keputusan pada tingkat lokal dalam bidang pertanian agriculture, kesehatan health care, penyediaan makanan food preparation, pendidikan
education, pengelolaan sumberdaya alam natural resource management dan beragam kegiatan lainnya di dalam komunitas-komunitas a host of other
activities in communities . Kearifan dan pengetahuan tradisi ini diturunkan secara
turun temurun dari generasi sebelumnya ke generasi sesudahnya. Pendapat lain menyebutkan bahwa kearifan lokal adalah bentuk
pengetahuan yang dibangun oleh sekelompok orang melalui kehidupan dari generasi ke generasi yang berhubungan dekat dengan alam Reid et al 2002
dalam Wahyu 2007. Oleh karena itu, kearifan lokal yang dibangun oleh masyarakat adat tidak akan lepas dari pemanfaatan sumberdaya yang
dimanfaatkan oleh mereka, salah satunya hutan. Hutan yang ditempati oleh masyarakat adat bisa diakui oleh Negara menjadi hutan adat. Dalam Undang-
Undang No 41 Tahun 1999 disebutkan hutan adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat adat. Masyarakat hukum adat sendiri berhak
melakukan pengelolaan hutan berdasarkan hukum adat dan tidak bertentangan dengan undang-undang. Inti dari konsep kearifan adalah bahwa manusia hidup
bergantung pada alam, tidak hanya mampu melihat ekologi tetapi juga mampu membaca ekologi sehingga kemampuan untuk memaknai kearifan lokal menjadi
suatu hal yang urgen dan penting.
17
2.3. Kelembagaan Masyarakat Adat