50 Cibedug memiliki fungsi yang penting dalam hal pengawasan hutan TNGHS yang
berada di dalam wilayah resort Cibedug.
5.3. Sejarah Penduduk Kasepuhan Adat Cibedug
Asal-usul sejarah wewengkon adat Kasepuhan Cibedug dimulai pada tahun 1942 yang pada saat itu wewengkon wilayah tersebut merupakan
kampung yang terlebih dahulu dibuka oleh orang Citorek dimana antara warga Citorek dan Cibedug telah memahami proses tersebut karena masing-masing
menjaga amanat yang yang disampaikan oleh sesepuh mereka. Tokoh yang pertama kali masuk ke wewengkon Adat Cibedug tersebut diantaranya Aki
Winata yang akrab dipanggil Aki Uin, lalu Aki Mursadam dan Aki Aspan. Warga adat Cibedug telah mengalami beberapa kali perpindahan kampung
sesuai dengan tugas dan amanat leluhur mereka yaitu “Ngajaga turunan anu Kidul
” yang apabila diartikan menjadi menjaga incu-putu masyarakat adat kasepuhan-kasepuhan yang ada di wilayah Banten Kidul. Nama-nama kampung
masyarakat Cibedug yang menjadi tempat mereka sebelum sampai ke Cibedug antara lain meliputi Sajra, Lebak Menteng, Cidikit, Sinagar, Bojong Neros,
Sangyang dan hingga saat ini menempati wilayah Cibedug. Wewengkon Cibedug memiliki batas-batas yang jelas yang ditandai dengan patok alam atau oleh
masyarakat Cibedug dikenal dengan sebutan tugu. Luas wewengkon adat Kasepuhan Cibedug adalah sebesar 2104,4 Ha. Batas-batas wewengkon Cibedug
antara lain di sebelah barat berbatasan dengan Desa Cikate yang ditandai dengan Tugu Lebak Cimuda, sebelah Utara Tugu Parawilu yang berbatasan dengan Desa
Kanekes, sebelah selatan ditandai dengan Batu Pasir Ipis dan sebelah timur
51 berbatasan dengan wewengkon adat Kasepuhan Citorek yang ditandai dengan
tugu Pasir Manggu dan Gunung Batu. Dalam
hal hubungan
terhadap pemerintahan
desa ngaitkeun
pamarentahan , Kasepuhan Cibedug telah mengalami sebanyak 11 kali pergantian
Jaro atau kepala desa. Jaro disini merupakan salah satu bagian dari struktur adat
dari Kasepuhan Cibedug yang mempunyai tugas sebagai penghubung antara urusan kepemerintahan dengan pihak adat. Pada penjelasan sebelumnya, wilayah
wewengkon adat Kasepuhan Cibedug secara administrasi masuk dalam wilayah Desa Citorek Barat bersama dengan Kasepuhan Citorek. Adanya dua kasepuhan
di dalam satu desa ini menyebabkan jaro Desa Citorek Barat berada di dalam dua kasepuhan yaitu Kasepuhan Cibedug dan Kasepuhan Citorek. Tokoh-tokoh yang
pernah menjadi jaro di Kasepuhan Cibedug dari informasi kasepuhan dan pihak desa yaitu dimulai dari Jaro Saonah, Nahari, Jaili, Markin, Sukarta, Usman,
Nurkib, Sumedi, Subandi, Didi Jayadi dan sekarang dipimpin oleh Jaro Dian Purnama.
Dalam proses perpindahan dijelaskan bahwa masyarakat Kasepuhan Cibedug melakukan perpindahan dari satu tempat ke tempat lain pada saat tertentu
berdasarkan wangsit dari nenek moyang mereka melalui ketua adat. Wilayah yang saat ini ditempati oleh masyarakat Cibedug selain merupakan hasil dari wangsit
dan di wilayah ini juga terdapat sebuah situs yang disakralkan. Mereka percaya bahwa situs ini yang menandakan masyarakat Cibedug harus menempati wilayah
tersebut, wilayah yang sampai sekarang mereka tempati. Situs tersebut terbuat dari batu yang menancap di dalam tanah dan ditempatkan di dalam sebuah rumah
untuk menjaganya. Untuk masuk ke situs ini, apabila orang luar harus didampingi
52 oleh seorang baris kolot, lalu tidak boleh masuk pada hari pantang yaitu hari
Selasa dan Jumat dan setiap masuk ke dalam situs ini harus membawa uang logam untuk dilemparkan di dalam situs ini. Peninggalan sejarah ini juga merupakan
salah satu objek daya tarik wisata bagi TNGHS yang berada di kawasan Resort
Cibedug BTNGHS, 2010.
a b
c
Gambar 7. Kondisi Situs Cibedug. a Jalan Menuju Tempat Situs, b Seorang Baris Kolot Sedang Melakukan Ritual Sebelum Memasuki Tempat
Situs, c Situs Cibedug
53
5.4. Kondisi Penduduk Kasepuhan Adat Cibedug