70 Kepatuhan seluruh masyarakat adat Kasepuhan Cibedug dalam menaati
semua aturan-aturan yang ada di Kasepuhan Cibedug juga tinggi. Hal ini bisa dijumpai dari tingkat pelanggaran yang sedikit dan berdasarkan hasil wawancara
hanya ditemukan satu kasus pelanggaran yang dilakukan oleh seorang masyarakat sehingga menyebabkan orang tersebut dikeluarkan dari kasepuhan. Sistem
pengawasan yang dibangun dengan melibatkan seluruh seluruh aktor didalam kelembagaan masyarakat adat kasepuhan disertai dengan koordinasi dengan
pihak-pihak terkait bisa menjadi penyebab masyarakat yang berada di dalam wilayah kasepuhan patuh dengan aturan-aturan yang diberlakukan di dalam
Kasepuhan Cibedug.
6.2.2. Evaluasi Keberlanjutan Kelembagaan Masyarakat Adat Kasepuhan Cibedug
Dalam aturan-aturan yang diberlakukan pada Kasepuhan Cibedug terutama aturan pemanfaatan sumberdaya hutan dijelaskan bahwa dalam
memanfaatkan sumberdaya hutan terutama kayu, masyarakat hanya diperbolehkan mengambil kayu sebanyak satu kali selama satu tahun dan kayu yang
dimanfaatkan pun tidak bisa semua. Hanya kayu-kayu dari jenis selain Rasamala Altingia excelsa yang bisa dimanfaatkan dan selain itu juga untuk memenuhi
kebutuhan kayu masyarakat juga menanam kayu dari jenis sengon untuk bisa dimanfaatkan.
Lalu dalam pembagian ruang adat di wilayah Kasepuhan Cibedug juga ditetapkan adanya leuweung kolot dan leuweung titipan yang tidak boleh
dimanfaatkan karena selain amanat dari para leluhur didalamnya juga beberapa sumber mata air. Kesemuanya ini bisa menjadi indikator bahwa sistem aturan-
aturan yang ada di Kasepuhan Cibedug telah memperhatikan aspek keberlanjutan
71 biologi dari sumberdaya hutan yang berada kasepuhan. Masyarakat Kasepuhan
Cibedug pun telah menyadari apabila mereka tidak merawat sumberdaya hutan yang ada maka kedepannya mereka akan kesulitan dalam mendapatkan
sumberdaya hutan sebagai pemenuhan kebutuhan hidupnya. Adanya aturan mengenai tradisi meminta “izin” sebelum masuk hutan
tetap dijalankan oleh masyarakat Kasepuhan Cibedug bisa digolongkan kedalam tradisi aksi kolektif yang tetap dipertahankan selain kehidupan bergotong-royong
didalam masyarakat. Mekanisme rembugan yang dilakukan dalam setiap penyelesaian permasalahan juga menjadi bukti bahwa aksi kolektif di masyarakat
Kasepuhan Cibedug tetap dipertahankan.
Gambar 11. Tempat Penyimpanan Padi atau Leuit
6.2.3. Evaluasi Pemerataan Kelembagaan Masyarakat Adat Kasepuhan Cibedug
Penerapan aturan adat kepada semua masyarakat adat Kasepuhan Cibedug mulai dari kepala adat sampai ke masyarakat serta sedikitnya laporan
penyelewengan aturan-aturan bisa dijadikan indikator bahwa aturan-aturan yang ada telah mewakili semua keinginan yang ada di masyarakat Kasepuhan Cibedug.
Dalam hal pemanfaatan dan penerapan sanksi atau hukuman terhadap sumberdaya
72 hutan pun semua masyarakat diperlakukan sama. Semua bisa memanfaatkan
sumberdaya hutan yang ada sesuai dengan aturan-aturan yang diberlakukan tanpa melihat posisi mereka di dalam struktur kasepuhan dan bila melakukan
pelanggaran maka si pelanggar akan mendapat hukuman yang sesuai dengan kesalahan yang dibuat.
Ini menggambarkan dalam alokasi sumberdaya hutan dan penerapan sanksi semua aktor dalam struktur kelembagaan masyarakat adat Kasepuhan
Cibedug diperlakukan secara adil berdasarkan aturan-aturan yang ada di kasepuhan. Aturan-aturan yang ada di kasepuhan mulai dari aturan ruang adat,
pemanfaatan sumberdaya hutan sampai penerapan sanksi atau hukuman bagi yang melakukan kesalahan sudah memiliki tujuan yang jelas dari aturan-aturan
tersebut. Pengawasan terhadap aturan-aturan yang diberlakukan di Kasepuhan Cibedug dilakukan secara bersama sehingga tidak ada yang ditutupi karena semua
pihak ikut berpartisipasi. Sistem aturan-aturan yang ada di Kasepuhan Cibedug melibatkan berbagai
pihak mulai dari kepala adat, baris kolot, jaro, mandor dan pihak taman nasional sudah didasarkan atas kesepakatan bersama. Pihak taman nasional memberikan
pengarahan bahwa kedudukan kasepuhan berada di dalam kawasan taman nasional dimana sebagai kawasan konservasi dengan pemanfaatan yang terbatas.
Pihak kasepuhan juga meminta bantuan pengawasan dari taman nasional misalnya ada penyelewengan aturan yang berkaitan dengan taman nasional. Walaupun
sudah terjadi kesepakatan bersama antara kasepuhan dengan pihak taman nasional, kesepakatan belum dituangkan dalam perjanjian tertulis seperti
Memorandum of Understanding MoU. Dalam aturan-aturan adat yang
73 diberlakukan di Kasepuhan Cibedug yang telah terdokumentasikan hanya aturan
dalam pembagian ruang adat yang dilakukan dengan bantuan dari RMI dan sisanya belum dituangkan dalam bentuk tulisan. Penjelasan singkat mengenai
evaluasi kelembagaan adat Kasepuhan Cibedug dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 10. Kriteria dan Indikator Evaluasi Kelembagaan Kasepuhan Cibedug
Kriteria Kondisi Sumberdaya
Sosial Efisiensi
a. Masyarakat
Kasepuhan Cibedug
memanfaatkan kayu dari jenis seperti ki
huru, puspa, sengon tetapi tidak
diperbolehkan memanfaatkan
kayu Rasamala
a. Proses pengambilan keputusan dalam
Kasepuhan Cibedug dilakukan secara bersama melalui proses rembugan
b. Masyarakat adat telah konsisten
menjalankan semua aturan yang ada baik dalam pemanfaatan sumberdaya hutan
berdasarkan pembagian ruang adat yang sudah ditetapkan
c. Aturan-aturan batasan boundary rules
serta sanksi-sanksi pelanggaran sudah dijalankan berdasarkan fungsinya oleh
masyarakat adat Kasepuhan Cibedug
Pemerataan a.
Semua masyarakat adat Kasepuhan
Cibedug diperlakukan
secara adil
berdasarkan aturan-aturan
yang ada di kasepuhan. Masyarakat
bisa memanfaatkan sumberdaya
hutan dan sesuai dengan aturan-aturan adat yang ada
a. Penerapan aturan adat kepada semua
masyarakat adat Kasepuhan Cibedug serta sedikitnya laporan penyelewengan
aturan-aturan menjadi indikator bahwa aturan-aturan yang ada telah mewakili
semua keinginan yang ada di masyarakat Kasepuhan Cibedug
b. Pengawasan terhadap aturan-aturan yang
diberlakukan di Kasepuhan Cibedug dilakukan secara bersama sehingga tidak
ada yang ditutupi karena semua pihak ikut berpartisipasi
c. Sistem aturan-aturan yang ada di
Kasepuhan Cibedug melibatkan berbagai pihak mulai dari kepala adat, baris kolot,
jaro , mandor dan pihak taman nasional
sudah didasarkan atas kesepakatan bersama
Keberlanjutan a.
Masyarakat tidak
diperbolehkan memanfaat
kayu Rasamala
dan pemanfaatan kayu hanya
bisa dilakukan
sebanyak setahun sekali. Pemanfaatan
kayu hanya diperbolehkan untuk membuat bangunan
b. Adanya pembagian ruang
adat yaitu leuweung kolot dan leuweung titipan yang
tidak boleh dimanfaatkan karena
menjaga sumber
mata air a.
Adanya aturan mengenai tradisi meminta “izin” sebelum masuk hutan
dan kehidupan
bergotong-royong didalam masyarakat tetap dijalankan
oleh masyarakat Kasepuhan Cibedug sebagai tradisi aksi kolektif
74 Berdasarkan hasil analisis evaluasi kelembagaan, dihasilkan bahwa
masyarakat adat Kasepuhan Cibedug dalam memanfaatkan sumberdaya hutan telah memperhatikan keberlanjutan dari sumberdaya hutan tersebut. Hal ini dapat
dilihat dari aturan yang melarang memanfaatkan kayu rasamala. Rasamala atau Altingia excelsa
merupakan tanaman yang tumbuh di hutan rimba sampai pada ketinggian 1700 mdpl meter diatas permukaan laut dan dapat tumbuh hingga
mencapai tinggi 45 meter
10
. Ciri yang dapat dikenali dari rasamala adalah memiliki kayu yang berwarna kuning keras dan padat serta batang dan dahannya
dapat mengeluarkan banyak getah. Informasi dari adat Kasepuhan Cibedug tidak menyebutkan alasan kenapa
tidak boleh memanfaatkan rasamala dan hanya mengatakan bahwa itu sudah aturan dari nenek moyang sejak dahulu. Sedikit sulit untuk mengetahui seberapa
besar fungsi rasamala di dalam hutan karena tumbuhan ini banyak dimanfaatkan baik secara komersil melalui kayunya ataupun sebagai tanaman obat Priyanti et
al , 2011 dan daunnya yang masih muda dapat dijadikan lalapan Hidayat dan
Fijridiyanto, 2002. Alasan yang mungkin dapat menjadikan rasamala penting yaitu karena rasamala merupakan salah satu tumbuhan yang dapat membentuk
sebuah vegetasi hutan yang berguna bagi manusia terutama dalam menyerap air, mencegah erosi dan menghasilkan udara segar dan menjadi sebuah potensi
keindahan untuk vegetasi hutan tersebut.
6.3. Analisis Sistem Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Masyarakat Adat