II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Dasar Ekonomi Industri
Ekonomi industri merupakan cabang ilmu yang khusus mempelajari perilaku-perilaku perusahaan dalam industri Teguh, 2006. Perilaku industri tentu
sangat berhubungan erat dengan tujuan-tujuan industri. Setiap keputusan bisnis yang diambil oleh produsen akan sejalan dengan tujuan ekonomi yang telah
ditentukan sebelumnya. Tujuan tersebut tercermin dalam bentuk keuntungan yang didapat dalam jangka panjang Kuncoro, 2007.
Tiap-tiap industri dalam perekonomian memiliki perilaku yang berbeda- beda. Ada industri yang memiliki tipe oligopoli, ada pula yang tidak memiliki tipe
demikian. Perekonomian yang serba tidak pasti menjadikan industri-industri tersebut mampu bertahan dengan segala strategi yang telah diperhitungkan. Di sisi
lain terdapat pula industri-industri yang cukup rentan terhadap gejala perekonomian yang ada. Hal-hal seperti inilah yang kemudian dirangkum dalam
ilmu ekonomi industri. Pengertian lain tentang ekonomi industri dikemukakan Jaya 2001.
Ekonomi industri didefinisikan sebagai pengorganisasian pasar untuk mengetahui cara kerja dari industri itu sendiri. Secara relatif, pengorganisasian pasar
diperlukan untuk mengidentifikasi aspek-asek seperti, struktur, perilaku dan kinerja pasar. Kajian mengenai struktur, perilaku dan kinerja suatu industri
menjadi penting untuk dipelajari. Hal ini tidak terlepas dari semakin tingginya konsentrasi struktur pasar yang menciptakan kecenderungan ke arah oligopoli.
Ketika konsentrasi oligopoli berada pada tingkat yang sangat ketat, maka barrier to entry juga akan semakin besar. Persaingan menjadi tidak sehat, dan perusahaan
besar akan cenderung melakukan tekanan-tekanan pada perusahaan lainnya
2.2. Pendekatan Structure-Conduct-Performance SCP
Teori ekonomi industri selalu menekankan pada studi empiris dari faktor- faktor yang mempengaruhi struktur, kinerja, dan perilaku pasar. Semuanya itu
bertujuan untuk mencapai tingkat efisiensi baik di tingkat perusahaan, industri, maupun perekonomian secara luas Jaya, 2001.
Struktur Structure
Jumlah penjual dan pembeli Skala pembeli, Kondisi biaya,
diferensiasi produk, Hambatan masuk, Integrasi vertikal, Integrasi
horizontal,
Konglomerasi
Tingkat kerjasama
Kinerja Performance
Efisiensi Pemerataan
Kemajuan Teknologi
Laba Full employment
Kesempatan kerja Kualitas produk
Perilaku Conduct
Strategi harga Strategi produk
Strategi promosi
Sumber : dimodifikasi dari Scherer dalam Kuncoro 2007
Gambar 1.1. Hubungan Struktur-Perilaku-Kinerja
Gambar 1.1., menunjukkan adanya keterkaitan antara struktur, perilaku, maupun kinerja dari suatu industri. Kinerja performance dalam suatu industri
dipengaruhi oleh perilaku conduct, dari para penjual dan pembeli dalam industri. Perilaku ini mencakup perilaku harga, persaingan nonharga produk, promosi, dan
inovasi, serta kerja sama antar perusahaan. Perilaku perusahaan tergantung dari struktur structure pasar yang relevan.
Struktur dapat dilihat dari jumlah penjual dan jumlah pembeli, skala pembeli, tingkat diferensiasi produk, hambatan masuk, struktur biaya, integrasi
vertikal, integrasi horizontal, maupun konglomerasinya. Analisis organisasi industri dengan pendekatan SCP dimulai dengan cara menelaah terlebih dahulu
struktur terhadap kinerja, baru setelah itu mengamati bagaimana perilaku industrinya Kuncoro, 2007.
2.2.1. Struktur Pasar
Menurut Teguh 2006, struktur pasar menunjukkan karakteristik pasar, seperti jumlah pembeli dan penjual, keadaan produk, pengetahuan penjual dan
pembeli, serta keadaan hambatan masuk pasarnya. Perbedaan pada elemen- elemen tersebut akan membedakan cara masing-masing pelaku pasar dalam
berperilaku. Perbedaan berperilaku ini akhirnya akan menentukan perbedaan kinerja pada pasar itu sendiri.
Jumlah penjual dalam pasar akan mempengaruhi harga jual yang berlaku dan output yang terdapat dalam pasar. Pasar yang memiliki struktur oligopoli
ditandai dengan adanya sejumlah produsen yang menguasai pasar namun dalam jumlah yang sedikit. Perusahaan tersebut akan mampu menghasilkan output dalam
skala besar dan menguasai keadaan pasar. Di sisi lain, terdapat pula produsen- produsen dengan skala kecil sehingga hanya mampu memproduksi output dalam
jumlah kecil. Produsen-produsen ini pada akhirnya hanya memiliki andil yang kecil dalam industri.
Menurut Teguh 2006, produk-produk yang dihasilkan industri oligopolis, dapat bersifat homogen, dan dapat pula bersifat heterogen. Perbedaan penampilan
produk yang dihasilkan oleh produsen akan turut menentukan perbedaan perilaku bersaing dalam pasar. Produsen yang menghasilkan output yang berbeda corak
pada akhirnya akan memiliki wilayah pasar tersendiri, sehingga output mereka menjadi dominan dibandingkan dengan pesaing-pesaing lainnya. Sejumlah
perusahaan kemudian menerapkan strategi-strategi bisnis yang jitu agar tetap masuk menjadi bagian yang dominan dalam pasar.
Menurut Jaya 2001, struktur pasar lebih mengacu pada organisasi pasar yang dapat mempengaruhi persaingan dan tingkat harga, baik barang maupun
jasa. Struktur pasar dalam konteks ini menunjukkan atribut pasar yang mempengaruhi sifat persaingan. Beberapa elemen penting untuk mengukur
struktur pasar diantaranya tingkat konsentrasi dan hambatan masuk pasar.
a. Konsentrasi Pasar
Tingkat konsentrasi industri merupakan salah satu variabel penting dalam struktur pasar. Konsentrasi menurut Jaya 2001, dapat diartikan sebagai
kombinasi pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan oligopolis yang terdapat hubungan saling ketergantungan di dalamnya. Konsentrasi juga menunjukan
tingkat produksi dari pasar yang hanya terfokus pada satu atau beberapa
perusahaan terbesar. Semakin besar pangsa pasar yang dikuasai oleh perusahaan relatif terhadap pangsa pasar total, maka semakin tinggi nilai konsentrasinya.
Tabel 2.1. Tipe Pasar dan Kondisi Utamanya Tipe Pasar
Kondisi Utama
Monopoli Murni Perusahaan menguasai 100 persen pangsa pasar.
Perusahaan yang dominan Perusahaan minimal menguasai 50 persen sampai
dengan 100 persen pangsa pasar tanpa pesaing yang kuat.
Oligopoli Ketat Penggabungan empat perusahaan terkemuka yang
memiliki pangsa pasar 60 persen sampai dengan 100 persen.
Oligopoli Sedang Penggabungan empat perusahaan terkemuka yang
memiliki pangsa pasar 40 persen sampai dengan 60 persen.
Oligopoli Longgar Penggabungan empat perusahaan terkemuka yang
memiliki pangsa pasar di bawah 40 persen. Persaingan Monopolistik
Banyak pesaing yang efektif dan tidak ada satupun yang memiliki pangsa pasar lebih dari 10 persen.
Persaingan Murni Terdapat lebih dari 50 pesaing dan tidak ada
satupun yang memiliki pangsa pasar berarti. Sumber : Jaya 2001
Tingginya konsentrasi pasar menunjukkan bahwa pasar tersebut memiliki kecenderungan ke arah monopoli atau oligopoli. Pembangunan industri di
Indonesia saat ini lebih difokuskan pada konsentrasi modal, sehingga mendorong terbentuknya struktur pasar oligopoli. Pertumbuhan sektor industri oligopoli
relatif lebih tinggi karena penggunaan teknologi produksi yang relatif padat modal dengan tingkat keterampilan yang relatif lebih tinggi Kuncoro, 2007.
b. Hambatan Masuk Pasar